Author Topic: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?  (Read 62404 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #510 on: March 02, 2013, 06:06:43 PM »
Damai bagimu Epafras.
Lho, Anda yang mengatakan ‘tidak mempertuhankan’. Lalu saya tanya (dengan cara yang berbeda), bagaimana Anda tahu bahwa Anda ‘tidak mempertuhankan’? Jadi, beban pembuktian ada para Husada. Nah, untuk membuktikannya tentu perlu ‘ukuran-ukuran’ untuk dapat dikatakan bahwa Anda ‘tidak mempertuhankan’.
:grining: Saya pikir, jika saya katakan, "Saya tahu bahwa saya tidak mempertuhankan yang bukan Tuhan," tidak perlu dibebani pembuktian apa-apa. Terserah pendengarnya saja, apakah mau percaya pada pengakuan saya atau tidak. Namun, harap diterima juga, jangan pula memaksakan pikiran bahwa saya mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan meski sudah saya sampaikan bahwa saya tidak mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan. :)

Selanjutnya, saya tidak ‘memastikan’, melainkan hanya ‘memberikan analogi’ bahwa mungkin saja satu perilaku tidak diakui oleh pelakunya sebagai ‘mempertuhankan’, tetapi oleh pihak lain diakui demikian (dan sebaliknya). Misalnya, orang non-Yahudi (atau pun Muslim dan SSY), menyatakan bahwa Yesus tidak pernah mengaku Diri sebagai Allah. Padahal dengan ‘cara-Nya’ sendiri, yang juga dipahami oleh seluruh bangsa Yahudi, Dia SUDAH mengaku diri sebagai Allah (‘meng-Allah’-kan Diri-Nya sendiri, atau ‘memper-Tuhan-kan’ Diri-Nya sendiri?). Jadi, standarnya adalah ‘perilaku’ yang ‘dimaknai’ sebagai ‘mempertuhankan’ atau tidak, baik oleh kelompok sendiri MAUPUN kelompok lain (NON-Katolik, misalnya).
Apa masalahnya? Tentang penilaian pihak lain atas perilaku saya, bukan urusan saya. Jika berdasarkan perilaku saya kemudian disimpulkan bahwa saya mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan, sementara saya tidak mempertuhankan yang bukan Tuhan, apa masalahnya bagi saya? Saya tidak terbeban harus membuktikan apa-apa.

Nah, jadi ingat tentang pandangan terhadap Tradisi Suci. Katolik mengimani bahwa Tradisi Suci adalah yang harus diimani. Sementara Protestan menyimpulkan bahwa Tradisi Suci hanyalah 'akal-akalan' Gereja, emang apa masalahnya? Dalam hal itu, Katolik tidak meminta pandangan Protestan. Mengapa harus menggubris pandangan yang menyebut itu salah? Kecuali pihak Protestan bertanya, Katolik akan menjawab. Jika ujug-ujug Protestan mempersalahkan, tanpa mengetahui apa-apa tentang itu, apakah Katolik punya beban harus marah, atau sedih, atau teriak-teriak, atau bagaimana? Saya kira, tidak. Protestan bisa saja berpandangan bagaimana tetang Katolik, tetapi kalau langsung mempersalahkan, emang dapat otoritas dari siapa?

Nah, sekarang saya bertanya, apakah perilaku ‘tidak menggubris’ keberatan hati nurani orang lain tidak berarti ‘mempertuhankan’ sesuatu? Tentu orang bisa saja berkata, “Itu tergantung seberapa ‘berat’ kasusnya”, bukan? Apakah hal (‘tidak menggubris’ keberatan hati nurani orang lain) itu bisa dijadikan menjadi ukuran untuk ‘mempertuhankan’ sesuatu (misalnya, kapankah seseorang ‘mempertuhankan’ uang, cinta/eros, simbol keagamaan, sosok individu, ritual)? Saya tidak tahu, dan belum mendalaminya.
Maaf Epafras. Saya tidak mengerti paragraf ini. Apa yang ingin disampaikan, atau ditanyakan atau disanggah, atau, apa?

Namun, secara prinsip, ‘mempertuhankan’ tidak selalu berarti ‘mengakui secara verbal dengan kata-kata’, melainkan dengan perilaku yang dimaknai demikian (misalnya seseorang tidak akan mengatakan, “Aku menyembah engkau, ya, Paus/Bunda Maria…”).

Mungkin pendekatannya bisa dilakukan dengan cara lain, misalnya: “Apakah ‘mempertuhankan’ ada bedanya dengan ‘memberhalakan’, mengingat perilaku ‘memberhalakan’ memang ada dalam Kitab Suci?” Mungkin perlu thread khusus, ya, untuk menampung masukan sebanyak-banyaknya dan membuat kita mawas diri, disamping tentu saja menambah wawasan…
Betul. Maaf nih, kesan saya, untuk ini, pafras menanyakan sesuatu yang tidak Epafras mengerti. Sebaiknya bikin trit baru.
Pendapat saya?

Hehe… ‘penyertaan Yesus’ tidak HARUS seperti yang Anda dan Gereja Katolik maksudkan, yaitu HARUS dengan konsep INFALIBILITAS agar terhindar (terjamin) ‘tidak mungkin sesat’. Penyertaan Yesus tidak harus dengan ‘memberikan’ aspek infalibilitas kepada pihak lain, kecuali kepada Kitab Suci saja. Penyertaan Yesus HARUS ditafsirkan dalam koridor ‘Mahahadir dan Mahakuasa’. Akibatnya, BUKAN orang (subyeknya, yaitu para penulis Kitab Suci) yang infallible, melainkan ‘produk’ mereka (yaitu Kitab Suci). Setelah Kitab Suci terbentuk (lengkap), maka jelaslah hal ‘infalibilitas’ semakin tidak diberikan kepada orang (subyeknya, yaitu Paus dan Magisterium).
Ngomong-ngomong, pernahkah Epafras baca di Alkitab ayat yang senada dengan Masih banyak hal yang diperbuat Jesus Kristus belum dituliskan?

Selanjutnya saya tidak mengerti dengan pernyataan Anda, jadi saya bertanya dulu pada Anda (supaya tidak keliru dan disebut ‘memelintir’ postingan Anda), “Apakah non-Katolik yang menolak Katolik berarti menolak yang mengutusnya, yaitu menolak Kristus, sehingga tidak layak disebut pengikut Kristus?” Kalau benar demikian, itu merupakan lompatan (kekeliruan) logika yang aneh…  Saya baru dengar kali ini, Bro… Saya tidak akan berani berkata demikian kepada sesama pengaku Kristus sebagai Mesias, Juruselamat, dan Tuhan (percaya Allah Tritunggal)…
Begini Epafras.

Katolik itu menerima ajaran dari para murid Jesus Kristus yang diajar langsung oleh Jesus Kristus. Itu diwariskan turun temurun. Kepada para murid itu memang itu disebut seperti dalam Yoh 13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku. Artinya, para murid Jesus Kristus yang menerima pesan tersebut mendapat tugas sebagai utusan Jesus Kristus. Jika tugas itu diteruskan atau diwariskan kepada murid-murid berikutnya, pesan itu masih berlaku terus sampai akhir zaman.
Tentunya Anda akan bertanya, “Apa kriteria ‘ekstrim’-nya?” Saya memberi contoh dalam postingan saya adalah:

“menyebut mereka dengan ‘Holy Father’ dan menyatakan ‘infallible’ untuk tiap pernyataan ‘ex-cathedra’-nya (yang dipermasalahkan bukan kewenangan mengajarnya, melainkan infalibilitasnya)”.
Katolik mengimani, memang Pewaris Kursi Petrus yang mendapat mandat langsung dari Jesus Kristus, selama menyampaikan ajaran, diimani selalu disertai Roh Kudus, sehingga tidak dapat salah. Penyertaan itu adalah janji Tuhan Jesus Kristus sendiri. Mau Epafras percaya, silahkan, mau tidak percaya, bukan masalah buat saya.

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #511 on: March 06, 2013, 10:25:37 PM »

@Husada, damai bagimu.


Dengan kata lain, Epafras mengartikan bahwa ada dua Gereja (jemaat), yang satu didirikan oleh Jesus Kristus (menurut Mat 16:18), dan satu lagi didirikan oleh Paulus (melalui peletakan dasarnya oleh Paulus), begitu? Menurut pemahaman Epafras, jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Jesus Kristus itu disalahtafsirkan oleh Katolik, begitu?


Frasa, “Dengan kata lain”, itu adalah frasa tafsiran Husada atas kata-kata saya, lho… hehehe….


‘GEREJA’ yang SATU itu memiliki banyak Gereja Lokal dan perintis

Ini pendapat saya:

Paulus hanya mendirikan ‘gereja lokal’ yang ada di Korintus (juga di kota-kota lainnya). Sedangkan Kristus mendirikan ‘Gereja’ yang SATU. Gereja lokal yang didirikan oleh Paulus lebih dari satu, tetapi dasarnya tetap Kristus (gereja lokal di Korintus adalah model untuk orang lain membangun yang gereja yang sama).  Karena itu gereja lokal yang dibangunnya adalah ANGGOTA dari ‘Gereja’ yang SATU itu. Demikian juga tiap gereja lokal yang didirikan rasul dan non-rasul lainnya adalah gereja lokal, yang kalau dasar yang mereka letakkan adalah Kristus, maka gereja-gereja lokal yang mereka rintis itu adalah ANGGOTA ‘Gereja’ yang SATU itu (Mat 16:18).

Jika lingkupnya diperluas, gereja lokal yang ada ribuan di seluruh dunia sekarang ini pun, tetap merupakan ‘Gereja’ yang didirikan oleh Kristus, karena dasarnya tetap satu yaitu Kristus. Dan tiap gereja lokal itu adalah ANGGOTA dari ‘Gereja’ yang SATU itu. Di atas saya sudah katakan bahwa harus dibedakan antara ‘Gereja’ dengan ‘gereja lokal’.

Artiya, I Kor 3:11; 10:4 (DUA ayat) adalah penerapan dari prinsip dalam Mat 16:18. Pernyataan dalam I Kor 10:4 (dan I Kor 3:11) merupakan bukti bahwa gereja yang dibangun Paulus adalah gereja yang sama dengan Mat 16:18, yaitu yang didirikan oleh Kristus. Hanya saja Paulus mendirikan dalam bentuk ‘gereja lokal’, sedangkan Kristus mendirikan ‘Gereja’ yang SATU dan Universal (Mat 16:18). Dari kasus gereja Paulus ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gereja lokal yang beragam yang didirikan oleh para rasul dan non-rasul BESERTA PENERUS MEREKA, juga adalah ANGGOTA dari ‘Gereja’ yang SATU yang didirikan Kristus itu.


