@ Bro. Husada,Damai sejahtera Tuhan Jesus Kistus menyertai FIKers sekalian
Saya sangat sependapat dengan Leonardo.
Damai sejahtera juga, dalam Tuhan Yesus Kristus...
Semoga jawaban saya pada Bro. Leo dapat memberi masukan juga untuk Anda, ya…
Ingin menambahkan pikiran sederhana saja, untuk beberapa hal,Kalau Paulus menanam, dan Apolos menyiram, kiranya dapat dipastikan bahwa yang ditanam oleh Pauluslah yang disirami oleh Apolos. Bukan tumbuhan lain. Tumbuhan yang ditanam dan disiram itu, ya itu-itu juga, dan tumbuhan itu diberi pertumbuhan oleh Jesus Kristus. Begitu, kan? Atau ada pemahaman yang selain dari itu?
Ya, benar, saya sependapat dengan Anda… Dan tidak ada pemahaman lain dari itu…
Tentang bangunan yang diumpamakan oleh Paulus, bahwa Paulus telah meletakkan dasar bangunan, kemudian orang lain terus membangun di atasnya, itu mengartikan bahwa bangunan yang dibangun adalah satu. Pembangunan-pembangunan berikutnya, tetap saja harus berdasar kepada dasar bangunan yang telah diletakkan oleh Paulus itu, yaitu Jesus Kristus. Apa yang terjadi sampai dewasa ini?
A. DUA BANGUNAN, DUA DASAR, SATU PENDIRI
Mari kita mulai dengan satu hal ini:
BANGUNAN “A”:
Ada SATU bangunan, dengan dasar Yesus Kristus. Bangunan ini terus ‘dibangun’, hingga saat ini.
BANGUNAN “B”:
Lalu ada SATU bangunan lain, dengan dasar Petrus (ditarik dari tafsiran Mat 16:18). Nama bangunan ini adalah ‘Gereja Katolik’. Bangunan ini juga terus dibangun hingga saat ini.
Baik BANGUNAN “A” maupun BANGUNAN “B” mengklaim diri sebagai ‘didirikan oleh Yesus Kristus’.
Jadi,
Ada berapa
‘dasar’ bangunan?
DUA.
Ada berapa
bangunan?
Dua.
Klaim ‘
pendirinya’ ada berapa?
Satu, yaitu Yesus Kristus.
SEKARANG, kita masuk ke masa ‘dewasa ini’:
1. Kristen non-Katolik (misalnya saya, Karismatik, Pentakosta, Reformed, Baptis, dll, yang umumnya adalah penganut Sola Scriptura) TIDAK MUNGKIN dikategorikan ‘masuk’ sebagai BANGUNAN “B”, bukan? Nah, kalau bukan merupakan BANGUNAN “B”, apakah otomatis masuk sebagai anggota dari BANGUNAN “A”?
Apa yang terjadi sampai dewasa ini?
Banyak bangunan-banguna baru didirikan oleh orang-orang, dengan menyebut, sekali lagi (hanya=sola) menyebut, bahwa dasar bangunan itu adalah Jesus Kristus, tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Artinya, banyak bangunan baru didirikan, dengan menyebut berdasarkan kepada Jesus Kristus, tetapi bukan bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Buktinya, bangunan-bangunan itu terlepas dari bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman).
B. TERLEPAS DARI ‘DASAR KRISTUS’?
2. Memang benar, non-Katolik banyak mengklaim bahwa gereja mereka dibangun di atas dasar Kristus, dan menyebut gereja mereka merupakan bagian dari Gereja Kristus, Lalu Anda mengatakan, “
tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus.”. Apa buktinya bahwa ‘bangunan’ (non-Katolik) itu
terlepas dari dasar Kristus?
3. Kalimat ini Anda sEbut sebagai ‘bukti’ (tapi bukan bukti, melainkan pernyataan yang sama tapi dengan kalimat yang berbeda): “
bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman)”, sebenarnya BANGUNAN “A” atau BANGUNAN “B”? Bagaimana Anda membuktikannya?
4.a. Bagaimana Anda tahu dan dapat membuktikan bahwa bangunan dewasa ini, “
… terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus”, sementara mereka tidak mengklaim bahwa ‘dasar’ bangunan itu adalah Petrus?
