Author Topic: sexual desire VS sexual pleasure ?  (Read 16287 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #240 on: May 02, 2013, 05:34:45 PM »
Oke oke Gavin ...  :).

Soalnya jujur tadinya saya kirain kata Fornication itu adalah suatu perbuatan aksi sex diluar pernikahan ... dan tidak termasuk "melihat wanita lain jadi nepsong"= fornication ... hehehe :D.

to fornicate ibarat kata kerja "membunuh".
Dimana pada perintah "jangan membunuh" adalah dilarangnya melakukan perbuatan aksi membunuh ... dimana tidak sedang nambahin "jangan berpikiran membunuh" ... begitu loh :).

 Lalu bagaimana dengan yang saya kopas tsb donk ?

Catholicism
Fornication is carnal union between an unmarried man and an unmarried woman.


Christianity
According to classicist Evelyn Stagg and New Testament scholar Frank Stagg, the New Testament holds that sex is reserved for marriage.They maintain that the New Testament teaches that sex outside of marriage is a sin of adultery

Tidakkah disitu kalimatnya menunjukan bhw fornication itu adalah suatu aksi perbuatan ?
 Nah itu... saya perlu tau dulu definisi fornication. Karena (imo) fornication adalah seperti yang di definisikan di kalimat ijo diatas, yakni suatu aksi perbuatan --- dan fornication tidak termasuk piktor, melihat wanita jadi birahi, dlsb :D.

Namun karena menurut Gavin sendiri fornication itu bukan saja tentang aksi perbuatan melainkan termasuk di pikiran ... yah saya sulit jadinya utk menjelaskan maksud saya pada keterkaitannya dgn hubungan pasutri ... hehehe :D.

:)
salam.

Iya kan saya udah bilangin bahwa fornication itu juga aksi perbuatan.
(jadi udah sama ya di sini ?)
Perbuatan sex dengan orang yg  belum nikah. (atau dengan isteri orang lain).

Nah, fornication kata Yesus (juga Paulus) adalah  juga termasuk melihat orang lain dengan berahi.
Ini juga termasuk fornication.

Kalau melihat istri sendiri (udah nikah sah) gimana ?
ya ngga apa-apa dong,... (kan fornication itu dengan wanita lain yg bukan isteri/belum nikah).

Makanya saya binun, ini ngomong pasutri kok tiba2 fornication gituloh... :signofcross:


Back to TOPIC!

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #241 on: May 03, 2013, 01:43:22 PM »
Ya boleh dong,.. kan dilanjutkan penetrasi.

Ya boleh juga dong, kan sudah penetrasi.

 :signofcross:
Thanks jawabannya bro.

Menjadi boleh karena ada penetrasinya ya....? Misalnya setelah istri klimaks tidak dilanjutkan ke penetrasi, maka itu menjadi berdosa ya ?


Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #242 on: May 03, 2013, 05:28:17 PM »
Thanks jawabannya bro.

Menjadi boleh karena ada penetrasinya ya....? Misalnya setelah istri klimaks tidak dilanjutkan ke penetrasi, maka itu menjadi berdosa ya ?

Kalo istri klimaks tanpa penetrasi , itu kan = sexual act yg tidak open terhadap creation.

Jadi gitu...
Back to TOPIC!

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #243 on: May 04, 2013, 04:52:14 AM »
Kitab Suci mencatat bahwa ZINAH bukan hanya meliputi AKSI YANG KELIHATAN / AKSI YANG RAGAWI, melainkan juga meliputi HATI, NIAT, PIKIRAN.
Kasih saya kesempatan menjelaskan apa yang di benak saya ya medice :)

Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
untuk membunuh ---> tidak boleh
untuk membenci ortu ---> tidak boleh

Dari contoh tsb, tidak ada jalan keluarnya sama sekali.
Tidak ada kata "asal" ataupun "kalau" ... pokok harga mati :D.

sekarang fornication (berdasarkan masukan medice dan gavin)
Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
pada gairah sex / birahi ---> tidak boleh

dari kata "fornication" pada perkataan Paulus di ayat yg nyuruh kawin ADA jalan keluar ..... dimana bahasa odading sehari hari menjadi :
untuk menghindari gairah sex / birahi pada orang lain, maka kawinlah ... jadi kamu boleh bergairah sex / naik birahi pada milikmu sendiri (yakni sang suami or istri).

Tetapi kalimat tsb BUKAN begitu yang saya tangkep dari statement Paulus di ayat tsb ... melainkan : KARENA godaan2 ungu bisa menuntun ke aksi perbuatan sex, maka kawinlah ... agar godaan2 ungu kalian tersampaikan pada milikmu sendiri (sang istri or suami).

Dan tidak akan ada jalan keluar pada godaan2 niat utk membunuh - dengan tidak akan pernah ada kalimat seperti sbb :
karena godaan2 ingin membunuh/membenci bisa menuntun ke aksi pembunuhan, maka piaralah semut, agar godaan2 tsb bisa tersalurkan pada milikmu sendiri (mitesin semut2 piaraan :D).

