saya cenderung sependapat dgn cadangdata.
Baik Science maupun Iman, --imo-- tidak akan pernah bisa dicapai kesempurnaan-nya oleh seorang manusiapun. (kecuali Yesus pada Iman).
Nuhun mas oda..
Kalo Yesus dan Tuhan dan para malaikat serta golongan NON-MANUSIA lainnya, saya rasa berada di-LUAR Semesta Pembicaraan kan ya.. ehehe.. alias tidak relevan di bahas..
krn yang pada ribut-ribut itu kan manusia semuanya... alias.. dlm bahasa kerennya: SUBJEK semua AGAMA adalah MANUSIA.
- Orang makin belajar Science lebih dalam, makin menemukan jawaban atas satu pertanyaan --> makin banyak pertanyaan2 baru yang muncul yg dia tidak tahu
- Orang makin berusaha ber-Iman substantif mendalam, makin meyakini & meng-amal-kan imannya --> makin merasa bahwa betapa dangkal-nya Iman yang baru mampu dia yakini.
Sebenernya analog sekali kok dalam banyak hal..
sehingga keduanya paralel kok. menurut saya lho... jadi tidak perlu di-dikotomikan apalagi diposisikan diametral.. ehehe..
Terima kasih tanggapannya bro cadangdata
Mungkin bro cadangdata dapat menjelaskan lebih konkret tentang pengertian iman kristen yang berguna menjadi rambu2..agar science dapat dignakan untuk tujuan positif.
begitu juga bagaimana science itu dapat menjadi lentera bagi manusia dalam implementasi imannya..mungkin dengan contoh2 yang lebih real...
Bro Leo,
contoh aja ya mas... misalnya:
1. Iman menjadi Rambu-rambu Science agar tujuan Positif
- Misal bidang biotechnology yang bisa cloning mahkluk hidup, berarti termasuk manusia --> maka Iman bisa membentengi si scientist dalam menjustifikasi kloning manusia tsb.
2. Science (Logic) menjadi lentera implementasi iman:
- Misal: Kutipan paling terkenal: "Hanya melalui akulah jalan kebenaran blabla....."
- Maka Logic bisa membantu proses interpretasi manusia atas kutipan tadi, apakah memang MAKNA yang dimaksud oleh Yesus dalam kalimat itu HANYALAH se-LITERAL kemampuan Manusia dalam meng-interpretasikannya.... ataukah kita harus membuka diri terhadap kemungkinan Kebijaksanaan Yesus & Tuhan yang lebih dibanding kita yg manusia biasa ini?
- Sehingga semampu-mampunya dan betapapun kita merasa amat gamblang-nya kalimat itu, tetaplah kita manusia biasa yang pasti jauh lebih Tidak Bijak dibanding yang Memfirmankannya sendiri.
mudah-mudahan cukup jelas ya mas...