‘Dasar’-nya berbeda, maka ‘bangunan’-nya juga berbeda


Menurut pemahaman Epafras, jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Jesus Kristus itu disalahtafsirkan oleh Katolik, begitu?


Gereja lokal yang dalam doktrin/dogmanya menyatakan bahwa ‘Gereja’ mereka dibangun di atas dasar ‘Petrus’ (Mat 16:18) tentu saja menjadi bangunan yang berbeda dengan ‘Gereja’ yang didirikan Kristus di atas dasar Diri-Nya Sendiri. Jadi, karena ‘dasarnya’ berbeda, maka saya menyimpulkan Katolik telah salah menafsirkan ‘petra’ (batu karang) dalam Mat 16:18 itu. Salah tafsirnya dimana? Saya sudah jelaskan di postingan-postingan sebelumnya alasan saya mengatakan tafsirannya salah.


BUKAN saya ‘memaknai’, tapi tertulis eksplisit begitu

Kalau ada jemaat yang didirikan oleh Jesus Kristus di atas batu karang (Mat 16:18), dan ada bangunan yang dasarnya diletakkan oleh Paulus (1 Kor 3 :10-11), yang untuk sementara ini Epafras maknai sebagai dasar itu ialah Jesus Kristus, sehingga Epafras memaknai ada dua jemaat (Gereja), begitu?

Tidak begitu, Husada…

Kristus hanya mendirikan SATU ‘Gereja’. Dan ‘Gereja’ yang satu itu memiliki ANGGOTA yang secara fisikal jumlahnya ribuan (sekarang ini), dan itu dirintis (dibangun) oleh banyak manusia utusan Kristus, termasuk Paulus. Gereja lokal yang didirikan oleh Paulus (dkk), juga adalah ‘Gereja’ Kristus yang SATU itu, tetapi menjadi contoh/model untuk gereja lokal lainnya.

Bukan saya yang ‘memaknai’-nya sebagai ‘dasarnya ialah Kristus’, melainkan ditulis eksplisit oleh Kitab Suci bahwa memang dasar dan batu karangnya adalah Yesus Kristus. Jadi saya tidak pernah memaknai ada dua jemaat yang berdiri, yaitu yang didirikan oleh Yesus dan yang didirikan oleh Paulus.


Muncul pula pertanyaan di benak saya, Epafras memaknainya bahwa bangunan yang didirikan Paulus, di atas dasar Jesus Kristus, lebih baik daripada jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Jesus Kristus di atas batu karang, ya?

Saya tidak pernah memaknai bahwa bangunan yang didirikan Paulus, di atas dasar Jesus Kristus, lebih baik daripada jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Jesus Kristus.

Husada salah memahami tulisan saya. Jemaat (gereja) yang dirintis Paulus di Korintus itu, ya, adalah ‘Gereja’ Kristus itu juga, sama seperti ‘gereja yang dirintis rasul lainnya’ dimana saja, asalkan dasarnya Kristus (bukan Petrus).



Tidak ada perbandingan ‘lebih baik’

Pertanyaan yang meggelitik ialah, sehebat apa sih kemampuan Paulus sehingga dia mampu meletakkan Jesus Kristus sebagai dasar bangunan, yang lebih baik daripada jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Jesus Kristus di atsa batu karang?


Karena tidak ada ‘dua’ gereja, maka tidak dapat dibandingkan. Jemaat yang didirikan Yesus itu bersifat ‘rohani’. Untuk bisa eksis secara fisik, maka DIA memakai manusia sebagai ‘pembangun’ atau perintisnya. Setiap gereja lokal yang dirintis oleh para pelayan-Nya itu, ASALKAN dibangunnya di atas ‘dasar Kristus’, maka secara rohani pula ia menjadi ANGGOTA dari ‘Gereja’ yang didirikan Yesus itu, walaupun secara fisik memiliki nama-nama (gereja lokal) dan perintis yang berbeda-beda.

Sekali lagi, ASALKAN didirikan di atas dasar batu karang Kristus, maka bangunan yang mereka rintis (walaupun berada di kota dan negara yang berbeda) dan terus dibangun itu tetap MENYATU dengan ‘Gereja’ Kristus. Sebaliknya, kalau satu gereja lokal dirintis tidak dengan dasar Kristus, bahkan jika dibangun di kota pusat kekristenan (dimana pun) tetap merupakan bangunan yang berbeda (karena dasarnya berbeda).

Paulus sehebat apa? Kalau kehebatannya dikaitkan dalam koridor bahwa gereja yang dirintisnya berbeda dengan ‘Gereja’ Kristus yang SATU, maka tidak perlu dijawab. Tapi kalau Paulus itu hebat, ya, memang dia hebat (menurut saya, loh, bahkan lebih hebat dari Petrus, dari segi apapun, kecuali bahwa Petrus adalah yang ‘utama’ di antara “Kelompok 12” hanya karena Yesus, Sang Dasar Gereja’ mengatakan demikian).


(Bersambung...)

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #512 on: March 06, 2013, 10:35:37 PM »

@ Bro. Husada, damai bagimu




‘GAMBARAN’ yang berbeda menggambarkan Gereja yang SAMA.

 
Tapi sekarang, saya sudah menangkap bahwa Epafras memahami 2 kumpulan (Mat 16:18 dilukiskan sebagai jemaat; dan 1 Kor 3:11 dilukiskan sebagai bangunan).


Lihat saja peraturan gereja Katolik tentang ‘Gereja’ (dari Lumen Gentium maupun KGK) yaitu ‘gambaran’ gereja ada banyak, salah satunya adalah ‘bangunan’. Artinya, orang boleh menyebut gereja sebagai jemaat maupun sebagai bangunan, kadang juga sebagai tanaman, bahkan sebagai ‘mampelai’. ‘Gambaran’ gereja sebagai tubuh, bangunan dan mampelai dituliskan sekaligus Paulus dalam SATU suratnya, yaitu Kitab EFESUS. Semua ‘gambaran’ gereja menggambarkan tentang ‘gereja’ yang sama, bukan gereja yang berbeda.

Perbedaan gereja ditentukan dari ‘dasarnya’, bukan dari ‘gambaran’-nya. Lihat saja I Kor 12, itu masih surat kepada jemaat yang sama, tetapi kalau di pasal 3 Paulus menggambarkannya dengan ‘bangunan’, sedangkan di pasal 12 dia menggambarkannya sebagai Tubuh Kristus. Apakah itu berarti Paulus mendirikan dua gereja, yaitu ‘bangunan’ dengan ‘dasar Kristus’, dan Tubuh Kristus dengan Kepala Kristus, hanya karena ‘gambarannya’ berbeda? Tentu tidak.

Demikian juga, dalam Mat 16, Yesus menggambarkan Gereja-Nya sebagai bangunan. Tapi itu tidak berbeda dengan ‘Gereja’ yang digambarkannya sebagai tanaman (Yoh 15). Itu juga tidak berarti bahwa Yohanes membangun gereja yang berbeda dengan Matius hanya karena gambaran mereka tentang ‘gereja’ Kristus adalah berbeda.


Warisan pola pikir yang berorientasi pada sosok individu

Dalam beberapa hal Epafras sepemahaman dengan saya.
Paulus bilang di 1 Kor 10-11 bahwa dia mendapat anugrah sehingga dia meletakkan dasar bangunan, yaitu Jesus Kristus. Perhatikan frase orang lain membangun terus di atasnya pada ayat 10. Pertanyaannya, benarkah 'bangunan-bangunan' yang telah berdiri sekarang ini dibangun di atas bangunan yang didirikan Paulus itu?. Apakah 'bangunan-bangunan' yang sekarang ini, dibangun dari perkembangbiakan bangunan yang 'melepaskan diri' dari bangunan yang telah dibangun Paulus itu?

Saya tidak memahaminya seperti itu. Husada yang keliru memahami tulisan saya. Oya, saya tidak menyebut pula bahwa saya atau gereja saya merupakan bangunan yang dirintis Paulus.

Mungkin, pembedaan yang Husada lakukan (antara gereja lokal Paulus dengan ‘Gereja’ Kristus yang SATU itu), nampaknya merupakan ‘warisan’ cara berpikir yang tidak disadari, yaitu berorientasi kepada sosok individu, sehingga ketika saya tidak menyebutkan ada dua gereja, Anda tetap menganggap bahwa Paulus memiliki gereja sendiri dan otomatis pengikut atau anggotanya sendiri, persis sama seperti gereja yang didirikan di atas Petrus.

Salah satu kebaikan dari prosedur hermeneutika adalah mengenali mind-set penulisnya. Kalau kita lurus dan bersih hati tentu kita akan melihat bahwa jika Paulus mengecam penggolongan (perpecahan) yang berorientasi pada sosok individu, pastilah dia akan melarang dan menyesalkan jika ada orang (termasuk saya) yang menyatakan bahwa dia (saya) adalah anggota gereja yang dirintis Paulus.


Perintis dan penerus

Sang perintis jemaat/gereja lokal harus meletakkan dasar gereja lokalnya di atas dasar batu karang Kristus. Orang lain yang melayani di jemaat itu disebut sebagai ‘membangun terus di atasnya’. Dalam kasus jemaat/gereja lokal Korintus, perintisnya adalah Paulus. Orang lain yang ‘terus membangun di atasnya’ kemungkinan adalah setidaknya adalah Apolos dan Kefas. Dengan demikian, di satu gereja/jemaat lokal, bisa kedatangan hamba-hamba (pelayan-pelayan) Kristus lainnya, yang mungkin juga sudah melayani dan/atau merintis jemaat/gereja lokal lainnya.

Kemungkinan besar yang merintis jemaat/gereja lokal di Roma bukanlah Petrus maupun Paulus, karena keduanya hanya mengunjungi jemaat itu (sehingga keduanya termasuk kelompok yang ‘membangun terus di atasnya’). Siapa perintis jemaat/gereja lokal di Roma? Nama-nama perintisnya tidak ada yang tahu, kemungkinan perintisnya adalah mereka yang berasal dari Roma dan yang pernah hadir di Hari Pentakosta (Kis 2:9-10).