Oleh karena itu saya menangkapnya, sexual desire itu default-nya (kodrat) manusia.
Secara umum, sepertinya Paulus menganggap sexual-desire (birahi - niat/keinginan sex) adalah suatu hal yang masih bisa dimengerti/diterima/lumrah ketimbang nafsu membunuh, niat membunuh, mencuri, dlsb.

Perwujudan sexual desire (niat sex) adalah adanya aksi seksual yang mencapai sexual pleasure (orgasme/klimaks/ejakulasi)

Perwujudan niat membunuh adalah adanya aksi pembunuhan yang mencapai kepuasan dendam.


Quote
Matius  5:28

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah (committed adultery) dengan dia di dalam hatinya".
Taroh kata, kalimat di ayat tsb (seperti yang medice dan gavin statementkan) maksudnya adalah juga fornication selain adultery ---> Maka kepanjangan dari ayat tsb adalah : "asal kalo ke istri/suami sendiri, itu tidak zinah".

Heran juga saya dengan kalian-kalian ini.....
Nah tuh... ngambek deh si boss medice ... :D.

Quote
dari awal sudah saya katakan bahwa sexual pleasure adalah bonus/additional dari suatu marital intercourse. :what:
Bagaimana dengan "nasib" sexual desire ? :).

Quote
Kalau melihat istri sendiri (udah nikah sah) gimana ?
ya ngga apa-apa dong,... (kan fornication itu dengan wanita lain yg bukan isteri/belum nikah).
Nah... apakah sexual desire termasuk bonus buat orang yang menikah ?
Belum menikah ---> birahi ama sso = tidak boleh, bonus belon bisa/boleh diambil ??
Sudah menikah ---> bonus baru boleh diambil, yakni birahi ke pasangannya ??

 :think1:  :think1:  :think1:

Quote
Iya kan saya udah bilangin bahwa fornication itu juga aksi perbuatan.
fornication itu MEMANG aksi perbuatan ---> verb, to fornicate = melakukan perbuatan sex diluar pernikahan ---> to fornicate itu nggak sama dengan to think / to will / to plan about sex outside marriage loh gavin :).

Quote
Makanya saya binun, ini ngomong pasutri kok tiba2 fornication gituloh...
karena fornication itu mengandung unsur awal dari adanya sexual desire, terjadi kegiatan sex, tercapai sexual pleasure.

Demikian juga pada pasutri ... mengandung unsur awal dari adanya sexual desire, terjadi kegiatan sex, tercapai sexual pleasure.

Bedanya, yang satu diluar pernikahan - yang satu lagi didalam pernikahan :).

Hubungannya adalah ke tentang ejakulasi/klimaks/orgasme.
Baik yang didalam pernikahan maupun yang diluar, keduanya ADA orange (SP) ---> dan ini secara general.

Namun yang saya mau tanyakan adalah bukan secara general, melainkan secara "problema sex" yang bisa terjadi pada pasutri

Saya kesulitan kalau gavin/medice atopun temen laen nggak mencoba memposisikan diri sebagai pasutri yang mengalami problem tsb :)

IMO, tidak semua orang Kristen tidak akan mungkin mengalami problem tsb ... pasti ada satu atopun dua pasutri Kristen yang mengalami problem ini. YA, saya mengerti ... kalo pasutri Kristen mengalami problem ini maka jawaban yang paling mudah adalah "yah... berdoa aja ama Tuhan" tapi kalimat tsb biasanya keluar dari orang yang tidak atopun tidak pernah mengalami problem tsb :) ... dan (imo) manusia-pun harus berusaha mencari jalan keluar yang kayak begimana yang terbaik, bukan sekedar "yah berdoa aja ama Tuhan" :D.

Saya cuma pingin tau, bagaimana Kristen "mengambil sikap" semisal ada pasutri yang datang dengan membawa problem tsb yang justru problem ini keluar karena pengetahuan pasutri pada batasan2 SP yang ada pada keKristenan ... apakah cukup cuma dengan memberi solusi "yah berdoa aja ama Tuhan ?" ataukah menjelaskan bahwa batasan2 SP tsb jangan sampai menjadi batu-sandungan mereka ?

Jujur saya nggak gitu nangkep atopun mengerti kalau dikatakan SP itu bonus/tambahan/additional dikala union pada pasutri. Karena kalo SP = bonus optional, lalu union itu sendiri apa ? Dilakukan hanya utk reproduksi (dapet anak) ? TANPA boleh adanya niat/harapan/tujuan pasutri utk hanya mendapatkan bonus tsb ? :).

Kalau jawaban-nya : YA - tidak boleh.
Pertanyaan-nya : mengapa ngitung2 kalender (KBA) ? :)

Kalau jawaban-nya : Boleh koook
Pertanyaan-nya problem sex pasutri : SP yang tidak bisa tercapai dikala event penetrasi ?

