Author Topic: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer  (Read 2201 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« on: January 07, 2013, 04:17:43 PM »
I. Kerusakan Total Tidak Berarti


A. Kerusakan total tidak berarti kerusakan mutlak

Seringkali, penggabungan kata "kerusakan" dengan kata "total" menimbulkan kesan bahwa keburukan manusia sudah mencapai taraf yang maksimal - bahwa manusia sudah menjadi sejahat yang dapat dilakukan olehnya, kurang lebih seperti Iblis.
Tetapi kerusakan total berbeda dari kerusakan mutlak. Kerusakan mutlak berarti bahwa seseorang menyatakan kerusakan atau kebobrokannya telah sampai tingkat yang paling maksimal sepanjang waktu. Bukan saja semua pikiran, perkataan, dan perbuatannya penuh dengan dosa, tetapi juga sangat jahat - sejahat yang dapat dilakukannya. Seseorang yang mengalami kerusakan total bukan berarti bahwa kejahatan dalam dirinya sudah mencapai intensitas atau derajat yang maksimal, melainkan bahwa kejahatan dalam dirinya telah mencapai ekstensitas atau luas cakupan yang maksimal. Jadi, kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satu pun perbuatannya yang baik. Kejahatan meresapi setiap kemampuan jiwanya dan setiap bidang kehidupannya. Ia tidak mampu melakukan satupun hal yang baik.

Sebagai Illustrasi :
Ketika anak2 berbohong, mereka sering menceritakan kebohongan2 kecil. mereka dapat menceritakan kebohongan yang jauh lebih buruk. Tetapi kebohongan2 kecil yang mereka lakukan itu pun sudah merupakan suatu kesalahan. Karena itu, mereka dapat disebut jahat. Namun mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.

Kitty genovese dibiarkan mati di New York di hadapan dua puluh delapan orang. Sikap apatis kedua puluh delapan orang ini - sikap tidak mau terlibat ini - sungguh keji ; tetapi kedua puluh delapan orang tersebut dapat ikut membunuh Kitty. Mereka tidak melakukan hal tersebut. Mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.

Pada masa pemerintahan Raja Saul, Suatu peralihan terjadi :
"Tetapi Roh Tuhan telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada Tuhan" (1Sam16:14)
Dengan kata lain, pada periode awal dari pemerintahannya, Saul tidak bertindak seburuk yang dilakukannya pada masa berikutnya.
Bahkan orang2 yang berada dalam proses melakukan dosa yang tak terampuni (ibr 6:4-8), pada saat tertentu tidak berbuat sejahat yang dapat mereka lakukan, tetapi "pernah diterangi hatinya, pernah mengecap karunia sorgawi, dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus"

Di dalam gereja selalu ada orang2 munafik: orang2 yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi menyangkali kekuatan dari ibadah tersebut (2Tim 3:5)
Mereka bahkan memberitakan Injil serta mengadakan mujizat, seperti Yudas. Orang2 munafik ini dapat menyingkirkan semua kesalehan yang mereka tampilkan dan langsung menganiaya orang lain, tetapi mereka tidak melakukan hal ini.

Dosa2 manusia bukan saja tidak seburuk yang dapat terjadi, tetapi juga tidak semenyeluruh yang dapat dilakukan manusia. Tidak ada seorangpun yang melakukan semua dosa yang dapat dilakukan manusia. Kita semua melanggar perintah2 Allah di dalam pikiran kita, tetapi kita tidak melanggar semua perintah Allah tersebut di dalam tindakan kita.
Contoh : setiap orang pernah membenci, tetapi tidak setiap orang pernah membunuh, hampir semua orang pernah berahi, tetapi tidak semua orang pernah melakukan perzinahan secara aktual.
Alasan bagi masih ditekannya dosa adalah karena Allah, melalui anugerah umumnya (yaitu anugerah yang dicurahkan kepada semua manusia, bahkan kepada orang2 yang tidak percaya), mengekang kejahatan yang akan dilakukan manusia. Misalnya, dalam kejadian 20 kita membaca bagaimana Raja Abimelekh tidak melakukan dosa separah yang dapat dilakukannya, karena Allah mencegah dia dari perbuatan zinah dengan Sarah, istri Abraham. Dan Paulus menulis kepada umat Kristen di Tesalonika (2tes2:7) bahwa "secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan"


Bersambung..
« Last Edit: January 07, 2013, 04:20:10 PM by rusdinech »

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #1 on: January 07, 2013, 05:03:39 PM »
B. Kerusakan Total tidak berarti hilangnya kebaikan relatif


Orang2 yang belum dilahirkan kembali bukan saja tidak melakukan dosa dengan cara terburuk yang dapat mereka lakukan dan tidak melakukan segala jenis dosa, tetapi mereka juga dapat melakukan kebaikan sampai taraf tertentu - bila kita benar2 mengerti maksud dari kata "baik" disini.