Gereja masa kini dan gereja Paulus

Nah, di sini perlu penegasan. Jemaat Non Katolik lepas dari jemaat Katolik, "YA". Jemaat Non Katolik lepas dari dasar Kristus, kayaknya saya tidak sependapat. Karena saya tidak membatasi kehendak Jesus Kristus, maka saya tidak tahu apakah ada jemaat yang lepas dari dasar Kristus. Tetapi kalo mengenai 'bangunan' yang didirikan Paulus menurut 1 Kor 3:10-11, saya condong mengatakan bahwa banyak  'bangunan' sekarang yang dibangun bukan lagi di atas bangunan yang dasarnya diletakkan oleh Paulus, meskipun 1 Kor 3:11 berkata, orang lain membangun terus di atasnya. Mengapa? Karena, sepanjang pengetahuan saya, jemaat (Gereja) /'bangunan' yang eksis berdiri sejak wafatNya Jesus Kristus, sampai tahun 1.500-an masih eksis dan hanya satu, yang orang lain membangun terus di atasnya. Sejak tahun 1.500-an, ada kelompok yang memisahkan diri dari jemaat (Gereja)/'bangunan' yang cikal-bakalnya didirikan oleh Paulus itu, yang kemudian berkembang biak seperti yang sduah ada dewasa ini. Nah, kalo itu Epafras artikan sebagai telah lepas dari Kristus, itu hak Epafras. Namun saya, saya katakan, bahwa 'bangunan' yang ada sekarang, banyak yang dibangun tidak di atas bangunan yang didirikan Paulus.

Sepengetahuan saya jemaat yang eksis berdiri sejak wafatnya Yesus sampai tahun 1500 bukan hanya Gereja Katolik Roma saja. Gereja ortodoks pun mengaku eksis sejak wafatnya Yesus. Gereja di Yerusalem pun sulit dikatakan sudah tidak eksis lagi pada tahun itu. Demikian pula jemaat yang didirikan oleh para rasul lainnya di berbagai negara dan benua, maupun oleh para murid mereka, termasuk oleh para penatua. Mungkin kita tidak tahu keberadaan mereka, tetapi kalau kita ‘tidak tahu’ tentang mereka, tidak berarti mereka benar-benar tidak eksis lagi.

Saya sendiri malah tidak tahu apakah ‘bangunan-bangunan’ yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan-atau-bukan dari beberapa gereja yang didirikan Paulus. Terlebih lagi, saya tidak tahu apakah ada-atau-tidak-ada kelompok yang memisahkan diri dari gerejanya Paulus.

Pertanyaan saya tentang ‘terlepas-tidaknya’ dari Kristus didasarkan pada satu indikator: perbedaan doktrin/dogma tentang ‘DASAR’-nya, dan BUKAN pada indikator ada-tidaknya pemisahan diri dari satu gereja.

Sekali lagi, saya tidak membedakan antara bangunan/jemaat/gereja yang dirintis Paulus dengan ‘BANGUNAN’ yang didirikan Yesus. Sedangkan Husada membedakannya, “bahwa 'bangunan' yang ada sekarang, banyak yang dibangun tidak di atas bangunan yang didirikan Paulus.”

Bagi saya, bangunan yang didirikan Paulus itu adalah bagian (ANGGOTA) dari BANGUNAN  yang didirikan Kristus. Bagi Husada, mungkin berbeda… Yah, semoga kita memiliki dasar-dasar yang kuat dari Kitab Suci. Concern saya hanya tentang doktrin/dogma satu gereja tentang ‘DASAR’ dari gereja yang dirintis/dibangunnya, bukan tentang ‘fenomena’ perpisahannya.


(Bersambung ... )

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #513 on: March 06, 2013, 10:56:27 PM »

@Bro. Husada, damai bagimu,




Gereja Paulus realisasi ‘Gereja’ Kristus



Tafsiran Epafras tidak salah-salah amat. Tadinya, memang saya berpikir kita bicara tentang Mat 16:18, sementara Epafras sudah mengikutkan 1 Kor 3:11 tanpa memberitahu sehingga terasa persimpangan pikiran kita. Setelah Epafras memberitahukan bahwa Epafras sudah mengambil 1 Kor 3:11, saya kira bahasan akan bergeser ke apakah jemaat yang dimaksudkan di Mat 16:18 adalah sama dengan bangunan yang di maksudkan di 1 Kor 3:11?


Kalau seseorang menafsirkan bahwa gereja Paulus berbeda dengan gereja Kristus, padahal ‘dasarnya’ SAMA, maka tafsiran itu harus benar-benar dinyatakan salah/keliru, bukan dinyatakan ‘tidak salah-salah amat’.

Ya, seperti yang sudah saya katakan berulang kali, sekarang saya nyatakan lagi bahwa bangunan dalam I Kor 3:11; 10:4 adalah sama dengan yang dimaksud Yesus dalam Mat 16:18.

Sebenarnya, dalam Mat 16:18, Yesus baru berkata, “Aku akan… mendirikan jemaat-Ku… ”. Jadi, itu masih bersifat ‘akan’. Kemudian salah satu realisasinya adalah melalui program mendirikan ‘jemaat lokal’. Nah, Paulus dengan jemaat Korintus adalah salah satu contoh gereja lokal yang merupakan bagian dari ‘Gereja’ yang dimaksud Yesus dalam Mat 16:18 itu.


Bukan hanya Paulus yang beroleh kasih karunia merintis gereja


Menurut saya, dengan harfiah, bisa diartikan bahwa tidak seorangpun (termasuk Paulus) yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Jesus Kristus. Tetapi memang, adalah gaya bahasa yang sering digunakan Paulus bahwa menurut pemahaman saya, meski bukan bermaksud untuk menyombong, namun tersirat pengertian bahwa dia (Paulus) tidak termasuk pada frasa tidak ada seorangpun. Sebab, di ayat 10, Paulus mengatakan bahwa dia telah mendapat kasih karunia dan anugrah untuk meletakkan dasar. Jadi, terkandung pengertian bahwa hanya Paulus yang diberi kasih karunia dan anugrah untuk meletakkan dasar suatu 'bangunan', di mana orang lain terus membangun di atasnya. Namun, membangun di atasnya harus berhati-hati.


Menurut saya, tafsiran Husada itu masih berorientasi kepada sosok individu.  Kalimat indikatornya adalah ini, “hanya Paulus yang diberi kasih karunia dan anugrah untuk meletakkan dasar suatu 'bangunan', di mana orang lain terus membangun di atasnya. Namun, membangun di atasnya harus berhati-hati.

Padahal maksud Paulus adalah: ‘sebagai perintis’ gereja di kota Korintus, dia memang diberi kasih karunia untuk merintisnya (yaitu dengan meletakkan ‘dasar’, yaitu Kristus). Tetapi mungkin di kota atau negara lain dia tidak diberi kasih karunia sebagai perintis salah satu gereja lokal disana (peletak batu pertama, atau ‘dasar’), melainkan orang lain lagi yang beroleh kasih karunia untuk itu. Namun, ‘dasar’-nya HARUS tetap sama, yaitu Kristus. Sehingga semua gereja lokal yang dirintis oleh banyak orang lain yang beroleh kasih karunia itu tetap merupakan bagian/ANGGOTA dari ‘Gereja’ yang SATU’ itu. Jadi sangat berbeda dengan tafsiran Husada.


Protestan cukup lama dituding 'perpecahan'

Sabar Epafras. Jangan terlalu maju menuduhkan bahwa pihak lain selain pihak Anda yang sudah salah.

Tentang apakah batu karang dalam Mat 16:18, kayaknya merupakan bahasan tersendiri. Saya sudah sampaikan satu trit yang kiranya tidak salah Anda baca-baca. Juga ada trit lain, http://forumimankristen.com/index.php/topic,1311.0.html. Kalau berkenan, posting saja pemahaman Anda di sana, tanpa mempersalahkan pihak lain. Tentang istilah batu karang, tolong perhatikan perikopnya. Dengan perkataan lain, pernahkan Epafras menemukan istilah di Alkitab yang identik sama, tetapi artinya berbeda?

Setelah sekian abad Protestan dituding sebagai gereja ‘perpecahan’, dan setelah mengikuti secara langsung beberapa tahun belakangan tentang tudingan di berbagai fordis yang saya baca, rasanya saya tidak terlalu maju (alias cukup berlambat-lambat).

Trit yang Anda rujuk untuk saya itu sudah saya baca. Dan saat ini saya masih melanjutkan diskusi tentang “’Petros’ dan ‘Petra’” (di katolisitas.org) dimana disana juga kami bahas tentang bahasa Aram ‘Kefas’ (sehingga tidak perlu saya mendiskusikannya di dua for-dis, karena keterbatasan waktu).


Tentang Katolik sebagai benih perpecahan, saya kira bisa ya, bisa tidak. Bila dipandang bahwa tidak benar Katolik mendapat mandat dari Jesus Kristus, bahwa telah diberi kewenangan mengajar, akan disertai sampai akahir zaman, dll, dll, maka jadilah, Katolik benih perpecahan (menurut saya lebih tepat dikatakan bahwa banyak pihak yang akan mearik diri dari Katolik). Sementara kalau dipandang Katolik mendapat mandat dari Jesus Kristus, bahwa telah diberi kewenangan mengajar, akan disertai sampai akahir zaman, dll, dll, yang dapat dibaca di Alkitab, maka judtru Katolik itu adalah pemersatu. Nah, terserah pada Epafras saja, apakah Anda mau membandingkan dengan ayat-ayat Alkitab atau tidak. Mungkin masalahnya adalah, pembandingan yang Anda lakukan, semata-mata berdasarkan pemahaman Anda, yang segera mempersalahkan pihak lain seperti yang telah Anda lakukan.

Seperti yang saya katakan di atas, saya baru memulainya (satu tahun ini, namun secara intens baru satu bulan ini di katolisitas.org). Sedangkan tudingan terhadap Protestan oleh Katolik telah dimulai lebih dahulu yang ‘semata-mata berdasarkan pemahaman (umat) Katolik’. Sedangkan sanggahan saya ini bukan semata-mata berdasarkan pemahaman saya, tapi ditarik dari Kitab Suci (lihat postingan pertama saya), bukan dari fenomena Gereja Katolik di dunia ini.


‘Umat’ dan ‘Elit’ … Individu dan komunal

Tentang mana yang terlepas dari dasar Kristus, mengingat bahwa Jesus Kristus itu saya percayai adalah Tuhan, saya tidak tahu. Bisa saja terjadi, kelompok orang mau melepaskan diri dari Kristus, tetapi Kristus menariknya. Namun, contoh Yudas Iskariot telah menunjukkan bahwa kalau seseorang ingin terpisah dari Kristus, tidak akan dilarang.