Kalo jawabannya muter lagi : loh... SP itu cuma sekedar bonus kook... tercapai atopun tidak tercapai jangan komplain donk ... itu bukan suatu problem laaah... SP jadi kayak ibarat dapet anak .... dapet SP = bonus, dapet anak = bonus. Dapet nggak dapet jangan komplain :).
Maka kembali lagi : Jadi pasutri melakukan union itu nggak boleh hanya utk bertujuan/berniat/kepingin dapet SP (bonus) ?
Bianglala dufan seharian muter masih kalah ama komedi puter kita ... hehehehe... :D  :giggle:  :lol:  :rofl:

salam.
« Last Edit: May 04, 2013, 04:59:04 AM by odading »

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #244 on: May 06, 2013, 03:56:23 PM »
Kalo istri klimaks tanpa penetrasi , itu kan = sexual act yg tidak open terhadap creation.

Jadi gitu...
thanks bro

Jadi semua sexual act harus bermuara ke penetrasi yg berakhir pada open creation ya ?
Kalo kissing istri itu termasuk sexual act gak ? sy pernah baca, konon kissing jg bisa membuat wanita klimax. Nah, kalo niatnya cuma mau kissing bisa berabe kan kalo harus dilanjutkan ....
 
« Last Edit: May 06, 2013, 03:59:09 PM by Djo »
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #245 on: May 06, 2013, 10:34:53 PM »
Kasih saya kesempatan menjelaskan apa yang di benak saya ya medice :)

Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
untuk membunuh ---> tidak boleh
untuk membenci ortu ---> tidak boleh

Dari contoh tsb, tidak ada jalan keluarnya sama sekali.
Tidak ada kata "asal" ataupun "kalau" ... pokok harga mati :D.

sekarang fornication (berdasarkan masukan medice dan gavin)
Apa yang ada di hati-niat-pikiran :
pada gairah sex / birahi ---> tidak boleh

dari kata "fornication" pada perkataan Paulus di ayat yg nyuruh kawin ADA jalan keluar ..... dimana bahasa odading sehari hari menjadi :
untuk menghindari gairah sex / birahi pada orang lain, maka kawinlah ... jadi kamu boleh bergairah sex / naik birahi pada milikmu sendiri (yakni sang suami or istri).

Tetapi kalimat tsb BUKAN begitu yang saya tangkep dari statement Paulus di ayat tsb ... melainkan : KARENA godaan2 ungu bisa menuntun ke aksi perbuatan sex, maka kawinlah ... agar godaan2 ungu kalian tersampaikan pada milikmu sendiri (sang istri or suami).

Akhirnya saya jadi membaca 1 Korintus yg Anda usung.

sbb:

St. Paulus berbicara bukan kepada orang-orang yang belum kawin, tetapi kepada yg sudah kawin. Makannya dikatakan: Isteri sendiri & Suami sendiri.  ===> [Jangan ke lelaki atau wanita lain]

Ini versi DR nya:

1 Cor 2

But, to avoid the danger of fornication, let every man keep his own wife, and every woman her own husband.

Quote
Dan tidak akan ada jalan keluar pada godaan2 niat utk membunuh - dengan tidak akan pernah ada kalimat seperti sbb :
karena godaan2 ingin membunuh/membenci bisa menuntun ke aksi pembunuhan, maka piaralah semut, agar godaan2 tsb bisa tersalurkan pada milikmu sendiri (mitesin semut2 piaraan :D).

Pun St. Paulus tidak pernah menganggap bahwa perkawinan adalah jurus jitu utk menyalurkan berahi. ["Kawinlah, supaya gak tergoda dan bisa menyalurkan hasrat"]

Kawin atau tidak Kawin tidak akan menghilangkan peluang adanya 'percabulan'.

Quote
Oleh karena itu saya menangkapnya, sexual desire itu default-nya (kodrat) manusia.
Secara umum, sepertinya Paulus menganggap sexual-desire (birahi - niat/keinginan sex) adalah suatu hal yang masih bisa dimengerti/diterima/lumrah ketimbang nafsu membunuh, niat membunuh, mencuri, dlsb.

Hmmm analisa yg terlalu jauh... menurutku.

St. Paulus justru mengatakan bahwa alangkah baiknya jika jadi seperti dia. [Tidak kawin]==> 1 kor 7.


Quote
Perwujudan sexual desire (niat sex) adalah adanya aksi seksual yang mencapai sexual pleasure (orgasme/klimaks/ejakulasi)

Nein.... perwujudan sexual desire adalah sexual intercourse.... entah sampai keduanya mencapai orgasme atau tidak.

Quote
Taroh kata, kalimat di ayat tsb (seperti yang medice dan gavin statementkan) maksudnya adalah juga fornication selain adultery ---> Maka kepanjangan dari ayat tsb adalah : "asal kalo ke istri/suami sendiri, itu tidak zinah".

Kalau ke isteri atau suami sendiri jelas bukan fornication juga bukan adultery. Jadi ngapai mesti dipanjangin lg.

Quote
Nah tuh... ngambek deh si boss medice ... :D.
Bagaimana dengan "nasib" sexual desire ? :).
Apanya yang bagaimana?????

Soal Terpuaskan Vs Tidak Terpuaskan???

Lha ini kita bahasannya adalah di MARITAL INTERCOURSE;

Tujuan sexual intercourse dalam perkawinan bukanlah Sexual Pleasure. Jadi, mau nikmat atau malah nyeri.... ya jalan terus.