Katekismus Heidelberg memberikan sebuah difinisi yang jelas tentang kebaikan. Dalam menjawab pertanyaan "Tetapi apakah perbuatan2 baik itu?"
Katekismus ini menyatakan "hany perbuatan2 yang dilakukan dari iman yang sejati, sesuai dengan hukum Allah, dan bagi kemuliaann-Nya."
Jadi, menurutu Katekismus Heidelberg, ada tiga unsur yang terdapat dalam perbuatan baik yang sesungguhnya, yaitu : iman yang sejati, kesesuaian dengan hukum Allah, dan motivasi yang benar. Sebaliknya, perbuatan yang baik secara relatif bisa memiliki bentuk lahiriah yang benar tetapi tidak bersumber dari iman yang sejati atau tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah. Dengan demikian, orang yang bukan Kristen dapat melakukan perbuatan yang baik secara relatif, meskipun mereka berada dalam kerusakan total.

Misalnya, seorang yang belum bertobat mencuri uang sebesar 5000$ dari sebuah bank dan kemudian menyumbangkan 1000$ dari uang tersebut kepada Palang Merah untuk mendapat pujian. Dari luar, sumbangan orang ini tampaknya sesuai dengan hukum Allah, tetapi karena tidak bersumber pada iman dan tidak dilakukan untuk memuliakan Allah, sebenarnya perbuatan baik tersebut berdosa. Perbuatan seperti itu hanyalah baik secara relatif.

Albert Schweitzer merupakan contoh seorang yang menyangkal Kekristenan yang alkitabiah, namun dapat mempermalukan banyak orang Kristen Orthodoks dengan perbuatannya yang menyatakan kasih dan kemurahan. Ia mengorbankan tiga karier yang mempunyai prospek gemilang dan meninggalkan kebudayaan Eropa supaya dapat bekerja dan menderita bersama dengan orang2 kulit hitam di Afrika. Sebagai seorang filsuf, ahli Perjanjian Baru, dan pemain piano yang mendapat penghargaan tinggi, ia merasa bahwa dirinya seperti Dives (orang kaya dalam Lukas 16:19-31), yang berpakaian jubah ungu dan kain halis, dan setiap hari bersukaria dalam kemewahan, sementara di Afrika ada begitu banyak Lazarus yang boroknya masih dijilati anjing2. Dengan kerelaan berkorban demi melayani orang2 sakit di jantung benua Afrika, ia menjalani suatu kehidupan yang penuh teladan yang dipenuhi oleh kebaikan relatif. Tindakan2 lahiriahnya sesuai dengan hukum kasih, tetapi karena ia tidak percaya kepada Allah Trinitas dan tidak memiliki motivasi yang benar - yaitu untuk memuliakan Allah - makan tindakan2 itu hanya dapat disebut baik dalam arti relatif.

Contoh lain dari kebaikan relatif adalah seorang tentara non Kristen memberi teladan mengenai keberanian dan kasih dalam peperangan dengan menjatuhkan dirinya ke atas sebuah granat untuk menyelamatkan teman2-nya.
atau seorang pria non-Kristen yang mempertaruhkan nyawanya dengan melompat di depan sebuah truk yang sedang melaju demi menyelamatkan seorang anak kecil.

Di dalam contoh di atas ini, tidak terdapat dua unsur wajib dari perbuatan baik yang sesungguhnya, yaitu iman kepada Yesus Kristus dan motivasi melakukan perbuatan baik tersebut untuk kemuliaan Allah Trinitas. Maka perbuatan2 baik itu disebut perbuatan tyang baik secara relatif, bukan perbuatan baik yang sesungguhnya atau sejati.
Alkitab juga memberikan sejumlah contoh mengenai kebaikan yang relatif. Di dalam Perjanjian Lama disebutkan tentang tiga raja, yaitu Yehu, Yoas dan Amazia, yang tidak sungguh2 takut akan Allah dan tidak bertobat. Meskipun demikian, Allah berfirman tentang Yehu: "Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mata-Ku,..... maka anak2 mu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat" (2Raj 10:30). Juga mengenai Yoas, Alkitab mengatakan bahwa dia "melakukan apa yang benar di mata Tuhan" (2Raj 12:2). Dan penulis Kitab 2 Raja-raja juga menyatakan hal yang sama tentang Raja Amazia. Jadi di sini kita dapat melihat bahwa ketiga raja ini melakukan hal yang benar di mata Tuhan meskipun diri mereka sendiri berada dalam keadaan terhilang.