Nampaknya saya melihat bahwa aras ‘umat’ berbeda dengan aras ‘elit’ rohani. Kategori 'elit' rohani ini termasuk kelompok yang ‘membangun’ (atau ‘membangun terus’, atau ‘ahli bangunan’). Ke dalam kelompok ini bukan hanya termasuk ‘orang’-nya, melainkan juga ‘doktrin/dogma’-nya.

Sedangkan kelompok aras ‘umat’ adalah individual yang ‘menerima’ konsumsi makanan rohani dari mereka. Pada tingkat ‘umat’ (individual) bisa jadi mereka termasuk dalam ‘Tubuh Kristus’ karena menerima secara pribadi (‘pengakuan’ atas) Yesus Kristus.

Tetapi ternyata mereka (aras kelompok 'umat') masuk dalam ‘kapal’ (bahtera, bangunan) yang ‘dasar’-nya bukan Kristus, melainkan Petrus, yang dibangun oleh aras kelompok 'elit' rohani.

DAN sudah menjadi pemahaman umum, bahwa selain Allah menilai secara skope komunal (komunitas, bangunan), tapi DIA JUGA menilai secara skope individual.

Bagaimana kaitan kedua arasnya ('umat' dan 'elit' rohani), maupun kaitan kedua skope (individual dan komunal) dalam hal keselamatan? Saya tidak tahu, dan tidak berani berspekulasi.


Yang pasti, ‘pekerjaan’ masing-masing orang akan diuji…


(Bersambung...)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #514 on: March 06, 2013, 11:21:28 PM »

@ Bro. Husada, damai bagimu...



Magisterium berubah sesuai kebutuhan jaman?

Penggembalaan adalah pengabaran kabar suka cita, seperti yang telah dilakukan Jesus Kristus kepada setiap orang yang mau mendengar, percaya, dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Guru serta Juru Selamat. Iya, yah? ENtah bagaimana mengartikannya, mungkin penyampaian saya kurang pas menggambarkan maksud sebenarnya. Yang pasti, meski para murid ada ber-12, ternyata hanya kepada Simon Petrus dikatakan oleh Tuhan Jesus Kristus, "Gembalakanlah domba-dombaKu." Itu bisa Epafras baca di Injil. Betul. Dunia berubah, maka banyak hal, termasuk komposisi Magisterium berubah sesuai kebutuhan.Masih ingat janji Kristus yang mengatakan akan menyertai sampai akhir zaman, bukan?Masih ingat janji Kristus yang mengatakan akan menyertai sampai akhir zaman, bukan?Sejak semula, para murid Jesus Kristus itu selalu mematuhi perintah ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.


Lihat yang saya beri warna di atas, Husada. Ada beberapa hal yang tidak boleh berubah oleh jaman, melainkan harus mengarahkan jaman, bukan hanya menjadi solusi bagi jaman. Arah jaman adalah pernikahan Mampelai Pria dengan Mampelai Wanita-Nya. Jika Magisterium berubah oleh jaman, atau sesuai jaman, atau terkena pengaruh perubahan jaman, atau apa pun itu istilahnya, namun ‘berubah’ bersamaan dengan ‘perubahan jaman’, maka Magisterium tidak lagi dapat diandalkan untuk mengarahkan jaman dan menjadi solusi, bukan? Nah, itu jika dikaitkan dengan jaman secara futuristik.

Jika dikaitkan dengan sejarah, maka seharusnya komposisi Magisterium tidak boleh berubah dan tetap harus merupakan ‘kelanjutan’ dari Magisterium Awal.

Akan sangat mengherankan jika di satu sisi Gereja Katolik sangat membanggakan akan warisan akar sejarahnya, tapi komposisi Magisteriumnya justru tidak sesuai dengan komposisi Magisterium awal.



Tentang yang terlepas dari bangunan yang didirikan Paulus, berlandaskan pada frasa orang lain membangun terus di atasnya pada 1 Kor 3:10, dapat disimpulkan bahwa yang terlepas dari bangunan itu ialah bangunan yang didirikan bukan di atas bangunan yang didirikan Paulus. Kayaknya, jelas bukan? Paulus bilang agar bangunan terus dibangun di atas bangunan itu, tetapi ada kelompok orang yang membangun bangunan tidak di atas bangunan yang didirikan Paulus, lhah... tentu saja itulah yang lepas dari bangunan yang didirikan Paulus (perhatikan, saya tidak berani mengatakan lepas dari Kristus, sebab saya percaya Kristuslah Tuhan, yang tidak dapat saya batasi kehendaknya).


Hehehe…. Kayaknya tidak ada indikasi ke arah itu… Coba, Husada pelajari lagi ayat-ayatnya…


Walaupun 'dasarnya' bukan Kristus, Katolik lebih berhak?


Quote
Akhirnya, coba pertimbangkan hal-hal berikut ini, dengan DUA DASAR yang BERBEDA di antara Katolik dan non-Kato lik, mana yang lebih berhak untuk:
1. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang menyatu dengan Kristus?
2. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang didirikan oleh Kristus?
3. Mengklaim bahwa anggotanya adalah anggota ‘Gereja’ yang SATU dan katolik?
4. Mengklaim bahwa pihak gereja lain telah melakukan ‘perpecahan’ dalam gereja-Nya?
5. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang disertai oleh Yesus Kristus hingga akhir jaman?
6. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang merupakan Mampelai Kristus?
7. Mengklaim bahwa anggota gerejanyalah yang merupakan anggota Tubuh Kristus?



1. Katolik, dengan dasar pikiran bahwa itu telah dikatakan oleh Jesus Kristus, yaitu Jesus Kristus akan menyertai kumpulan yang dulu selalu bersamanya (para muridNya) sampai akhir zaman.
2. Katolik. Sejak semula, para rasul berpencar ke berbagai penjuru dunia untuk mengabarkan Injil, tetapi selalu bersatu padu dalam iman dan ajaran, dan mengakui keutamaan Keuskupan Roma.
3. Katolik. Salah satu bunyi Pengakuan Iman ialah, Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
4. Kurang tahu. Dari semula, hanya ada satu Gereja yang kudus, katolik, dan apostolik. Kalau sekarang banyak kumpulan yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus, saya tidak tahu kumpulan mana yang paling berhak mengklaim pihak gereja lain telah melakukan ‘perpecahan’ dalam gereja-Nya.
5. Katolik. Katolik itu adalah penerus garis waris persekutuan dengan Jesus Kristus, dimana Jesus Kristus pernah bilang agar kumpulan itu tidak takut, sebab Jesus Kristus akan menyertai sampai akhir zaman.
6. Katolik.
7. Katolik.Magisterium adalah hak atau kompetensi mengajar.


Jadi, Katolik yang dibangun di atas DASAR Petrus (BANGUNAN “B”) lebih berhak dibandingkan dengan BANGUNAN “A” yang dibangun di atas DASAR KRISTUS, ya…

Saya tambahkan sedikit, ya, Husada…

Mengapa ‘Gereja’ harus dibangun di atas DASAR Kristus? Karena untuk menguduskan ‘Gereja’ dibutuhkan kualitas darah Kristus yang tercurah di kayu salib, bukan darah Petrus. Itulah BANGUNAN “A”, yang juga dicontohkan modelnya dalam bentuk gereja lokal oleh Paulus di Korintus.

Damai, damai, damai…

(Epafras)



(Bersambung …)



Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #515 on: March 06, 2013, 11:39:51 PM »

@ Bro. Husada, Damai bagmu...




Gereja Katolik Tidak Sama dengan Gereja Awal

Damai bagimu Epafras.
Epafras, ketika Jesus Kristus bersabda, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Itu berada pada perikop Perintah untuk memberitakan Injil pada Mat 28:16-20. Seluruh sabda itu disampaikan kepada 11 murid Jesus Kristus (tanpa Yudas Iskariot).

Mengingat selama pelayanan yang diberikan oleh Jesus Kristus sudah selalu dihadiri banyak orang, kiranya bisa kita sepakati bahwa ketika sabda itu disampaikan, pengikut Kristus bukan hanya yang 11 itu, kan? Tetapi, sabda itu disampaikan hanya kepada ke-11 murid. Artinya, kesebelas murid itulah yang dijanjikan akan disertai sampai akhir zaman. Kesebelas orang itu pula yang memiliki kompetensi mengajar. Sebab, kepada mereka dikatakan Jesus Kristus, "Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." Artinya, pengikut Kristus selain dari yang 11 orang itu tidak memiliki kompetensi mengajar.


Dari postingan Husada berikutnya nampak jelas bahwa memang ada perbedaan komposisi antara Magisterium Masa Kini Gereja Katolik Roma dengan Magisterium Awal (seperti yang pernah bersidang di Yerusalem dalam Kis 15). Perbedaan komposisi ini saja sudah menyatakan bahwa Gereja Katolik tidak sama (berbeda) dengan Gereja Perdana.



Konsep/Dogma ‘Kompetensi Mengajar’ Berbeda dengan Gereja Awal


Magisterium Perdana itu tidak pernah merumuskan tentang ‘kompetensi mengajar’. Karena itu, tafsiran Anda (atau tafsiran/konsep/dogma Gereja Katolik Roma?) tentang ‘limitasi’ pihak yang memiliki ‘kompetensi mengajar’ yang ditarik dari Mat 28:16-20 adalah konsep yang dirumuskan oleh Magisterium Gereja Katolik yang komposisinya BERBEDA dengan Komposisi Gereja Awal.

Mengapa Gereja Awal tidak pernah merumuskan ‘kompetensi mengajar’?

1. Jumlah murid Yesus itu 12 (plus pengganti Yudas). SEHARUSNYA, inilah cikal bakal ‘penerus rasul’. Dan seharusnya Gereja Katolik mencakup para penerus mereka (12 orang) dalam struktur Magisteriumnya. Tetapi kenyataannya susunan keanggotaan Magisterium Gereja Katolik hanya merupakan ‘penerus Petrus’ (hanya dari satu jalur rasul saja, yaitu rasul Petrus, dan tidak mencakup ‘penerus’ ke 11 rasul lainnya), selanjutnya ‘penerus rasul Petrus’ ini diklaim sebagai ‘penerus PARA rasul’ (yang duduk dalam Magisterium GKR, karena jumlahnya ‘jamak’ hingga ratusan uskup). Nah, konsep/dogma tentang ‘kompetensi mengajar’ ini tidak dirumuskan oleh PARA penerus rasul (12 orang), melainkan hanya oleh penerus Petrus saja.

