Alkitab lebih berotoritas dari dokumen bikinan manusia manapun atau denominasi manapun !
Konsili tidaklah salah tetapi hanyalah bersifat konsensus belaka tidak pernah merubah apa yang benar menurut Alkitab.
Hasil konsili juga bisa salah karena hasil konsili tidak bersifat wahyu Allah yang infallible.
Jadi kalau terjadi perbedaan antar Calvinis, Arminianism, Lutheran yg sama2 membaca Alkitab (Bible Only) dan hasilnya berbeda seharusnya diselesaikan dgn cara apa?
Anda katakan konsili tidaklah salah, tapi boleh diabaikan begitu meskipun banyak perbedaan pengertian iman? Anda juga belum jawab misalnya diantara Calvinis, Arminianism, Lutheran, Baptist mana yang paling benar? Mana yang sesat?
"Keputusan kami" diayat tsb tidak mengajarkan kesetaraan manusia dengan Roh Kudus melainkan keputusan manusia yang taat mengikuti apa yang sudah diputuskan oleh Roh Kudus.
Bukan kesetaraan, tapi itu contoh oleh para rasul, bagaimana cara memutuskan perselisihan iman. Bukan dibiarkan saja. Alkitab juga mengatakan untuk menyelesaikan perselisihan iman, tegurlah empat mata, dengan saksi (kalau masih bisa), kalau tidak bisa, bawalah kepada gereja.
Manusia yang mengklaim menerima iluminasipun masih harus diuji oleh kebenaran tertulis didalam Alkitab karena Roh Kudus selalu bekerjasama dengan kebenaran Alkitab yang diwahyukan dan di-inspirasikan sendiri oleh-Nya.
Ef.6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah
Dengan apa harus diuji? Dengan penafsiran manusia lain yang menklaim iluminasi pula?
Keliru atau tidak bukan ditentukan oleh orang atau denominasinya tetapi apakah isinya bertentangan atau tidak dengan kebenaran Alkitab.
Yang menyatakan keliru kan harus "visible". Bisa dilihat, didengar, dirasakan. Kalau tidak bagaimana caranya? Misalkan ada aliran SSY yang menentang Trinitas, siapa yang mengatakan SSY keliru?
Kis.17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.
Setuju, dengan pengetahuan itu akhirnya bisa tahu yang benar dan yang salah. Setuju?
Tapi untuk menyatakan seseorang keliru, ada caranya, ada juru bicaranya. Sebelum bicara tentu belajar Alkitab, diskusi dengan yang lain, dan bicara secara kelembagaan : Gereja. Seperti di ayat ini :
Mat 18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Mat 18:17 And if he shall neglect to hear them, tell it unto the church: but if he neglect to hear the church, let him be unto thee as an heathen man and a publican.
Jadi di sini saya membicarakan perselisihan iman. Kalau semua baik2 saja tidak masalah. Misalnya Alkitab bilang kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Semua orang mengamini.
Tapi ketika berbicara tentang konsep ketuhanan, sejarah membuktikan banyak perselisihan. Mulai dari Arianisme, Nestorianisme, Sebalianisme, Marcionisme, dll. Disini diperlukan "juru bicara" untuk menyatakan : si A sesat.
Saya yakin anda sendiri pernah jadi juru bicara itu, misalkan mengatakan SSY sesat.
Anda akan bilang : atas nama Alkitab, SSY = sesat. Bukankah begitu?
Jadi salah satu pertimbangan memilih denom : pilihlah yang bisa menyelesaikan pertikaian iman dengan cara konsili, karena Alkitab udah ngasih contoh begitu.
Salam