Quote
Nah... apakah sexual desire termasuk bonus buat orang yang menikah ?
Belum menikah ---> birahi ama sso = tidak boleh, bonus belon bisa/boleh diambil ??
Sudah menikah ---> bonus baru boleh diambil, yakni birahi ke pasangannya ??

Kalau sudah menikah.... kalau ada bonus.... ya syukur; kalau gk ada, ya gak apa-apa, yang penting yg utamanya tercapai.

Quote
Bedanya, yang satu diluar pernikahan - yang satu lagi didalam pernikahan :).

Hubungannya adalah ke tentang ejakulasi/klimaks/orgasme.
Baik yang didalam pernikahan maupun yang diluar, keduanya ADA orange (SP) ---> dan ini secara general.

Namun yang saya mau tanyakan adalah bukan secara general, melainkan secara "problema sex" yang bisa terjadi pada pasutri

Saya kesulitan kalau gavin/medice atopun temen laen nggak mencoba memposisikan diri sebagai pasutri yang mengalami problem tsb :)

IMO, tidak semua orang Kristen tidak akan mungkin mengalami problem tsb ... pasti ada satu atopun dua pasutri Kristen yang mengalami problem ini. YA, saya mengerti ... kalo pasutri Kristen mengalami problem ini maka jawaban yang paling mudah adalah "yah... berdoa aja ama Tuhan" tapi kalimat tsb biasanya keluar dari orang yang tidak atopun tidak pernah mengalami problem tsb :) ... dan (imo) manusia-pun harus berusaha mencari jalan keluar yang kayak begimana yang terbaik, bukan sekedar "yah berdoa aja ama Tuhan" :D.

Saya cuma pingin tau, bagaimana Kristen "mengambil sikap" semisal ada pasutri yang datang dengan membawa problem tsb yang justru problem ini keluar karena pengetahuan pasutri pada batasan2 SP yang ada pada keKristenan ... apakah cukup cuma dengan memberi solusi "yah berdoa aja ama Tuhan ?" ataukah menjelaskan bahwa batasan2 SP tsb jangan sampai menjadi batu-sandungan mereka ?

Jujur saya nggak gitu nangkep atopun mengerti kalau dikatakan SP itu bonus/tambahan/additional dikala union pada pasutri. Karena kalo SP = bonus optional, lalu union itu sendiri apa ? Dilakukan hanya utk reproduksi (dapet anak) ? TANPA boleh adanya niat/harapan/tujuan pasutri utk hanya mendapatkan bonus tsb ? :).

Ini koq jadi seperti membalik apa yang dimaksudkan orang lain, ya? :what:

Tujuan dari sex dalam perkawinan adalah utk berketurunan. Bahwa disana ada kenikmatan.... ya monggo dinikmati. Jika tidak ada terjadi... ya monggo silakan cari cara supaya itu nikmat. Tapi tetap tujuan utamanya adalah 'berketurunan'.

Jadi, adalah tidak benar jika karena suatu hal  ML tidak nikmat atau tidak sampai pada orgasme.... lantas ML tidak dilakukakan lagi atau dilakukan dengan cara-cara yang tidak berpeluang utk berketurunan.

Contoh: "Karena oral sex atau anal sex lebih nikmat,[sementara sexual intercourse justru sakit].... lantas oral/anal sex lah yang selalu ditempuh.....> ini salah.

Silakan direnungkan, spy gak bilang orang lain yg muter.
====

Salam,


Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #246 on: May 07, 2013, 02:27:48 AM »
Akhirnya saya jadi membaca 1 Korintus yg Anda usung.

sbb:

St. Paulus berbicara bukan kepada orang-orang yang belum kawin, tetapi kepada yg sudah kawin. Makannya dikatakan: Isteri sendiri & Suami sendiri.  ===> [Jangan ke lelaki atau wanita lain]

Ini versi DR nya:

1 Cor 2

But, to avoid the danger of fornication, let every man keep his own wife, and every woman her own husband.

American King James Version
Nevertheless, to avoid fornication, let every man have his own wife, and let every woman have her own husband.

Weymouth New Testament
But because there is so much fornication every man should have a wife of his own, and every woman should have a husband.

Quote
Pun St. Paulus tidak pernah menganggap bahwa perkawinan adalah jurus jitu utk menyalurkan berahi. ["Kawinlah, supaya gak tergoda dan bisa menyalurkan hasrat"]
(1) Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (2) tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.

Entah juga ya, kalo dari 2 ayat pertama tsb ... saya nangkepnya ayat 2 adalah kesinambungan dari ayat 1. Dua ayat ini ibarat "prakata" ... selanjutnya di ayat 3 baru mlulu ngomongin tentang suami-istri :).

Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (koma) tetapi mengingat bahaya percabulan

odading nangkepnya :
Lajang adalah baik bagi laki laki .... walopun ini baik (hidup sendiri) ... namun karena "lumrah"nya bawaan laki2 itu gak kuat menahan godaan birahi ... maka ini bisa menuntun si laki2 melakukan hubungan sex diluar nikah (entah ama pelacur ataupun kekasih) dalam melampiaskan hasratnya tsb sehingga tercapai pleasure (kenikmatan).