2. Nampaknya Allah tidak memiliki rancangan untuk dogma ‘kompetensi mengajar’ yang diarahkan pada sekelompok manusia tertentu (yaitu Magisterium). Kalau pun mau disebut ‘kompetensi mengajar’, maka di dalam Tatanan Perjanjian Baru, HANYA Roh Kudus yang dinyatakan sebagai ‘kompetensi mengajar’. Dan oleh Allah, Roh Kudus itu diberikan bukan hanya kepada para elit rohaniwan saja (Magisterium), melainkan kepada seluruh/setiap orang Kristen.

3. Oleh karena pihak Roh Kudus menjadi pemegang ‘kompetensi mengajar’, maka Allah bebas menetapkan siapa saja yang boleh mengajar, termasuk menghadirkan orang-orang khusus dengan karunia mengajar (Efs. 4:11-16). Jika Husada melihat pada perikop itu (bicara tentang pembangunan Tubuh Mistik Kristus), akan nampak jelas bahwa ‘pengajar’ ini tidak ditempatkan dalam kedudukan atau struktur khusus ‘Magisterium’ dengan ‘wewenang mengajar’ yang memiliki sifat infallible.

4. ‘Kompetensi mengajar’ yang dibatasi hanya pada Magisterium, tidak ada dalam rancangan Allah terbukti saat DIA menghadirkan Paulus yang ternyata berada diluar komposisi kelompok 12. Penghadiran sosok Paulus ini ternyata juga memiliki penekanan tentang ‘siapa yang boleh mengajar’ yaitu ‘tidak dibatasi oleh kelompok orang tertentu’ (2 Tim 2:2, ingat Timotius tidak hadir dalam sidang Kis 15).

5. Poin 2,3,4 di atas sekaligus membuktikan pula bahwa Allah tidak pernah merancang dogma tentang infalibilitas Magisterium maupun produk mereka, termasuk Paus (ex-cathedra).



'Penerus satu rasul', bukan 'penerus 11 rasul'


Apabila seiring dengan perjalanan waktu, murid dari murid dari murid dari murid... para nggota kelompok yang satu itu ada yang melepaskan diri dari kelompok yang satu itu, apakah menurut Epafras, kelompok yang memisahkan diri itu tetap mewarisi kompetensi mengajar? Menurut pemahaman saya, kelompok yang memisahkan diri dari kelompok yang satu itu, tidak lagi memiliki kompetensi mengajar, sebab kompetensi mengajar diberikan oleh Jesus Kristus hanya kepada kelompok 11, kelompok yang satu. Yang mewarisi kompetensi mengajar adalah para murid ke-11 murid itu, yang tidak memisahkan diri dari kelompok.


Dari Mat 28:16-20 yang Husada ajukan, mari kita lihat tiga alternatif:
1. Karena menurut Husada ada 11 orang, maka kita sebut “Penerus 11 rasul”.
2. “Penerus satu rasul” (yaitu Petrus) saja.
3. Tidak ada konsep ‘penerus rasul’, karena Allah menambahkan sosok ‘Paulus’ sebagai rasul DAN karena Allah menambahkan sosok penulis Kanon PB ada yang ‘non-rasul’ (yang mana tulisan mereka bersifat infallible, suatu produk yang hanya dapat diproduksi – menurut katolik – oleh Magisterium dan Paus dalam ex-cathedra).

IMPLIKASI:

a. Dari alternatif di atas, Gereja Katolik berada pada posisi nomer 2. Ini sudah merupakan komposisi yang berbeda dengan nomer 1. Maksudnya, ‘kompetensi mengajar‘ yang ada dalam sistem/struktur Katolik ditarik dari penerus satu rasul saja (Petrus), bukan dari 11 rasul. Dari sini saja sudah bisa dijadikan indikasi bahwa dogma Katolik yang dihasilkan oleh Magisterium penerus satu rasul ini tentang ‘penerus rasul’, dan ‘penerus Petrus’ serta ‘Magisterium’ berikut ‘infalibilitas’ mereka adalah keliru, karena tidak menyertakan struktur nomer 1 di atas (“Penerus 11 Rasul”).

b. “Kelompok yang memisahkan diri tidak lagi memiliki kompetensi mengajar?” Lho, jumlah rasul 11 orang. Tapi Katolik hanya melanjutkan Tradisinya dari satu orang rasul. Lalu yang memisahkan diri itu “penerus 11 rasul” atau Gereja Katoliklah yang ‘memisahkan’ diri karena Tradisinya ditarik dari satu penerus rasul saja? Sekali lagi, siapa yang sebenarnya memisahkan diri? Kalau ternyata Gereja Katolik yang ‘memisahkan diri’, maka dekrit-dekrit yang ditetapkannya adalah tidak valid, karena tidak dirumuskan oleh “penerus 11 rasul”, melainkan hanya oleh “penerus satu rasul” saja.

c. Husada membicarakan dua hal: (i) ‘penyertaan Yesus’; dan (ii) ada kelompok yang ‘memisahkan diri’.  Dalam Gereja Katolik, konsep tentang ‘penyertaan Yesus’ demikian kuat hingga menghasilkan dogma infalibilitas.



(Bersambung ...)



Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #516 on: March 07, 2013, 12:11:42 AM »

@ Bro. Husada, damai bagimu…


Pemisahan diri: Yesus atau Katolik yang keliru?

Pada masa dewasa ini, raga ke-11 orang itu telah tiada. Apakah penyertaan Jesus Kristus seperti dijanjikanNya kepada ke-11 murid itu hanya janji kosong? Tentu tidak. Karena segala sesuatu yang diperintahkan oleh Jesus Kristus diwariskan yang disebut sebagai Tradisi Suci. Yang namanya Tradisi Suci itu tidak tertulis. Jadi, Tradisi Suci itu diwariskan turun temurun kepada pengikut atau murid ke-11 murid penerima sabda. Dan mereka adalah kelompok yang satu.

Sebelumnya Husada membicarakan dua hal yaitu tentang 'memisahkan diri' dan tentang janji 'penyertaan Yesus'. Jika keduanya dikaitkan lalu ternyata ada kekeliruan, maka ada dua kemungkinan pihak yang keliru:

(i) Pihak Tuhan Yesus yang keliru karena menjanjikan ‘pernyertaan-Nya’ tapi tidak DIA genapi untuk menjaga ke-satu-an;

(ii) Pihak Gereja Katolik yang keliru dalam mengkonsepkan doktrin ‘penyertaan Yesus’ ini.

Husada pilih yang mana?



Penerus 11 rasul memisahkan diri dari penerus satu rasul?

Nah, komposisi sekarang dari para murid pewaris kompetensi mengajar yang diturunkan dari 11 murid penerima kompetensi itu, sudah berbeda dengan komposisi ke-11 murid langsung Jesus Kristus. Dengan demikian, saya kira pertanyaan Epafras mengenai itu sudah terjawab.


Terus terang saya tidak mengerti apa yang Husada maksudkan di atas. Bagaimana mungkin Husada menilai kelompok lain (‘penerus 11 rasul’) sebagai ‘berbeda’ hanya berdasarkan ukuran yang ‘tidak valid’, yaitu ‘kompetensi mengajar’ yang ditarik dari Megisterium ‘penerus satu rasul’ saja?



Saya kira sebelum pertanyaan ini dijawab, baiklah kita menanyakan, apakah sabda Jesus Kristus yang bilang "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" dipandang SAH atau tidak? Jika itu dipandang SAH, maka kompetensi mengajar juga dipandang SAH. Jika itu dipandang TIDAK SAH, maka kompetensi mengajar yang dimiliki sekarang ini juga harus dipandang TIDAK SAH.

 Komentar saya untuk ini, sama dengan komentar pada pertanyaan sebelum ini.

 Komentar saya atas ini juga sama dengan yang sebelumnya.


Anda mengatakan:

"Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman"


Komentar saya:

"Tentu saja itu dipandang SAH…

Lalu dengan logika Anda juga mengatakan:

Jika itu dipandang SAH, maka kompetensi mengajar juga dipandang SAH.”

Komentar saya: “Nah itu TIDAK SAH”.

Mengapa?

Karena ‘kompetensi mengajar’ ditarik dari ‘penerus satu rasul’ saja, sedangkan ‘penyertaan Yesus’ diucapkan kepada 11 rasul (‘penerus 11 rasul’). Jadi ‘Kompetensi mengajar’ (Magisterium) adalah tidak SAH alias TIDAK VALID.



Konsep tentang ‘Penyertaan Yesus’

Kalau Yesus menyertai Gereja Katolik sampai akhir jaman, mengapa ada perbedaan komposisi Magisterium? Logikanya, jika Katolik mendasarkan dogma Magisterium dan dogma infalibilitas penerus Petrus dan penerus rasul, mengapa Yesus Kristus tidak dapat mempertahankan komposisi Magisterium Katolik agar tetap sama dengan komposisi Magisterium Awal?

Jawabannya:

a. Yesus tidak ‘menyertai’ Gereja Katolik, melainkan menyertai ‘Gereja’.

b. Konsep ‘penyertaan Yesus’ yang didogmakan oleh Katolik (hingga ke konsep tentang ‘Magisterium’ dan ‘infalibilitas’), ternyata tidak sesuai dengan konsep ‘penyertaan Yesus’ yang dimaksudkan oleh Yesus itu sendiri, yaitu TANPA Magisterium, dan TANPA infalibilitas.


Saya kira, ayat-ayat yang diacu pada adalah ayat Kitab Suci. Saya tidak mengerti apa dasar Epafras menyimpulkan ayat Kitab Suci berbeda dari ayat yang dipaparkan dalam Kitab Suci.


Iya, Husada… Katolik memang memiliki sistemnya sendiri. Sekalipun mengklaim bahwa sistem itu dibangun dari ayat-ayat Kitab Suci, tetapi dari paparan saya sejauh ini, sistem Gereja Katolik tidak dibangun atas ayat Kitab Suci, melainkan dibangun dari TAFSIRAN terhadap ayat Kitab Suci, yang kemudian TAFSIRAN ini didekritkan sebagai INFALLIBLE alias SETARA dengan yang ditafsirkannya, yaitu Kitab Suci. Tidak heran jika umat pun langsung menerimanya sebagai ‘tidak keliru' dan kemudian amat terkejut saat (dapat) dibuktikan keliru.