Di dalam Perjanjian Baru, kenyataan bahwa orang2 yang tidak bertobat (reprobat) melakukan kebaikan diungkapkan secara gambalang oleh Kristus ketika Ia memberi perintah kepada murid2-Nya untuk mengasihi bukan saja sahabat2 mereka tetapi juga musuh2 mereka. Kristus memberikan alasan : "...jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? orang2 berdosapun berbuat demikian" (Luk 6:33). Dengan katalain, Kristus menyatakan bahwa orang2 yang bukan kaum pilihan juga melakukan kebaikan. tetapi perlu ditekankan kembali bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah kebaikan sejati, melainkan kebaikan relatif.

Dan Paulus menulis kepada umat Kristen di Roma (rm 2:14) bahwa "bangsa2 lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat." Mereka tidak mengenal Yesus Kristus, mereka tidak memiliki hukum2 Perjanjian Lama, namun mereka melakukan hal2 yang secara lahiriah sesuai dengan hukum Allah - hal2 yang menyenangkan Allah dalam pengertian relatif.

Jadi kita melihat bahwa kerusakan total tidaklah berarti bahwa setiap manusia adalah lambang dari Iblis. Karena, pada kenyataannya, manusia tidak melakukan semua dosa yang dapat dilakukannya, dan dosa2 yang ia lakukan tidak selalu seburuk yang dapat dilakukannya. Selain itu, kita telah melihat bahwa setiap manusia bahkan dapat melakukan sejumlah kebaikan yang relatif : Sungguh kita patut bersyukur kepada Allah atas anugerah umumNya yang dengannya Ia bukan saja mengekang kejahatan dalam diri orang2 yang belum lahir kembali, tetapi juga memapukan mereka untuk melakukan kebaikan yang relatif.

Bersambung

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #2 on: January 07, 2013, 05:44:34 PM »
II. Kerusakan Total Adalah


A. Secara positif : selalu dan semata-mata berbuat dosa

Meskipun telah dinyatakan bahwa manusia natural - yaitu yang belum dilahirkan kembali oleh Roh Kudus - dapat melakukan kebaikan yang relatif, perlu ditekankan kembali bahwa bahkan kebaikan relatif secara fundamental bukanlah kebaikan sejati dalam pandangan Allah. Alasannya adalah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Pengakuan Iman Belgia, tidak adanya motivasi kasih dan iman dalam kebaikan tersebut. Dalam kenyataannya, kebaikan relatif ini pada dasarnya, dan dalam pengertian yang terdalam, tidak lain adalah dosa dan kejahatan.

Kerusakan total berarti bahwa manusia tidak pernah dapat melakukan kebaikan yang secara fundamental menyenangkan Allah, dan bahwa pada kenyataannya manusia selalu berbuat jahat. Alkitab memberikan kesaksian yang jelas tentang hal ini.

Di dalam Kejadian 6:5 kita membaca "bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata." Perhatikanlah deskripsi mengenai kejahatan di sini. Kejahatan manusia itu besar. Kejahatan itu telah menembus sampai bagian yang terdalam dari manusia. Bukan hanya sampai kepada hatinya, bukan hanya sampai kepada pemikiran2 hatinya, tetapi bahkan sampai kepada kecenderungan hatinya. Dan menurut Alkitab, kecenderungan yang paling dalam ini semata2 jahat dan terus-menerus jahat - sepanjang waktu. Kejadian 8:21 menambah satu informasi yaitu bahwa keadaan ini terjadi pada manusia bukan hanya pada saat manusia telah dewasa, melainkan sejak kecilnya.

Yeremia menulis: "Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, ....siapakah yang dapat mengetahuinya?" (17:9)

Kesaksiaan sebagian besar orang Kristen mendukung pernyataan Yeremia. Bahkan ketika seseorang telah menjadi Kristen, sehingga mengenal kebenaran, keadaan hatinya yang munafik, licik, dan jahat tetap mengejutkan.
Pemazmur menulis bahwa kerusakan total ini menjangkau bahkan sampai kepada bayo2: "sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (51:7)
Ini tentunya bukan berarti bahwa hubungan seksual adalah dosa, tetapi ayat ini menyatakan bahwa sejak dalam kandungan dan sejak dilahirkan manusia telah tercemar oleh dosa karena kejatuhan Adam.