Quote
Kawin atau tidak Kawin tidak akan menghilangkan peluang adanya 'percabulan'.
untuk bahasa Indonesia-nya, 'percabulan' nggak dibedakan ke hal yang spesifik. Tapi kayaknya kalo di bahasa Inggris-nya dibedakan :

Adultery ditinjau dari si pelaku yang sudah kawin.
Fornication ditinjau dari si pelaku yang belum kawin.

Quote
St. Paulus justru mengatakan bahwa alangkah baiknya jika jadi seperti dia. [Tidak kawin]
Ya betul... dan dia melanjutkan : (bahasa sehari hari) .. tapi bisa nyrempet bahaya loh idup sendiri ...

Quote
Nein.... perwujudan sexual desire adalah sexual intercourse.... entah sampai keduanya mencapai orgasme atau tidak.
Lalu apa tujuan orang melakukan sexual intercourse diluar pernikahan ? Apa tujuan seorang laki2 lajang ke pelacuran ?

IMO, sexual intercourse adalah kata kerja yang mengandung "kepuasan" ---> ibarat kata kerja Makan :

Sexual desire = hasrat sso untuk ingin makan
Union = melakukan kata kerja Makan
Sexual pleasure = kenyang

Quote
Kalau ke isteri atau suami sendiri jelas bukan fornication juga bukan adultery. Jadi ngapai mesti dipanjangin lg.
Justru makanya saya perpanjang, karena itu berarti ada "jalan keluar" kan ? :).

Memandang wanita lain = dosa = fornication ---> pelaku laki2 lajang.
Bagaimana to avoid fornication ini ? .... Menikah ---> ada jalan keluar ....
memandang wanita milik sendiri = tidak dosa --- tidak fornicate.

Quote
Tujuan sexual intercourse dalam perkawinan bukanlah Sexual Pleasure.
Jadi apa tujuan pasutri melakukan sexual intercourse pada KBA donk ?

Quote
Jadi, mau nikmat atau malah nyeri.... ya jalan terus.
Nah ini saya juga baru tau ... saya gak tau sebelonnya. Karena di benak saya, ketika salah satu pasangan merasa nyeri ... maka partner-nya "nau-in" utk tidak jalan terus :).

Quote
Kalau sudah menikah.... kalau ada bonus.... ya syukur; kalau gk ada, ya gak apa-apa, yang penting yg utamanya tercapai.
Karena saya sendiri masih ragu akan penangkapan saya pada kalimat bold .... apakah maksudnya medice.... "yang utama tercapai" itu adalah event penetrasinya ? ataukah niat mendapatkan anak LAGI tercapai dengan melakukan aksi event penetrasi - tanpa perduli partnernya merasa nikmat ataupun nyeri ?

Quote
Tujuan dari sex dalam perkawinan adalah utk berketurunan.
Ya kembali lagi pertanyaan saya diatas .... kalo tujuan/niat/rencana/keinginan-nya melakukan sexual intercourse itu memang HANYA untuk dapet keturunan ... KENAPA ngitungin kalender (KBA) ? :).

Mohon ini dijawab dulu, agar saya-nya gak muter2 lagi yaaa :D.

Quote
Contoh: "Karena oral sex atau anal sex lebih nikmat,[sementara sexual intercourse justru sakit].... lantas oral/anal sex lah yang selalu ditempuh
saya tidak sedang membicarakan YANG SELALU, medice ... yang saya tanyakan adalah di KETIKA. ... DAN saya juga nggak sedang ke arah pembicaraan LEBIH nikmat ataupun KURANG nikmat :).

Secara default, event penetrasi leads to pleasure.
Dan sekali lagi saya masih belum bisa mencerna walo terus berpikir ... bagaimana caranya agar bisa "masuk" bahwa Pleasure adalah bonus dari event penetrasi.

Saya ngerujuk ke fornication (laki2 lajang ke komplek pelacuran).
Sexual Pleasure itu BISA didapat TANPA pernikahan. (kegiatan sexual diluar pernikahan untuk mencapai "kenyang" ---> Pleasure). SP is SP, nggak menjadi bukan bonus bagi yg diluar pernikahan .... nggak juga menjadi bonus bagi yang didalam pernikahan,

Dan saya gak ngerti, kenapa sepertinya saya salah kalo mengertikan statement Paulus tsb adalah : bagaimanapun juga ... walopun demikian.... nevertheless (sekalipun hidup lajang adalah baik) .... namun karena Pleasure bisa didapat oleh laki2 lajang yg melakukan sex dgn wanita lain adalah fornication, maka baiklah laki2 tsb menikah ... to avoid fornication ----> to avoid Sexual Pleasure yang diluar pernikahan.

Quote
....> ini salah.
Kalimat ini dilontarkan ke pasangan yang mana ?
Pasangan yang perduli sehingga tidak jalan terus ketika partner-nya mengeluh nyeri/kesakitan, lalu melakukan simulasi selain event penetrasi ?

Ataukah pasangan yang mengeluh nyeri tsb yang salah, seharusnya dia diam saja jangan mengeluh nyeri ketika itu - agar tidak terjadi simulasi selain event penetrasi ?

