2. ‘Waktu tidak eksis dan tidak riil”?
a. Dalam Alkitab dinyatakan: “Itulah hari pertama” (Kej 1:5). Kata ‘hari’ menunjuk adanya ‘waktu’ (time) yang eksis. Kata ‘pertama’, ‘kedua’, dan ‘ketiga’, dst, yang menyusul kata ‘hari', menunjuk pd phisycal time yang riil (jadi ‘waktu’ = riil).
b. Tetapi kmd manusia merekonseptualisasikan sang ‘waktu’ sdmkn rupa shg keberadaan ‘simbol’ (satuan) utk ‘waktu’ dianggap bukti ttg non-eksis dan tdk riil-nya ‘waktu’ (seolah TANPA simbol maka ‘waktu’ tdk eksis dan tdk riil, alias hanya dlm ‘mind’-nya manusia saja).
c. Pdhl, sebelum Allah berkata “Jadilah…”, DIA sudah ‘beripikir’ lebih dulu didalam ‘Mind’-NYA bhw DIA akan mbuat ‘waktu’ menjadi eksis kedalam dunia melalui proses 'berfirman'. Stlh 'waktu' eksis di alam ciptaan, ia benar2 eksis di dunia, shg bukan hanya 'ada' dalam ‘mind’-nya manusia saja. Artinya, ketika ‘waktu’ masih ada dalam ‘Mind’-nya Allah, ia belum eksis. Tetapi setelah IA berkata “ITULAH hari pertama…”, maka ‘waktu’ (time) itu menjadi eksis dan riil (bukan hanya dalam mind-nya manusia), dengan atau tanpa simbol/satuan waktu buatan manusia.
d. Fakta lain bahwa ‘waktu’ adalah riil dan eksis yaitu: (i) Allah beristirahat pada HARI KETUJUH; dan (ii) TIDAK ADA HARI KEDELAPAN!. DIA menggunakan frasa itu krn 'waktu' SUDAH EKSIS DAN RIIL (sudah diluncurkan dari ‘Mind’-nya Allah, menjadi ‘ciptaan’).
e. Jadi, dari sudut pandang Allah, ‘waktu’ eksis dan riil, tp manusia (dg menggunakan ukuran-ukurannya sendiri) menganggap time hanyalah keberadaan yang tdk disengaja, yg hrs ‘ada’ krn harus menopang ‘hal’ lainnya (materi/pergerakan); dianggap hanya sbg tanda (marker) = sebuah term utk mendefinisikan jeda event event event, musim2, dlsb dikarenakan alam sini bermateri dan penghuninyapun berjasad materi.
f. Manusia yg tdk menggunakan titik berangkat #1 diatas memang akan menavikan perbedaan antara apa yang ada di dalam ‘pikiran’ Allah (belum eksis) dan yang kemudian DIA luncurkan keluar melalui ‘perkataan’/firman-NYA (menjadi eksis).
3. Dari pov theistic-presumption: manusia adalah ciptaan. Karena itu tdk mungkin membahas ‘waktu’ dan hal metafisika (termasuk asal mula agama & life-issues) dg titik berangkat dr produk ‘ciptaan’ (filsafat buatan manusia & ‘pengalaman’nya). Hasilnya: spekulasi yang ujung & pangkalnya adlh (memuaskan?) mind manusia.
Penjelasan lanjutan ...
1.
Dinamika: Dipilah antara ‘Mind’ dan ‘Word’ of God
2.
EKSISTENSI ‘Objek’: ‘Mind’ berarti objek menjadi
eksis dalam Diri Allah. Word berarti objek menjadi
eksis dalam dunia (ciptaan).
3.
SIFAT ciptaan (setelah diucapkan dari Word):
a. Ranah Fisik:
(i) Bersifat alamiah/jasmaniah (observable);
(ii) Bersifat imateriil (objek untuk mind): waktu, hukum alam (orbit, matematika, dll),
(iii) Bersifat spiritual (roh manusia dan contoh ‘iman’ dalam Ibrani 11:1).
b. Ranah Non-Material:
(i) makhluk: bisa berpikir; ada objek untuk mind; (ii) alam/dunia roh; (iii) ada hukum (termasuk hirarki kekuasaan). Misal: makhluk sorgawi, kerajaan terang dan gelap, alam ghoib, dst.
4.
Implikasi diskursus:
a. Filsafat dan ‘fenomenologi’: mengklaim ‘penemuan’ dan ‘artikulasi’ itu sebagai ‘diluar ciptaan’ (padahal ‘semangat’-nya adalah
spekulatif). Yang lainnya lagi membuat kategorisasi bahwa semua yang ber
sifat immateriil (poin
#3.a.(ii) di atas) adalah ‘
tidak eksis’.
b.
Kekeliruan logika:
RANCU antara
SIFAT dengan
EKSISTENSI.
Sifat immateriil ciptaan (poin
#3.a.(ii) di atas) juga dinyatakan
‘ada’ (
eksis karena diciptakan), manusia hanya perlu ‘menemukan’ dan meng-'artikulasi'-kannya.
‘Waktu’ (dan matematika serta hukum alam), sejatinya ber
sifat immateriil, sehingga membutuhkan simbol (satuan), sama seperti matematika dan hukum alam. Namun, sekalipun ia ber
sifat immateriil, ia tetap
eksis karena diciptakan (
bagaimana mungkin sesuatu yang diciptakan ternyata tidak eksis?). Pasti ada kekeliruan logika disini.
Lanjut… Keberadaan ‘waktu’ yang ber
sifat non-fisik ini, yang oleh KS dinyatakan
‘eksis’ karena diciptakan (bukan lagi berada dalam Mind-nya Allah), kemudian dianggap
tidak eksis hanya karena
sifatnya yang
immateriil. Jadi, sesuatu yang ber
sifat immateriil (non-fisik), diukur berdasarkan kriteria
untuk objek yang ber
sifat fisik, lalu diputuskanlah:
yang tadinya eksis itu, menjadi tidak eksis (ini dagelan logika darimana, ya?).
Pencampur-adukkan antara
SIFAT dengan
EKSISTENSI ini terus dikumandangkan untuk mendiskreditkan KS Kristen dan kekristenan, padahal kekeliruan terletak pada
logical fallacy dimana terjadi ‘perancuan’ antara “
SIFAT” (
fisik-dan-non-fisik) dengan
EKSISTENSI (‘
eksis-dan-non-eksis’). KS Kristen menyatakan bahwa baik yang ber
sifat fisik (physically) maupun yang bersifat
immateriil (non-fisik) adalah
ciptaan dan
eksis (‘
ada’), tapi yang
eksis itu dinyatakan
KELIRU (yaitu
tidak eksis), oleh pertimbangan yang didasarkan
logical fallacy. .... Cig atuh lamun bodor teh ulah garing pisan…
c. Bertanya kepada orang Kristen tentang pendapat KS (perihal ‘waktu), tapi setelah dijawab, malah disangkal berdasarkan ‘kekeliruan ala pencampur-adukkan’ (kekeliruan logika) dan sumber-sumber yang tidak jelas (bukan dari KS Islam, bukan juga dari “KS Filsafat”). Nantinya, kalau pertanyaan tentang “Apa artinya bahwa ‘Allah itu hidup’?”, juga akan disangkal (jika enggan disebut ‘menyatakan KS Kristen keliru’), karena sudah ada keputusan teologis ala “KS Filsafat” bahwa: “hidup/kehidupan = state state state”.