@ Bro. Husada, damai bagimu…SYARAT MENJADI ANGGOTA 'GEREJA' DAN 'GEREJA KATOLIK'Mat 16:16 disusul oleh Mat 16:17 yang adalah pernyataan Jesus Kristus kepada pribadi Simon bin Yunus. Di Mat 16:17, menurut saya adalah perkataan Jesus Kristus kepada Simon saja, tidak kepada semua muridNya. Bahkan Jesus Kristus masih mengaitkan Simon dengan Yunus ayah Simon. Jadi, menurut saya, itu hanya kepada Simon.
Tentang Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal, saya kira tidak terkait dengan kompetensi mengajar (Magisterium). Justru Yoh 3:16 itu mengatakan bahwa setiap orang yang menerima ajaran Jesus Kristus yang disampaikan melalui Magisterium akan beroleh hidup yang kekal
Saya memang tidak berbicara tentang Magisterium saat mengutip kedua ayat itu. Silakan Husada melihatnya lagi. Saya ingin bertanya kepada Husada, “Syarat apakah yang dibutuhkan agar seseorang dapat menjadi
anggota ‘Gereja’ Kristus?" (Kalau menurut saya, syaratnya ada di dalam dua ayat itu, TANPA harus menjadi anggota Gereja Katolik Roma).
Lalu syarat apakah yang dibutuhkan agar seseorang dapat disebut
anggota Gereja Katolik Roma? Nah, ini yang saya tidak tahu.
Saya kira, jika Gereja yang memiliki Pengakuan Iman seperti yang dirumuskan di Konsili Nicea, adalah Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Di luar itu, bukan lagi Gereja Yang Satu.
Kalau saya memiliki pengakuan iman yang dirumuskan dalam Konsili Nicea itu, apakah saya otomatis menjadi
anggota Gereja Katolik Roma? Atau perlu dibaptis dulu? Menerima sakramen ekatisti pertama kali lebih dahulu? Menjalani katekisasi lebih dahulu?
Lalu, kalau seseorang percaya kepada Mat 16:16 dan Yoh 3:16 (dua ayat di atas), apakah ia
bukan merupakan
anggota ‘Gereja’ dengan empat sifat di atas?
KONSEKUENSI "JIKA" KATOLIK KELIRU MEMAHAMI MAKSUD Yesus...Maaf Epafras, Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya itu bukan saya yang mengatakannya. Itu adalah ayat Injil tulisan Matius. Ayat itu saya maknai, bahwa Jesus Kristus akan mendirikan jemaat (Gereja)Nya di atas batu karang (Petrus), sebab itu adalah perkataan Jesus Kristus sendiri.
Bagaimana jika Yesus dan/atau Matius tidak bermaksud mengatakan bahwa Mat 16:18 berbicara tentang Petrus sebagai batu karang (‘dasar’) dari ‘Gereja’-NYA? Bukankah secara logis itu berarti Katolik (dan para bapa gereja) telah ‘salah menangkap’ (memahami) maksud Yesus tentang ‘batu karang’ itu? Secara logis pula, jika ‘telah ‘salah menangkap’ maksud Yesus, maka pemahaman tentang ‘dasar’ gereja ini keliru pula bukan? Lalu bukankah dengan kekeliruan itu maka ‘seluruh’ bangunannya (termasuk sistemnya) yang dibangun di atasnya juga keliru? Atau ada yang tidak keliru?
TINJAUAN ATAS TAFSIRAN ‘BATU KARANG’ (MAT 16:18) DALAM BAHASA ARAMKanon PB adalah infallible, dan (menurut Katolik) dihasilkan oleh Konsili yang infallible. Kanon PB itu dituliskan dalam bahasa Yunani yang memiliki karakteristik membedakan kata dengan sifat gender (ada kata sifat netral, feminin dan maskulin).
‘Batu karang’ dalam Kanon PB dinyatakan sebagai ‘
petra’, sedangkan dalam
bahasa Aram adalah ‘
kefas’. Gereja Katolik mendasarkan seluruh eksistensinya atas tafsiran berdasarkan bahasa Aram untuk ‘batu karang’ (‘kefas’) ini dengan alasan bahwa bahasa percakapan yang digunakan Yesus sehari-hari adalah
bahasa Aram, bukan bahasa Yunani.