Yang merah konsultasi ke gereja dan memberi pernyataan seperti merah tsb ... dan bertanya ... apakah tindakannya tsb benar atau salah
--->Maka jawabannya si konsultan : INI SALAH. Kamu harus jalan terus, pokok hajar bleh!

Yang biru konsultasi ke gereja dan mengeluh partner-nya hajar bleh! terus, walo si biru sudah bilang nyeri.
Maka jawaban si konsultan : INI SALAH. Kamu tidak boleh mengeluh dan jangan sampe minta simulasi, tahan aja dan berdoa aja ya sama Tuhan.

Yang merah dan biru konsultasi ke gereja dan menyatakan karena dia merasa nyeri ketika event penetrasi, maka dia berkeinginan partner-nya melakukan simulasi - dan partnernya bersedia melakukannya. Keduanya menanyakan ini salah atau benar ?
Konsultan : pokoknya kalian berdua salah. Karena kenikmatan tsb cuma bonus ... mao dapet SP ato kagak ... kesakitan ato kagak, sekalipun sudah punya anak 5 ... pokok tidak boleh menjadi problem bagi kalian berdua dapet SP ato kagak.

Berdasarkan masukan medice maka ilustrasi konsultan saya jadi seperti diatas.
Kalo bukan begitu keKristenan "mengambil sikap" yg spt di ilustrasi saya tsb dikala dihadapi kasus pasutri merah/biru, mohon dikasih tau ke saya ... :).

salam.
« Last Edit: May 07, 2013, 02:33:06 AM by odading »

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #247 on: May 07, 2013, 08:16:59 AM »
American King James Version
Nevertheless, to avoid fornication, let every man have his own wife, and let every woman have her own husband.

Weymouth New Testament
But because there is so much fornication every man should have a wife of his own, and every woman should have a husband.

Have his/her own wife/husband.....> bukanlah anjuran utk kawin; tapi anjuran utk have sex dengan isteri atau suaminya sendiri; bukan dengan yang lelaki atau wanita lain.

NIV: But since sexual immorality is occurring, each man should have sexual relations with his own wife, and each woman with her own husband
====

Haydock's Catholic Bible Commentary

Ver. 2. &c. But because of fornication, let every man have, and live with his own wife,[1] and not leave her, nor dismiss her. Take notice, that St. Paul speaks these words to those that are already married, and speaks not of the unmarried till the 8th verse.

Quote
(1) Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (2) tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.

Entah juga ya, kalo dari 2 ayat pertama tsb ... saya nangkepnya ayat 2 adalah kesinambungan dari ayat 1. Dua ayat ini ibarat "prakata" ... selanjutnya di ayat 3 baru mlulu ngomongin tentang suami-istri :).

Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (koma) tetapi mengingat bahaya percabulan

odading nangkepnya :
Lajang adalah baik bagi laki laki .... walopun ini baik (hidup sendiri) ... namun karena "lumrah"nya bawaan laki2 itu gak kuat menahan godaan birahi ... maka ini bisa menuntun si laki2 melakukan hubungan sex diluar nikah (entah ama pelacur ataupun kekasih) dalam melampiaskan hasratnya tsb sehingga tercapai pleasure (kenikmatan).

Ayat 1 pun tidak ada mengatakan soal Lajang/ Tidak Kawin, melainkan "not to touch".

Seperti apa isi surat Gereja Korintus kepada St. Paulus tidak diketahui pasti.

Kemungkinannya adalah 1 diantara 2 berikut:

I) Pihak Korintus menyurati St. Paulus mengenai Kawin atau Tidak Kawin.

II) Pihak Korintus (setelah convert) menyurati St. Paulus mengenai isteri/suami kafir mereka.... apakah tetap boleh disentuh/dijamah atau tidak??

Melihat jawaban St. Paulus.... besar kemungkinan surat dari Gereja Korintus adalah mengenai persoalan yg ke- II.

Jadi, kurang lebih adalah sbb:

Pihak Korintus kpd St. Paulus: "Pak, gimana dengan isteri/suami kafir kami ini. masih kah tetap bisa kami sentuh/jamah, atau tidak"??

St. Paulus kpd pihak Korintus: "Sebaiknya sih memang jangan disentuh lagi; tapi daripada kalian malah jadi ngiler ama isteri/suami/lelaki/wanita lain.... yah mending sama isteri/suami kalian itu sendiri.

Quote
untuk bahasa Indonesia-nya, 'percabulan' nggak dibedakan ke hal yang spesifik. Tapi kayaknya kalo di bahasa Inggris-nya dibedakan :

Adultery ditinjau dari si pelaku yang sudah kawin.
Fornication ditinjau dari si pelaku yang belum kawin.

Not really,

Semua Adutery adalah Fornication tapi tidak semua Fornication adalah Adultery.

Fornication intinya adalah: Not married to each other. Entah he/she lajang atau suami/isteri seseorang.
===


Salam,

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #248 on: May 07, 2013, 10:41:03 AM »
Lalu apa tujuan orang melakukan sexual intercourse diluar pernikahan ? Apa tujuan seorang laki2 lajang ke pelacuran ?

