mas bro, Uang atau alat Tukar pada jaman romawi sampai kekalifahan sahabat Nabi itu hanya kepingan LOGAM yang bergambar. coba check deh bentuk uang pada jaman romawi sampai jaman Nabi Muhammad.
PI, bagaimanapun bentuk uang itu, seprimitif apapun (misalnya dengan menggunakan cangkang tiram), tetapi fungsinya ya tetap mempermudah perdagangan yang tadinya hanya menggunakan sistem barter. Nah, kalau pada tahun sebelum 50 M di sekitar Timur Tengah sudah mengenal uang, dan sudah mengadakan sensus, apakah tidak terlalu naif kalau beranggapan hingga tahun 500an daerah-daerah di sekitar situ masih menggunakan barter, dan tanpa dokumen?
Namun, adalah betul, bahwa hingga saat ini, kita (khususnya saya) belum menemukan bukti fisik bahwa perdagangan tahun 500an di sekitar Timur Tengah itu dilakukan dengan dokumen. Sesederhana apapun dokumennya. Tetapi, dengan membaca Kitab Yesaya (
+ 300 tahun sebelum Jesus Kristus lahir, CMIIW) di Yes 50:1
Beginilah firman Tuhan: "Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? Atau kepada siapakah di antara penagih hutang-Ku Aku pernah menjual engkau? Sesungguhnya, oleh karena kesalahanmu sendiri kamu terjual dan oleh karena pelanggaranmu sendiri ibumu diusir, berdasar frasa yang saya garis bawahi itu, sangat kuat dugaan bahwa penggunaan dokumen beraksara sudah sangat lazim di Timur Tengah dan sekitarnya. Tenggangnya ke tahun 500an, sudah 800 tahun.
Mosok sih selama 800 tahun, penggunaan aksara masih hanya di daerahnya Israel, tanpa melebar kemana-mana, sampai ke jazirah Arab? Tidal logis, kan?
Nah, tentang Muhammad, kalau diyakini berdasar berbagai dokumen yang ada, bahwa Muhammad adalah pedagang antar negeri, yang sejak berusia 12 tahun sudah bertemu Pendeta Nestorian, Bahira, dan bergaul erat dengan Waraka Bin Naufal kerabat Siti Khadijah itu, yang adalah Pendeta Ebionite, serta diyakini sebagai seorang cerdas, maka, menurut pemahaman saya, tidak logis kalau Muhammad dipercaya sebagai buta aksara.
Pengertian dari
"ummi", tidak semata-mata buta aksara. Google aja, akan engkau temui beberapa artikel yang meragukan kebutaaksaraan Muhammad. Namu, kembali lagi, karena kita tidak menemukan suatu dokumen atau pernyataan atau tanda atas kebutaaksaraan Muhammad, masalahnya jadi terpulang ke iman masing-masing.
Damai, damai, damai.