Jika tafsiran diambil dari
bahasa Aram, maka:
1. Kanon PB yang ditulis dalam bahasa Yunani menjadi tidak berarti (atau tidak memberi
NILAI KONTRIBUTIF) sama sekali dalam membangun ‘
dasar’ (fundamental) Gereja Katolik.
2.
Kanon PB bukan hanya tidak berNILAI kontributif dalam pembangunan ‘
dasar’ Gereja Katolik, melainkan juga ‘keliru’ karena tidak konsisten mempertahankan cara penulisan ‘kefas’ dalam ayat itu, melainkan diganti ‘petra’ (Kanon PB berbahasa Yunani), sedangkan dalam beberapa ayat lainnya, kata ‘kefas’ bahasa Aram itu tetap dipertahankan (dalam Kanon PB berbahasa Yunani).
3. Jika Kanon PB dianggap ‘keliru’, berarti tidak lagi infallible. Jika demikian, maka
Konsili yang menetapkan Kanon PB itu menjadi keliru pula dan tidak infallible.
4. Jika Kanon PB itu keliru dan tidak infallible, berarti
Allah yang merancang dan ‘mengawal’ kanonisasi hingga lengkapnya Kanon PB yang infallible itu, ternyata adalah juga keliru.
Jadi, Katolik ada di persimpangan:
Gereja Katolik mengakui bahwa tafsirannya atas ‘batu karang’ dalam Mat 16:28 yang ditarik dari
bahasa Aram adalah
keliru, tapi ini tidak mungkin karena akan meruntuhkan seluruh bangunannya dari ‘dasar’-nya, hingga harus merombak keseluruhannya, termasuk sistemnya, hingga ke ‘dasar’-nya pula, yaitu tentang ‘penerus Petrus’ (Paus) dan ‘penerus rasul’ (Magisterium) serta infalibilitas keduanya.
ATAU:
Membiarkan manusia sejagad raya mempersepsi Katolik melakukan ke empat kekeliruan di atas. Tapi ini juga tidak mungkin karena
Kanon PB dan terlebih lagi
Allah yang menghadirkannya, adalah TIDAK MUNGKIN KELIRU.
ATAU, coba tempuh jalan lain:
Menafsirkan ‘batu karang’ dalam
bahasa Yunani (‘petra’) untuk
mengakomodir infalibilitas Kanon PB dan
Allah. Tapi ini juga tidak mungkin karena jika ‘batu karang’ itu ditafsirkan ‘Petrus’ maka akan mengandung “
dua kekeliruan” (yang telah saya paparkan di postingan sebelumnya) yang SANGAT FATAL pula.
ATAU, ada alternatif lain?
'MENANAM' DAN 'MENYIRAM' ADALAH TENTANG 'AJARAN'
Siapa yang menafsirkan? Dalam ayat itu, saya kira, apa yang dimaksudkan dengan 'menanam' dan 'menyiram' bukan perbedaan ajaran. Ajaran Jesus Kristuslah yang ditanamkan kepada manusia yang belum mendengar kabar suka cita mengenai Injil. Ajaran Jesus Kristuslah yang disiramkan kepada orang yang telah mendengar kabar suka cita, tetapi masih memerlukan pendalaman, penumbuhan. Apa yang ditanam, dan apa yang disiram, ya sama saja, AJARAN JESUS KRISTUS. Jika Anda mengartikan itu merupakan perbedaan ajaran, tampaknya kita berbeda pemahaman atas itu.
Ya, sudah… tetapi tetap ‘ajaran Kristus’ itu disebut dengan kata ‘menanam’ dan ‘menyiram’, ‘kan? Paling tidak kita punya kesamaan: bahwa ‘menanam’ dan ‘menyiram’ benar-benar terkait dengan pengajaran ‘AJARAN’ Kristus.
Damai, damai, damai...
(Bersambung ...)