I do not know.
Saya hanya concern dengan yang 'di dalam pernikahan'

Quote
IMO, sexual intercourse adalah kata kerja yang mengandung "kepuasan" ---> ibarat kata kerja Makan :

Sexual desire = hasrat sso untuk ingin makan
Union = melakukan kata kerja Makan
Sexual pleasure = kenyang

Bahkan dengan pemahaman yang paling sekular pun....  sexual intercourse adalah utamanya utk berketurunan; bukan untuk kepuasan. Bahwa masyarakat modern dan kaum hedonist menggiringnya ke soal kenikmatan tidak menjadikan hakikatnya jadi berubah.

Merriam Webster Dictionary

Definition of SEX
1
: either of the two major forms of individuals that occur in many species and that are distinguished respectively as female or male especially on the basis of their reproductive organs and structures
2
: the sum of the structural, functional, and behavioral characteristics of organisms that are involved in reproduction marked by the union of gametes and that distinguish males and females

Quote
Jadi apa tujuan pasutri melakukan sexual intercourse pada KBA donk ?
Untuk bonus/additional nya saja.

Quote
Nah ini saya juga baru tau ... saya gak tau sebelonnya. Karena di benak saya, ketika salah satu pasangan merasa nyeri ... maka partner-nya "nau-in" utk tidak jalan terus :).
 Karena saya sendiri masih ragu akan penangkapan saya pada kalimat bold .... apakah maksudnya medice.... "yang utama tercapai" itu adalah event penetrasinya ? ataukah niat mendapatkan anak LAGI tercapai dengan melakukan aksi event penetrasi - tanpa perduli partnernya merasa nikmat ataupun nyeri ?

Lha, dari awal saya sudah mencontohkan bahwa jika ada seorang calon suami yg Mr. P nya sangat amat besar dan panjang, serta seorang calon isteri yang Ms. V-nya amat sangat kecil..... sehingga ML diantara mereka pasti 'sakit', maka itu bukan halangan mereka utk tetap Kawin.

Juga saya pernah mengatakan bahwa jika bagi perempuan, akibat sexual intercourse lanjutan 9 bulan kemudian adalah rasa sakit yang luar biasa (mengalahkan rasa SP ketika ML).

Quote
Ya kembali lagi pertanyaan saya diatas .... kalo tujuan/niat/rencana/keinginan-nya melakukan sexual intercourse itu memang HANYA untuk dapet keturunan ... KENAPA ngitungin kalender (KBA) ? :).

Untuk bonusnya saja.
====

Salam,

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #249 on: May 07, 2013, 11:09:35 AM »
Secara default, event penetrasi leads to pleasure.
Dan sekali lagi saya masih belum bisa mencerna walo terus berpikir ... bagaimana caranya agar bisa "masuk" bahwa Pleasure adalah bonus dari event penetrasi.
Disini kita berbicara soal 'tujuan' bukan apa yang 'dialami/dirasa' dalam proses mencapai tujuan tersebut.
Saya bantu Anda dengan:
- "apa tujuan orang minum obat yang sangat pahit"?
- "apa tujuan orang diet"
- "Apa tujuan orang berolah raga"
- etc

Quote
Saya ngerujuk ke fornication (laki2 lajang ke komplek pelacuran).
Sexual Pleasure itu BISA didapat TANPA pernikahan. (kegiatan sexual diluar pernikahan untuk mencapai "kenyang" ---> Pleasure). SP is SP, nggak menjadi bukan bonus bagi yg diluar pernikahan .... nggak juga menjadi bonus bagi yang didalam pernikahan,

Jika bagi Anda tujuan dari 'makan' adalah 'kenyang'.... ya, saya tidak bisa berkat apa-apa lagi. Tapi kalau saya pribadi.... tujuan saya makan bukanlah supaya 'kenyang'.

Quote
Dan saya gak ngerti, kenapa sepertinya saya salah kalo mengertikan statement Paulus tsb adalah : bagaimanapun juga ... walopun demikian.... nevertheless (sekalipun hidup lajang adalah baik) .... namun karena Pleasure bisa didapat oleh laki2 lajang yg melakukan sex dgn wanita lain adalah fornication, maka baiklah laki2 tsb menikah ... to avoid fornication ----> to avoid Sexual Pleasure yang diluar pernikahan.
St. Paul sama sekali tidak membahas soal 'sexual pleasure'.
Dia membahas soal 'kekudusan'.

Quote
Kalimat ini dilontarkan ke pasangan yang mana ?
Kepada mereka yang sudah menyatu.
Marital act selalu melibatkan keduanya.

Quote
Pasangan yang perduli sehingga tidak jalan terus ketika partner-nya mengeluh nyeri/kesakitan, lalu melakukan simulasi selain event penetrasi ?

Ataukah pasangan yang mengeluh nyeri tsb yang salah, seharusnya dia diam saja jangan mengeluh nyeri ketika itu - agar tidak terjadi simulasi selain event penetrasi ?

Yang merah konsultasi ke gereja dan memberi pernyataan seperti merah tsb ... dan bertanya ... apakah tindakannya tsb benar atau salah
--->Maka jawabannya si konsultan : INI SALAH. Kamu harus jalan terus, pokok hajar bleh!