'Meleset' dari yang diperintahkan Kristus


Saya kurang dapat mengerti, Epafras mengatakan bahwa Epafras percaya bahwa Katolik mengajarkan pengikut Kristus untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Jesus Kristus, tetapi di sisi lain Epafras ingin menampilkan perspektif yang lepas dari dasar Kristus. Saya jadi ingat pada posting an yang menyimpulkan Kristus tidak sama dengan Kristus. Bagaimana mungkin? 


Benar saya percaya Katolik mengajarkannya demikian. Tapi yang diajarkan Katolik itu sejauh yang saya lihat, justru ‘meleset’ dari apa yang diperintahkan Kristus’.

Sementara orang lain melihat dan menyajikan pembuktian kekeliruan Katolik, pihak Katolik justru tetap menganggap (tetap mengklaim) bahwa ajaran Katolik ADALAH apa yang diperintahkan Kristus.

Jadi, tidak terlalu keliru jika dikatakan bahwa Katolik hanya sekadar mengklaim bahwa ajarannya ADALAH perintah Kristus (dalam diskusi saya di katolisitas.org saya sudah tiba pada titik itu, yaitu: “Gereja Katolik menampilkan Kristus dan kekristenan ‘kurang’ dari yang seharusnya, yaitu yang dipaparkan oleh Kitab Suci”... silahkan membacanya dalam artikel "Tentang 'Petros' dan 'Petra'").


===============


Sepanjang yang saya pahami, Katolik tidak melarang itu, tetapi Katolik memilih produk Kristen daripada produk Yudaisme.


Ya, semoga Anda benar.

=============


Siapa 'kelompok yang memisahkan diri'?

Bagaimana mungkin mengatakan Gereja yang satu, kalau nyata-nyata ada kelompok yang memisahkan diri dari Gereja yang mula-mula?


‘Gereja’ yang SATU adalah gereja yang memiliki komposisi lengkap yaitu 12 rasul plus Paulus plus non-Rasul sebagai penulis Kanon PB, plus para penatua dll., yang semuanya membangun di atas dasar Kristus.

Lalu muncul satu gereja lain yang melanjutkan Tradisi hanya dari penerus SATU rasul (yaitu Petrus) dan membangun Gereja Katolik di atas dasar Petrus. Magisteriumnya pun berbeda komposisinya dengan Magisterium (katakanlah demikian) Awal seperti yang bersidang di Yerusalem (Kis 15).

Nah, menurut Anda, yang manakah yang disebut ‘kelompok yang memisahkan diri’?


Damai, damai, damai...


(Bersambung ...)


Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #517 on: March 07, 2013, 07:00:44 AM »
ikutan ya

Quote
Sebelumnya Husada membicarakan dua hal yaitu tentang 'memisahkan diri' dan tentang janji 'penyertaan Yesus'. Jika keduanya dikaitkan lalu ternyata ada kekeliruan, maka ada dua kemungkinan pihak yang keliru:

(i) Pihak Tuhan Yesus yang keliru karena menjanjikan ‘pernyertaan-Nya’ tapi tidak DIA genapi untuk menjaga ke-satu-an;

(ii) Pihak Gereja Katolik yang keliru dalam mengkonsepkan doktrin ‘penyertaan Yesus’ ini.


Ayah saya berkata bahwa beliau akan membiayai kuliah saya dan adik adik hingga tamat, kemudian adik saya meninggalkan rumah dan kabur entah kemana, sehingga kuliah adik saya terhenti, sementara saya tetap kuliah dan tetap dibiayai oleh ayah saya hingga kini.

Pertanyaan saya untuk anda, yang salah ayah saya atau adik saya ? Atau malah saya yang masih kuliah dan tetap dibiayai oleh ayah saya?


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #518 on: March 07, 2013, 10:18:44 AM »
ikutan ya


Ayah saya berkata bahwa beliau akan membiayai kuliah saya dan adik adik hingga tamat, kemudian adik saya meninggalkan rumah dan kabur entah kemana, sehingga kuliah adik saya terhenti, sementara saya tetap kuliah dan tetap dibiayai oleh ayah saya hingga kini.

Pertanyaan saya untuk anda, yang salah ayah saya atau adik saya ? Atau malah saya yang masih kuliah dan tetap dibiayai oleh ayah saya?

Bagaimana relevansi ilustrasi ini dengan kasus yang sedang dibahas?

Anda bertanya kepada siapa? Kalau bertanya kepada saya, apakah maksud Anda 'pertanyaan' saya yang salah, atau Anda sama-sama mencari tahu tentang 'siapa' yang salah? Kalau 'pertanyaan' saya yang salah, maka 'pertanyaan' yang benar seharusnya bagaimana dan mengapa harus demikian?

Salam,




Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #519 on: March 07, 2013, 11:44:04 AM »

@ Bro. Husada, damai bagimu…



SYARAT MENJADI ANGGOTA 'GEREJA' DAN 'GEREJA KATOLIK'


Mat 16:16 disusul oleh Mat 16:17 yang adalah pernyataan Jesus Kristus kepada pribadi Simon bin Yunus. Di Mat 16:17, menurut saya adalah perkataan Jesus Kristus kepada Simon saja, tidak kepada semua muridNya. Bahkan Jesus Kristus masih mengaitkan Simon dengan Yunus ayah Simon. Jadi, menurut saya, itu hanya kepada Simon.

Tentang Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal, saya kira tidak terkait dengan kompetensi mengajar (Magisterium). Justru Yoh 3:16 itu mengatakan bahwa setiap orang yang menerima ajaran Jesus Kristus yang disampaikan melalui Magisterium akan beroleh hidup yang kekal


Saya memang tidak berbicara tentang Magisterium saat mengutip kedua ayat itu. Silakan Husada melihatnya lagi. Saya ingin bertanya kepada Husada, “Syarat apakah yang dibutuhkan agar seseorang dapat menjadi anggota ‘Gereja’ Kristus?" (Kalau menurut saya, syaratnya ada di dalam dua ayat itu, TANPA harus menjadi anggota Gereja Katolik Roma).

Lalu syarat apakah yang dibutuhkan agar seseorang dapat disebut anggota Gereja Katolik Roma? Nah, ini yang saya tidak tahu.



Saya kira, jika Gereja yang memiliki Pengakuan Iman seperti yang dirumuskan di Konsili Nicea, adalah Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Di luar itu, bukan lagi Gereja Yang Satu.


Kalau saya memiliki pengakuan iman yang dirumuskan dalam Konsili Nicea itu, apakah saya otomatis menjadi anggota Gereja Katolik Roma? Atau perlu dibaptis dulu? Menerima sakramen ekatisti pertama kali lebih dahulu? Menjalani katekisasi lebih dahulu?

Lalu, kalau seseorang percaya kepada Mat 16:16 dan Yoh 3:16 (dua ayat di atas), apakah ia bukan merupakan anggota ‘Gereja’ dengan empat sifat di atas?



KONSEKUENSI "JIKA" KATOLIK KELIRU MEMAHAMI MAKSUD Yesus...


Maaf Epafras, Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya itu bukan saya yang mengatakannya. Itu adalah ayat Injil tulisan Matius. Ayat itu saya maknai, bahwa Jesus Kristus akan mendirikan jemaat (Gereja)Nya di atas batu karang (Petrus), sebab itu adalah perkataan Jesus Kristus sendiri.
 

Bagaimana jika Yesus dan/atau Matius tidak bermaksud mengatakan bahwa Mat 16:18 berbicara tentang Petrus sebagai batu karang (‘dasar’) dari ‘Gereja’-NYA? Bukankah secara logis itu berarti Katolik (dan para bapa gereja) telah ‘salah menangkap’ (memahami) maksud Yesus tentang ‘batu karang’ itu? Secara logis pula, jika ‘telah ‘salah menangkap’ maksud Yesus, maka pemahaman tentang ‘dasar’ gereja ini keliru pula bukan? Lalu bukankah dengan kekeliruan itu maka ‘seluruh’ bangunannya (termasuk sistemnya) yang dibangun di atasnya juga keliru? Atau ada yang tidak keliru?



TINJAUAN ATAS TAFSIRAN ‘BATU KARANG’ (MAT 16:18) DALAM BAHASA ARAM

Kanon PB adalah infallible, dan (menurut Katolik) dihasilkan oleh Konsili yang infallible. Kanon PB itu dituliskan dalam bahasa Yunani yang memiliki karakteristik membedakan kata dengan sifat gender (ada kata sifat netral, feminin dan maskulin).

‘Batu karang’ dalam Kanon PB dinyatakan sebagai ‘petra’, sedangkan dalam bahasa Aram adalah ‘kefas’. Gereja Katolik mendasarkan seluruh eksistensinya atas tafsiran berdasarkan bahasa Aram untuk ‘batu karang’ (‘kefas’) ini dengan alasan bahwa bahasa percakapan yang digunakan Yesus sehari-hari adalah bahasa Aram, bukan bahasa Yunani.

Jika tafsiran diambil dari bahasa Aram, maka:

1. Kanon PB yang ditulis dalam bahasa Yunani menjadi tidak berarti (atau tidak memberi NILAI KONTRIBUTIF) sama sekali dalam membangun ‘dasar’ (fundamental) Gereja Katolik.

2. Kanon PB bukan hanya tidak berNILAI kontributif dalam pembangunan ‘dasar’ Gereja Katolik, melainkan juga ‘keliru’ karena tidak konsisten mempertahankan cara penulisan ‘kefas’ dalam ayat itu, melainkan diganti ‘petra’ (Kanon PB berbahasa Yunani), sedangkan dalam beberapa ayat lainnya, kata ‘kefas’ bahasa Aram itu tetap dipertahankan (dalam Kanon PB berbahasa Yunani).

3. Jika Kanon PB dianggap ‘keliru’, berarti tidak lagi infallible. Jika demikian, maka Konsili yang menetapkan Kanon PB itu menjadi keliru pula dan tidak infallible.

4. Jika Kanon PB itu keliru dan tidak infallible, berarti Allah yang merancang dan ‘mengawal’ kanonisasi hingga lengkapnya Kanon PB yang infallible itu, ternyata adalah juga keliru.

Jadi, Katolik ada di persimpangan:

Gereja Katolik mengakui bahwa tafsirannya atas ‘batu karang’ dalam Mat 16:28 yang ditarik dari bahasa Aram adalah keliru, tapi ini tidak mungkin karena akan meruntuhkan seluruh bangunannya dari ‘dasar’-nya, hingga harus merombak keseluruhannya, termasuk sistemnya, hingga ke ‘dasar’-nya pula, yaitu tentang ‘penerus Petrus’ (Paus) dan ‘penerus rasul’ (Magisterium) serta infalibilitas keduanya.

