Kalo menurut saya shakes :
Bagi sebagian orang di masa kini, ternyata natal hanyalah perayaan keluarga, festival, perayaan musim dan sejenisnya.
Sebagian orang tsb adalah orang yg memang aslinya bukan Kristen, namun mereka menyenangi akan "suasana" Natal. Entah bagaimana dgn "spirit" Natal, namun saya rasa ada juga sebagian dari sebagian orang tsb yg merasakan "spirit" damai.
Jadi misal ada 100 orang disuatu tempat.
Dgn asumsi penganut Kristen konstan di tahun berjalan sbb :
30 orang Kristen, 70 orang nonK.
Disaat Natal disuatu tahun, 30 tsb merayakan spirit Natal --- 70 orang tsb tidak perduli.
pov observer : Perayaan Natal masih "murni".
Tahun berikutnya, 30 tsb konsisten,
dari yang 70 - ada 15 menyenangi suasana Natal dan "ikut" merayakannya.
pov observer : Perayaan Natal "mulai terkontaminasi"
Tahun berikutnya, 30 tsb masih konsisten,
dari sisa 55 adalagi 15 menyenangi suasana Natal dan "ikut" merayakannya.
pov observer : Perayaan Natal 50% sudah tidak mempunyai spirit lagi.
(karena yg dinilai adalah dari keseluruhan 60 orang yg merayakan Natal, dimana 30 konsisten, 30 lagi secara festive).Mungkin pertanyaan yg timbul :
Dikhawatirkankah 30 konsisten ini terpengaruh sehingga nanti malah kehilangan spirit Natalnya, karena terbawa arus secara festive ?
idem dgn pertanyaan shakes :
Apakah orang Kristen di Indonesia juga akan mengarah ke gejala yang sama?
Kalo menurut saya pribadi, tidak ada yang perlu di khawatirkan (optimis) --- malah mungkin boleh senang hati, karena dari 30 secara festive tsb, terbuka kemungkinan 5 merasa damai, dimana 1 akhirnya mengenal Yesus...sehingga di tahun depan ada 31 konsisten (optimis).
salam.