karena orang yg melawan Allah pastilah neraka tempatnya, dan Alalh tdk akan kasihan akan hal tersebut.
striker,
dari yang ijo,
terkesan SUDAH PASTI
sebuah kalimat yg dibuat "saat ini" (kalimat warna ijo) akan menjadi kenyataan (masuk neraka). Ibarat sso yg sampai batas yg kita ketahui di "saat ini" sering berbuat jahat ---> maka kesimpulan yg terkesan SUDAH PASTI - ybs pastilah neraka tempatnya.
Pertanyaannya kan : apakah ybs tsb mati "saat ini" juga ?
Bahkan imo, sekalipun ybs mati "saat ini" juga --- manusia tidak akan pernah bisa tau PASTI, apakah ybs masuk neraka. (yg ada adalah ImanPercaya)
pada yg ungu,
IMO - selama orang itu MASIH hidup ---> ini = Allah MASIH Kasih
(ato kasihan, terserah) pada orang ini. Saya asumsikan, ybs memang masih terus diberikan kesempatan utk bertobat.
Di ungu, "kebiasaan" yg manusia lakukan adalah mengukur bhw Allah "menjadi" tidakKasih ke ybs adalah melalui instant-karma ---> Akibat yg terjadi di bumi ini pd ybs. (padahal ini gak ada sangkut pautnya dgn Kasih/TidakKasih, imo).
pasti Allah lebih mengasihi dan mengasihani orang yg percaya dan taat kepada-Nya dari pada orang yg melawan-Nya
yang di bold,
Dari mana kita bisa tau ?Kesulitannya disini adalah, kita nggak bisa mengetahui
"lebih jauh" lagi mengertikan "Kasih" modelnya Allah, dari apa yg kita mengertikan pada kata "Kasih" seperti model yg di bumi, dimana kita sudah "kebiasaan" mengukurnya dari instant-karma.
Padahal, kalo menurut saya ...
yang namanya Kasih itu seyogyanya nggak punya kadar.
Ortu yg punya 2 anak, si Udin boandel minta ampun, suka ngebangkang, bermasalah terus, dlsb ... dan si Badrun sebaliknya. Dari pov (point of view) orang luar ---- kesimpulan yg bisa ditarik adalah :
ortu PASTI lebih mengasihi dan mengasihani si Badrun.
Pertanyaannya sama :
Dari mana kita bisa tau ? dari instant-karma ? Si Badrun dibeliin sepeda, Udin tidak dibeliin sepeda ?
Karena adalah sulit kalo berdasarkan pov orang luar, sekarang ditinjau dari pov si ortu sendiri. Apakah striker seorang ortu ? Asumsi saja, anak2 striker spt Udin dan Badrun.
Pertanyaannya : apakah striker
lebih mengasihi dan mengasihani Badrun drpd Udin ?
Adalah "wajar" sepasang ortu yg coklat dalam contoh kasus ini.
Namun tetep dalam pandangan saya :
yang namanya Kasih itu seyogyanya nggak punya kadar (dalam kasus analogi ini, hubungan ortu-anak).
Saya katakan "wajar" dikarenakan manusia itu terbatas, terbungkus daging dan hidup di alam materi .... tetapi apakah ke"wajar"an ini juga berlaku pada Allah yg tidak terbatas ? Bagi saya : saya TIDAK TAU deh ... hehehe
.
Apabila jawaban striker pada yg coklat adalah : TIDAK (kasihmu tetap sama kepada 2 anak ini) ---> maka mudahnya adalah dgn membandingkan : "apalagi Allah ?"
.
Lalu bgmn dgn malaikat ? Yah, kamu tinggal ganti aja si Udin itu ibaratkan malaikat yg kayak si malin-kundang, jelas2 tau ortu adalah kandungnya - tapi "memproklamirkan" tidak mengakui dan bahkan bertingkah durhaka ...
.
salam.