ATAU:

Membiarkan manusia sejagad raya mempersepsi Katolik melakukan ke empat kekeliruan di atas. Tapi ini juga tidak mungkin karena Kanon PB dan terlebih lagi Allah yang menghadirkannya, adalah TIDAK MUNGKIN KELIRU.

ATAU, coba tempuh jalan lain:

Menafsirkan ‘batu karang’ dalam bahasa Yunani (‘petra’) untuk mengakomodir infalibilitas Kanon PB dan Allah. Tapi ini juga tidak mungkin karena jika ‘batu karang’ itu ditafsirkan ‘Petrus’ maka akan mengandung “dua kekeliruan” (yang telah saya paparkan di postingan sebelumnya) yang SANGAT FATAL pula.

ATAU, ada alternatif lain?



'MENANAM' DAN 'MENYIRAM' ADALAH TENTANG 'AJARAN'

Siapa yang menafsirkan? Dalam ayat itu, saya kira, apa yang dimaksudkan dengan 'menanam' dan 'menyiram' bukan perbedaan ajaran. Ajaran Jesus Kristuslah yang ditanamkan kepada manusia yang belum mendengar kabar suka cita mengenai Injil. Ajaran Jesus Kristuslah yang disiramkan kepada orang yang telah mendengar kabar suka cita, tetapi masih memerlukan pendalaman, penumbuhan. Apa yang ditanam, dan apa yang disiram, ya sama saja, AJARAN JESUS KRISTUS. Jika Anda mengartikan itu merupakan perbedaan ajaran, tampaknya kita berbeda pemahaman atas itu.


Ya, sudah… tetapi tetap ‘ajaran Kristus’ itu disebut dengan kata ‘menanam’ dan ‘menyiram’, ‘kan? Paling tidak kita punya kesamaan: bahwa ‘menanam’ dan ‘menyiram’ benar-benar terkait dengan pengajaran ‘AJARAN’ Kristus.


Damai, damai, damai...

(Bersambung ...)





Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #520 on: March 07, 2013, 11:51:44 AM »
Bagaimana relevansi ilustrasi ini dengan kasus yang sedang dibahas?

Anda bertanya kepada siapa? Kalau bertanya kepada saya, apakah maksud Anda 'pertanyaan' saya yang salah, atau Anda sama-sama mencari tahu tentang 'siapa' yang salah? Kalau 'pertanyaan' saya yang salah, maka 'pertanyaan' yang benar seharusnya bagaimana dan mengapa harus demikian?

Salam,

Anda mengajukan pertanyaan siapa yang salah kan? Saya berikan ilustrasi agar anda bisa memahami siapa yang salah dalam hal terjadi perpecahan gereja, bro.

Salam damai

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #521 on: March 07, 2013, 12:02:35 PM »

@ Bro. Husada, damai bagimu...



Gereja Kasih: Tidak menggubris keberatan hati nurani orang Kristen?

Quote
… Yang menjadi fokus saya adalah keberatan hati nurani pihak lain yang seharusnya, kalau diakui sebagai saudara seiman yang kita kasihi (lihat Lumen Getium atau ‘KGK’ tentang ‘Gereja’ yang didahului dengan uraian tentang ‘kasih’ pada pasal-pasal pertamanya), maka kita harus mempedulikan, kita ‘care’, kita harus menggubris keberatan hati nurani mereka…

1Kor 10:29  “Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?
32  Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
33  Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat
”.

Jika Anda membaca keseluruhan pasalnya, maka Anda dapati bahwa ‘keberatan hati nurani’ adalah prinsip umum, tetapi kasus yang diangkat waktu itu adalah tentang ‘makanan’. Kalau seseorang keberatan hati nuraninya tentang apa yang Anda makan dalam salah satu kesempatan jamuan makan, maka Anda HARUS menggubris keberatan hati nurani orang itu. Demikian juga jika ada orang yang keberatan hati nuraninya dengan kasus lain, seperti berbagai gelar untuk Paus, bunda Maris, simbol dan ritual dalam Gereja Katolik…. jika ingin agar Katolik disebut sebagai ‘gereja’ kasih.

Kira-kira begitu penjelasan saya, Husada…



Baiklah, terima kasih. Namun, ijinkan saya komentari begini.

Katolik itu, bukan menginginkan jika dalam melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Jesus Kristus (baik lisan maupun tertulis) menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain. Hanya saja, Katolik itu diajar untuk mengabarkan kabar suka cita sampai ke ujung bumi. Bila penerima kabar suka cita menginginkan agar metode pengajaran yang seharusnys dilakukan oleh Gereja sesuai dengan kehendak calon penerima, kayaknya itu tidak akan terpenuhi. Sebab, Gereja mengajarkan agar para murid Jesus Kristus mengajarkan segala sesuatu yang telah diperintahkan Jesus Kristus (baik lisan maupun tertulis) sampai ke ujung bumi. Jika itu menjadi 'batu sandungan' bagi orang yang menerimanya, pantas disesalkan, namun menjadi 'batu sandungan' bukan merupakan tujuan. Tujuan adalah mengenalkan ajaran Gereja yang diterima dari Jesus Kristus dan diwariskan turun temurun.


Perlu diulang disini bahwa keberatan hati nurani non-Katolik bukan pada tugas Gereja yang Husada sebutkan di atas, melainkan pada yang saya bold-biru itu.

Sekarang, setelah melampaui puluhan abad, masa'kan ‘penyesalan’ itu hanya tinggal penyesalan saja, tanpa tindak-lanjut, bahkan tidak disinggung dalam Konsili Vatican II? Pasal-pasal tentang ‘kasih’ dalam Pertaruran Katolik tentang Gereja sangat kontras dengan 'rentang waktu' yang ‘berabad-abad’ yang tidak diisi dengan ‘gubris‘-an terhadap keberatan hati nurani, ‘kan? Masa’kan ‘jumlah’ dari ‘sekian abad’ dan jumlah dari ‘ratusan juta orang’ yang memiliki keberatan hati nurani tidak cukup ‘mendesak’ terwujudnya bukti nyata dari ‘kasih’ Gereja katolik?



Tanpa bukti-bukti 'mempertuhankan'-atau-tidak



 :grining: Saya pikir, jika saya katakan, "Saya tahu bahwa saya tidak mempertuhankan yang bukan Tuhan," tidak perlu dibebani pembuktian apa-apa. Terserah pendengarnya saja, apakah mau percaya pada pengakuan saya atau tidak. Namun, harap diterima juga, jangan pula memaksakan pikiran bahwa saya mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan meski sudah saya sampaikan bahwa saya tidak mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan. :)


OK, tapi juga jangan meminta orang lain untuk membuktikan, terlebih lagi untuk memiliki ukuran yang sama tentang ‘ambang batas’ mempertuhankan-atau-tidak. Bagi Husada mungkin ‘tidak/belum mempertuhankan’, tapi bagi orang lain mungkin ‘sudah’ mempertuhankan. Nah, janganlah Husada meminta kepada orang lain untuk memberi bukti bahwa tudingannya itu adalah ‘benar’. Dengan demikian, kedua pihak hanya sekedar mengajukan ‘klaim masing-masing’ tanpa memberi bukti. Benar, ‘kan?



Jika Gereja Kasih menimbulkan syak…

Apa masalahnya? Tentang penilaian pihak lain atas perilaku saya, bukan urusan saya. Jika berdasarkan perilaku saya kemudian disimpulkan bahwa saya mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan, sementara saya tidak mempertuhankan yang bukan Tuhan, apa masalahnya bagi saya? Saya tidak terbeban harus membuktikan apa-apa.


Masalahnya adalah: kalau gereja mengklaim diri sebagai ‘gereja’ kasih, maka harus peduli dengan orang lain. Pernyataan Husada itu disinggung dalam Kitab Suci yang sudah saya paparkan sebelumnya, dan sekarang saya tuliskan lagi:

1 Kor 10:29  “Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?

Apakah itu bukan bukti ajaran Gereja Katolik ‘meleset’ dari ajaran Kristus? Kasih itu artinya ‘jangan menimbulkan syak bagi orang lain’. Kalau menimbulkan syak, maka HARUS memperhatikan keberatan hati nurani mereka. Itulah sifat gereja kasih.

1 Kor 10:32  “Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.” (kecuali jika Husada dan Katolik tidak menganggap orang Kristen non-Katolik sebagai ‘jemaat Allah’)

Jadi, kasus yang dialami Gereja Katolik pernah dialami oleh gereja di Korintus. Paulus sudah memberikan jalan keluar dan prinsip-prinsip ajaran Kristus di dalam suratnya itu. Tetapi sayangnya Gereja Katolik mengulangi kesalahan demikian. Dan karena dibarengi dengan dogma ‘infalibilitas’, maka umat (seperti pengakuan Anda sendiri) tidak sadar bahwa mereka telah ‘mengulangi’ kesalahan yang sama, yaitu "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?”


Damai, damai, damai...


(Bersambung ...)



Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #522 on: March 07, 2013, 12:41:11 PM »
Anda mengajukan pertanyaan siapa yang salah kan? Saya berikan ilustrasi agar anda bisa memahami siapa yang salah dalam hal terjadi perpecahan gereja, bro.

Salam damai

perpecahan gereja? Wah... mundur lagi, dong, Bro... Kami sudah tidak menggunakan istilah itu lagi...

Karena saya tidak punya waktu untuk mengulangnya, maka kalau Anda tidak mencoba membaca postingan saya sejak AWAL, mohon dimengerti jika saya tidak menanggapi pertanyaan Anda yang membuat saya harus mengulang-ulang postingan saya...



OK, tentang bantuan Anda melalui "ilustrasi biaya kuliah" perlu dipertimbangkan relevansinya (Anda tidak menjawab pertanyaan saya tentang hal ini, 'kan?)...



Ada SATU kelompok "A" dengan jumlah anggota 11 orang.


Tak lama kemudian kelompok yang tadinya SATU itu kini berubah menjadi DUA, yaitu:


Kelompok "A" dengan jumlah 10 (sepuluh) orang. Dalam yurisdiksi (AD/ART) mereka, tetap mengakui 11 anggota ("penerus 11 rasul")

Kelompok "B" dengan jumlah 1 (satu) orang. DAlam yurisdiksi (AD/ART) mereka, mengakui 1 anggota ("penerus satu rasul" yang diklaim sebagai 'penerus 11 rasul').


