Suku Maya Guatemala menuduh pemerintah negeri itu memanfaatkan mitos hari kiamat versi kalender Maya untuk keuntungan finansial.
"Kami menentang penipuan, kebohongan dan manipulasi kebenaran, dan menjadikan kami alat untuk mendapatkan keuntungan. Mereka tak mengatakan yang sebenarnya soal siklus waktu," kata Pemimpin Aliansi Suku Maya Oxlaljuj Ajpop, Felipe Gomez.
Gomez meminta lembaga-lembaga turisme memikirkan ulang soal ramalan hari kiamat, yang dia gambarkan sebagai sebuah pertunjukan yang menghina budaya suku Maya.
"Siklus waktu suku Maya berarti akan terjadi perubahan besar terhadap diri seseorang, keluarga dan komunitas, akan terwujud keseimbangan dan harmoni antara manusia dan alam," papar Gomez.
Kini, Oxlajuj Ajpop, tengah menggelar ajang yang bagi mereka dianggap sakral di lima kota untuk menandai "akhir zaman" ini. Gomez meminta Kementerian Kebudayaan Guatemala cukup bijaksana untuk mendukung selebrasi yang benar ini.
Kalender kuno suku Maya terdiri atas 18 bulan dan masing-masing bulan terdiri atas 20 hari. Dalam kalender kuno itu, terdapat satu bulan suci "Wayeb" yang hanya terdiri dari lima hari.
Selain itu, dikenal juga "Baktun" unit terbesar dalam satu siklus waktu, yaitu sekitar 400 tahun. Siklus waktu terbesar terdiri atas 13 Baktun, atau sekitar 5.200 tahun.
Belakangan ini, banyak film dan dokumenter yang mengangkat isu ramalan kalender Maya kuno terkait hari Kiamat yang "diyakini" terjadi pada 21 Desember 2012 mendatang.
Isu menakutkan ini justru menjadi ajang sejumlah negara dan perusahaan untuk menangguk keuntungan dari sektor wisata.
Kementerian Kebudayaan Guatemala bahkan menggelar acara besar-besaran di ibu kota, Guatemala City, yang diharapkan dihadiri 90.000 orang untuk "menyambut" hari kiamat. Sejumlah biro wisata bahkan menyediakan paket khusus bertemakan hari kiamat.
Lebih dari separuh dari 15 juta penduduk Guatemala adalah keturunan suku Maya.