Yang biru konsultasi ke gereja dan mengeluh partner-nya hajar bleh! terus, walo si biru sudah bilang nyeri.
Maka jawaban si konsultan : INI SALAH. Kamu tidak boleh mengeluh dan jangan sampe minta simulasi, tahan aja dan berdoa aja ya sama Tuhan.

Yang merah dan biru konsultasi ke gereja dan menyatakan karena dia merasa nyeri ketika event penetrasi, maka dia berkeinginan partner-nya melakukan simulasi - dan partnernya bersedia melakukannya. Keduanya menanyakan ini salah atau benar ?
Konsultan : pokoknya kalian berdua salah. Karena kenikmatan tsb cuma bonus ... mao dapet SP ato kagak ... kesakitan ato kagak, sekalipun sudah punya anak 5 ... pokok tidak boleh menjadi problem bagi kalian berdua dapet SP ato kagak.

Berdasarkan masukan medice maka ilustrasi konsultan saya jadi seperti diatas.
Kalo bukan begitu keKristenan "mengambil sikap" yg spt di ilustrasi saya tsb dikala dihadapi kasus pasutri merah/biru, mohon dikasih tau ke saya ... :).

salam.

Silakan lakukan berbagai cara dan upaya [yang bermoral dan bermartabat], jika itu mendatangkan nikmat atau mengurangi nyeri.... but still jangan lupa dengan penetrasi dalam rangka open to creation.

Silakan mengolesi obat yang sangat pahit dengan madu.... but still obatnya harus tetap diminum dan jangan hanya madunya yang dijilati.

====

Salam,

Offline cadangdata

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1065
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #250 on: May 07, 2013, 03:48:02 PM »
daripada di thread sebelah sepi.. mohon ijin repost di mari yak...

judul thread ini kan nyerempet-nyerempet PRO-KREASI kan ya?

Bgm pendapat masbro mbaksis sekalian ttg opini sy atas PRO KREASI sbb:

1. Spt sudah kita ketahui bersama bahwa Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sampai hari ini masih amat tinggi, terutama di negara berkembang & kurang berkembang..
a. Nah, bisa kita bayangkan jaman dulu, anak raja & ratu yg dapat perlayanan first class aja.. bisa pada mati bayi / mati kecil / mati muda, dll..
    apalagi peasant... waduh... parah..
b. Oleh karenanya, menjadi amat logis & bisa dimengerti apabila angka kelahiran harus digenjot sebanyak-banyaknya, sambil meng-institusionalisasi-kan ikatan perkawinan..
c. IMHO: hal ini sampai hari ini masih relevan di part of the world yg masih terbelakang itu, tetapi mungkin perlu ada penyesuaian interpretasi pd implementasi di developed world.


2.Penghargaan thd hak hidup
a.. Konsep penghargaan terhadap hak hidup manusia lain (apalagi ana-anak) pasti beda banget dengan jaman skrg...
b. Dulu, anak sepuluh mati 4, adalah sesuatu yg amat disyukuri, karena berarti masih 60% dari anak yg berhasil hidup..
    dgn kata lain, tidak beda jauh antara anak & domba ternak pliharaan kita, yg dilihat dari jumlahnya & jenis kelaminnya..
c. Sehingga, tentu konsep pro-kreasi pada saat itu tentu lebih sederhana interpretasi-nya, yaitu kira-kira:
    Optimal-kan fungsi reproduksi kalian selagi memungkinkan, karena buat persediaan, kalau-kalau anak-2 kalian lainnya dipanggil Tuhan, maka masih ada buffer stock anak-anak yg sedang kalian bikin & calon-calon anak berikutnya..


3. Nah, dgn fenomena sosial yg demikian ini,
a. Tentu bisa dimaklumi, bila Paus siapapun akhirnya memutuskan sikap demikian...
    coba bisa dibayangkan, kalau diskursus yang terjadi disini (dgn asumsi kita relatif lebih well-educated dibanding most of the common society), dan diterapkan......
b. maka... betapa sulit-nya mengendalikan potensi ABUSE of INTERPRETATION, baik yg imaginable maupun un-imaginable..


Soal bagaimana interpretasi Konsep Pro-Kreasi di masing-masing keluarga...
ehehe...
saya rasa kembali pada masing-masing individu & sesuai dengan kondisi sosial di keluarga tersebut..

lagian ini kan udah abad 21, masa sih Paus sampai berpendapat naif bahwa suami-istri yg pakai kondom artinya berdosa?

disisi lain kita perlu memahami juga kesulitan heterogenitas latar belakan sosial miliaran jemaat Khatolik..
sehingga para organisatoris itu akhirnya memang memilih sikap mainstream demikian..

demikian imho....

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #251 on: May 08, 2013, 04:47:35 AM »
thanks bro

Jadi semua sexual act harus bermuara ke penetrasi yg berakhir pada open creation ya ?
Kalo kissing istri itu termasuk sexual act gak ? sy pernah baca, konon kissing jg bisa membuat wanita klimax. Nah, kalo niatnya cuma mau kissing bisa berabe kan kalo harus dilanjutkan ....
 

Kissing act bukan termasuk sexual act.

kan namanya aja beda tuh..

kalo sex-ual itu hubungannya dengan gituan
Back to TOPIC!