Menurut Anda: 'yang memisahkan diri' Kelompok "A" dengan jumlah 10 orang, atau Kelompok "B" dengan jumlah 1 orang?



"Ilustrasi Biaya Kuliah"

Ayah Anda memiliki 11 (sebelas) orang anak. SATU anak pergi 'entah kemana'. Pertanyaannya: yang 'memisahkan diri' ('kabur') entah kemana itu 'yang 1 orang' atau 'yang 10 orang'?

Ilustrasi Anda itu tidak relavan karena "sang ayah tidak menggambarkan Yesus Kristus, karena DIA punya DUA sifat: 'Mahahadir' dan 'Mahakuasa'."

Dengan DUA sifat itu, maka DIA TAHU kemana anak-Nya pergi (tidak berlaku konsep 'entah kemana').

Dan karena DUA sifat itu pula, maka DIA tidak perlu memberikan sifat infallibilitas-Nya kepada pihak lain selain Kitab Suci (yaitu kepada Paus dan Magisterium)... (Btw, tentang 'infallibilitas' sudah saya singgung sedikit...)



Tentang makna 'penyertaan' Yesus Kristus yang punya DUA sifat itu, Anda setidaknya punya dua alternatif:

1. Sang ayah memberikan SELURUH biaya kuliah tiap anak SEKALIGUS sejak awal perkuliahan mereka (yaitu memberikan sifat infallibilitas kepada Magisterium dan Paus sehingga TIDAK MUNGKIN SESAT).

2. Sang ayah TIDAK memberikan SELURUH biaya kuliah mereka, melainkan 'diberikan' sebagian-demi-sebagian hanya pada saat dibutuhkan saja (yaitu tidak memberikan sifat infalibilitas kepada pihak ciptaan, kecuali kepada Kitab Suci, dan tentu saja kepada Roh Kudus - yang bukan 'ciptaan' - untuk menerapkan kedaulatan-Nya dalam memimpin Gereja-NYA).


Demikian tanggapan saya,

Terima kasih untuk bantuan Anda agar saya dapat mengajukan pertanyaan dengan benar tentang 'siapa yang salah'...


Salam damai,

ps: kalau tidak keberatan, dalam quote Anda, tolong sumbernya jangan dihapus supaya mudah ditelusuri...






Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #523 on: March 07, 2013, 12:49:29 PM »
Quote
OK, tentang bantuan Anda melalui "ilustrasi biaya kuliah" perlu dipertimbangkan relevansinya (Anda tidak menjawab pertanyaan saya tentang hal ini, 'kan?)...



Ada SATU kelompok "A" dengan jumlah anggota 11 orang.


Tak lama kemudian kelompok yang tadinya SATU itu kini berubah menjadi DUA, yaitu:


Kelompok "A" dengan jumlah 10 (sepuluh) orang. Dalam yurisdiksi (AD/ART) mereka, tetap mengakui 11 anggota ("penerus 11 rasul")

Kelompok "B" dengan jumlah 1 (satu) orang. DAlam yurisdiksi (AD/ART) mereka, mengakui 1 anggota ("penerus satu rasul" yang diklaim sebagai 'penerus 11 rasul').


Menurut Anda: 'yang memisahkan diri' Kelompok "A" dengan jumlah 10 orang, atau Kelompok "B" dengan jumlah 1 orang?

Cara anda berlogika yang keliru, bro.
Jika anda mau bandingkan dalam 'kelompok' maka anda harus lihat saat itu.
Kelompok siapa yang keluar? Jerman? Tidak emua Jerman.
Kemudian kelompok yang keluar itu terpecah belah terus menerus hingga puluhan ribu sekarang ini.
Maka siapa yang terpecah pecah? Tak lain adalah kelompok yang memisahkan diri itu.
Bagaimana dengan kelompok yang tetap? Hingga sekarang tetap seperti itu.

He he he heh e, begitu cara logikanya, bro.

Silahkan dilanjutkan diskusi anda, saya hanya mencoba 'memperbaiki' cara anda berlogika, itupun kalau mau.

Salam damai

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #524 on: March 07, 2013, 12:50:54 PM »

@Bro. Husada, Damai bagimu…



Motif ‘menggubris’: Kasih dan Apologia


Nah, jadi ingat tentang pandangan terhadap Tradisi Suci. Katolik mengimani bahwa Tradisi Suci adalah yang harus diimani. Sementara Protestan menyimpulkan bahwa Tradisi Suci hanyalah 'akal-akalan' Gereja, emang apa masalahnya? Dalam hal itu, Katolik tidak meminta pandangan Protestan. Mengapa harus menggubris pandangan yang menyebut itu salah? Kecuali pihak Protestan bertanya, Katolik akan menjawab. Jika ujug-ujug Protestan mempersalahkan, tanpa mengetahui apa-apa tentang itu, apakah Katolik punya beban harus marah, atau sedih, atau teriak-teriak, atau bagaimana? Saya kira, tidak. Protestan bisa saja berpandangan bagaimana tetang Katolik, tetapi kalau langsung mempersalahkan, emang dapat otoritas dari siapa?


1. Salah satu penerapan kasih adalah ‘saling-saling’. Masih ingat pembicaraan saya tentang ‘saling-saling-saling…’? Dengan adanya persekutuan gereja-gereja dan lembaga-lembaga gerejawi (non denominasional), seperti PGI dan PGLII, dsb., maka ‘akses’ untuk menerapkan ‘kasih’ itu menjadi terbuka. Ada saling menegur, menasihati, mengingatkan, dll. di antara denominasi-denominasi gereja. Tapi akses demikian tidak dimungkinkan oleh Katolik, padahal dalam Lumen Gentium tentang Gereja didekritkan tentang ‘kasih’. Apakah ini tidak dapat menjadi bukti Katolik ‘meleset’ dari ajaran Kristus?

2. Motif apologia. Otoritas darimana? Untuk mempertanyakan dan membuktikan keliru (mempersalahkan, berapologetika) tidak dibutuhkan ‘otoritas’… Bahkan orang tidak percaya Kristus pun dapat menggugat, mempertanyakan dan mengajukan keberatan hingga membuktikan bahwa Kitab Suci, Kristus dan kekristenan adalah keliru. Persoalannya adalah ‘rasa bertanggung jawab’ untuk membuktikan iman pengharapan dalam Kristus.

Dan itu sudah menjadi ajaran Kristus menurut ayat ini (perhatikan kalimat pertamanya), “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu (I Petrus 3:15-16).

Apakah perilaku ‘tidak menggubris’ keberatan pihak lain tidak dapat dihubungkan dengan ‘tidak mempertuhankan Kristus’? Kalau ‘tidak mempertuhankan Kristus’, lalu mempertuhankan siapa/apa? Tetapi tiap orang yang tidak mempertuhankan Kristus, tentu saja bisa mengklaim diri ‘tetap mempertuhankan Kristus’.


Maaf Epafras. Saya tidak mengerti paragraf ini. Apa yang ingin disampaikan, atau ditanyakan atau disanggah, atau, apa?

Betul. Maaf nih, kesan saya, untuk ini, pafras menanyakan sesuatu yang tidak Epafras mengerti. Sebaiknya bikin trit baru.Ngomong-ngomong, pernahkah Epafras baca di Alkitab ayat yang senada dengan Masih banyak hal yang diperbuat Jesus Kristus belum dituliskan?


Ya, Husada benar, mungkin saya tidak mengerti topik ‘mempertuhankan’ yang bukan Tuhan dan/atau ‘memberhalakan’ sesuatu. Nampaknya memang perlu trit khusus untuk itu. Saya setuju, tapi tidak janji akan ikutan memberi sumbangan pemikiran, kecuali sekadar mempelajari masukan yang ada nantinya.

Tentang tema di kalimat akhir yang Husada tanyakan itu, biasanya masuk dalam topik Sola Scriptura, dan Husada lihat sendiri, saya tidak masuk (ikutan diskusi) dalam trit kedua yang dibuat di forum ini.



Menolak Katolik: tidak layak disebut pengikut Kristus?


Katolik (Roma) hanya menerapkan perintah Jesus Kristus, "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mengingat bahwa sesuai janji Kristus yang akan menyertai Gereja sampai akhir zaman, maka umat menerima pengajaran dari pihak yang disertai Kristus. Selain itu, umat Katolik (Roma) juga menghayati "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." Nah, kalo ada umat yang menolak pihak yang diutus sekaligus disertai Tuhan, kayaknya orang itu tidak layak menamakan diri sebagai pengikut Kristus


Katolik itu menerima ajaran dari para murid Jesus Kristus yang diajar langsung oleh Jesus Kristus. Itu diwariskan turun temurun. Kepada para murid itu memang itu disebut seperti dalam Yoh 13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku. Artinya, para murid Jesus Kristus yang menerima pesan tersebut mendapat tugas sebagai utusan Jesus Kristus. Jika tugas itu diteruskan atau diwariskan kepada murid-murid berikutnya, pesan itu masih berlaku terus sampai akhir zaman.


Pertanyaan:

1. Apakah kalau saya menolak Gereja Katolik, TETAPI TETAP memiliki pengakuan iman Nicea dan pengakuan iman Petrus (Mat 16:16), serta TETAP MELAKUKAN Mat 28:18-20 dan I Pet 3:15 di atas hingga detik ini, maka saya TETAP disebut sebagai pengikut Kristus oleh Gereja Katolik?

2. Jika dengan kriteria di atas Gereja katolik tetap mengkategorikan saya sebagai ‘pengikut Kristus’, dan SEANDAINYA saya memenuhi kriteria ‘benar-benar tahu tentang Gereja Katolik…’ (sebagaimana dimaksudkan oleh Gereja katolik dalam “EENS”), apakah saya terhindar dari “EENS”?




Katolik mengimani, memang Pewaris Kursi Petrus yang mendapat mandat langsung dari Jesus Kristus, selama menyampaikan ajaran, diimani selalu disertai Roh Kudus, sehingga tidak dapat salah. Penyertaan itu adalah janji Tuhan Jesus Kristus sendiri. Mau Epafras percaya, silahkan, mau tidak percaya, bukan masalah buat saya.

Damai, damai, damai.


Iya, Husada, saya sudah tahu tentang itu. Dan itulah sebabnya saya mempostingkan tulisan-tulisan saya di trit ini untuk menanggapinya.


Damai, damai, damai…

(Epafras)

(The End…)