4.b. Bagaimana pula Anda membuktikan bahwa mereka tidak disertai oleh Tuhan Yesus sampai akhir jaman?
4.c. Apakah klaim ‘tidak dapat sesat’ (dan/atau ‘infalibilitas’) merupakan ‘
satu-satunya’ bukti bahwa Yesus menyertai Gereja Katolik sampai akhir jaman? Koq, sepertinya ‘mudah’ sekali menyebut klaim demikian, ya, mudah karena gereja lokal lainnya dapat menirunya, tanpa harus memberi bukti dari dinamika dan fenomena gereja sepanjang sejarahnya.
5. Apakah bangunan yang dibangun
di atas dasar Petrus (BANGUNAN “B”), secara logis berarti
terlepas dari bangunan yang dibangun
di atas dasar Kristus?
6. Jika BANGUNAN “B” sulit dibuktikanTELAH
terlepas dari
dasar Kristus sejak awal, bukankah lebih sulit lagi membuktikan BANGUNAN “A”
terlepas dari
dasar Kristus?
C. KATOLIK PUNYA UKURAN-UKURANNYA SENDIRI7. Kalau BANGUNAN “B” dibangun atas dasar ‘bukan Kristus’, melainkan Petrus, apakah bangunan itu tidak terlepas dari Kristus?
8. ‘Keterlepasan’ dari ‘dasar Kristus’, bukan hanya dibuktikan dari ‘dasar’-nya saja yang berbeda (yaitu Petrus), melainkan ‘bangunan itu sendiri’ punya sistem yang tidak sesuai dengan Kitab Suci.
9. Misalnya, Gereja Katolik punya ukuran-ukurannya sendiri, dalam
arti hanya dapat ditimbang dan diukur oleh timbangan atau ukuran-ukuran internal Gereja Katolik saja, misalnya dalam memahami dan menilai
“EENS”.
10. Kalau produk hukum Gereja Katolik akan diukur dengan Kitab Suci saja dan (misalnya) terbukti ‘keliru’, maka hasil pengukurannya itu tidak akan pernah diakui ‘benar’ dan ‘valid’, karena Gereja Katolik memiliki
tambahan ukuran lainnya, yaitu Tradisi Suci. Nah, logikanya, jika hanya sekedar bertentangan dengan Kitab Suci saja (misalnya tafsiran ‘petra’ dianggap merujuk pada Kefas/Petrus, Megisterium, dan
“EENS”, serta ‘monopoli’ kata ‘katolik’ yang diambil dari kata sifat menjadi nama diri), akan tetapi jika masih didukung oleh Tradisi Suci, maka tetap dianggap sesuai dengan ajaran LISAN para rasul atau para bapa gereja.
11. Lalu, dalam ‘sistem’-nya, jika dalam Kitab Suci, ‘magisterium’ terdiri dari 12 murid Kristus, tetapi Magisterium Gereja Katolik diwakili oleh penerus 11 rasul lainnya (Plus Paulus jadi 12), melainkan hanya berisi ‘para penerus rasul’ yang berkiblat pada Petrus saja. Nah, apakah Magisterium yang tidak menyertakan para penerus 11 rasul lainnya ini dapat disebut ‘valid’ dan produk-produk hukumnya dapat disebut ‘benar’ (terlebih lagi disebut ‘infallible)?
12. Masih dalam ‘sistem’-nya, Gereja Katolik banyak yang keberatan dengan Kanon PL versi Sola Scripturis (tanpa menyertakan Deuterokanonika), karena Kanon para Sola Scripturis itu ditarik dari konsili lokal ‘Jamnia’ yang diselenggarakan kalangan Yudais untuk memvonis kekristenan sebagai ‘sesat’. Keberatan Gereja Katolik didasarkan pada “apakah mungkin hal yang infallible diperoleh dari yang tidak infallible?” Kenyataannya, Gereja Katolik sendiri pun menarik (‘beberapa’, jika tidak ‘seluruhnya’) produk infallible mereka dari ajaran atau tafsiran yang sebelumnya tidak pernah dinyatakan infallible, seperti ajaran (tafsiran?) para Bapa Gereja atas ajaran LISAN atau tertulis dari para rasul.
(Bersambung...)