Dengan nada yang sama, Paulusu yang mengutip Mazmur 14 dan 53 berkata "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.... rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu" (Rm 3:10-18)

Jadi, kerusakan total ini melakukan dosa dengan semua cara yang ada, dan juga tidak sampai pada cara yang terburuk; dan bahkan manusia mampu melakukan sejumlah kebaikan yang relatif, tetapi dalam semua yang dilakukannya itu ia berbuat dosa. Ia tidak dapat melakukan satu hal pun yang benar2 menyenangkan Allah.


Bersambung..

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #3 on: January 09, 2013, 04:04:34 AM »
B. Secara negatif : ketidakmampuan total


Cara lain untuk menjelaskan tentang kerusakan total adalah dengan menyebutnya sebagai ketidakmampuan total. Pada kenyataannya, banyak orang lebih menyukai istilah ini daripada istilah kerusakan total, karena kerusakan total memberi kesan bahwa manusia telah menjadi seburuk apa yang dimungkinkan. Akan tetapi, istilah ketidakmampuan total juga dianggap memberi kesan yang terlalu negatif. Istilah ini menyarankan bahwa keberdosaan manusia adalah lebih merupakan adanya kekurangan pada manusia daripada suatu karakteristik yang positif. Tetapi istilah ini berguna untuk mejlaskan fakta mengenai ketidakmampuan manusia untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan kebaikan. Marilah kita melihat ketiga ketidakmampuan manusia ini.

1. Manusia tidak dapat melakukan kebaikan
Pernyataan Pengakuan Iman Belgia sangat alkitabiah ketika menyatakan "ketidakmampuan manusia untuk melakukan apa yang benar2 baik." Kanon Dort juga sama alkitabiahnya ketik mengakui bahwa : "Semua orang... tidak mampu melakukan kebaikan yang menyelamatkan."
Berbicara mengenai ketidak mampuan moral secara total pada orang yang belum dilahirkan kembali untuk melakukan kebaikan, Yesus pernah mengajukan pertanyaan : "Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri ?" kemudian Ia memberi jawabannya : "Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik" (Mat 7:17-18). Dengan kata lain, orang yang belum lahir kembali tidak dapat melakukan apa yang benar2 baik.

Menulis dengan nada yang sama, Paulus pernah menyatakan "Tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata :"Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun yang dapat mengaku : "Yesus adalah Tuhan, 'selain oleh Roh Kudus" (1Kor 12:3)

Pada kesempatan lain, Yesus menyatakan rahasia kehidupan Kristen : berdiamnya Kristus di dalam diri kita (Yoh 15). Ia menggunakan ilustrasi pokok anggur dan ranting-rantingnya. Mengenai ketidakmampuan manusia untuk melakukan perbuatan2 baik, Yesus menyatakan : "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku... Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15: 4-5). Ini yang dimaksudkan dengan ketidakmampuan total.

Dalam pernyataan2 yang serupa dengan ini, Paulus menyangkal kemampuan orang2 non-Kristen untuk melakukan kebaikan ketika dia menulis: "Keinginan daging [yaitu, orang yang belum dilahirkan kembali] adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah" (Rm 8:7-8). Mari kita ulangi lagi deskripsi rangkap tiga mengenai krusakan total atau ketidakmampuan total : orang yang belum lahir kembali berseteru terhadap Allah, ia tidak taat kepada hukum Allah dan ia tidak mungkin dapat melakukan kebaikan sejati serta berkenan kepada Allah.


Bersambung

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #4 on: January 09, 2013, 04:19:30 AM »
2. Manusia tidak dapat memahami kebaikan

Manusia bukan saja tidak mampu melakukan kebaikan, ia bahkan tidak mampu memahami kebaikan. Ia sama butanya seperti Cyclops dengan satu matanya yang terbakar. Lidia, misalnya, mendengarkan Paulus memberitakan Kristus di tepi sungai di Filipi.
Hanya setelah Tuhan setelah Tuhan membukakan hatinya barulah ia dapat memperhatikan apa yang tikatakan oleh Paulus (Kis 16:14). Sebelum itu, pengertiannya gelap, menurut gambaran Paulus tentang orang2 kafir di Efesus (Ef 4:18). Atau, menurut ilustrasi lainnya dari Paulus, suatu selubung yang menutupi hatinya mencegah dia untuk melihat kebenaran (2Kor 3:12-18). Tetapi ketika Allah bekerja dalam hatinya, ia dapat memberi respons kepada pemberitaan Paulus.

Selama pelayanan-Nya, Yesus ditolak oleh orang2 Yahudi. "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang2 kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Yoh 1:11). Masalahnya bukan terletak pada pernyataan kebenaran. Sang Kebenaran itu sendiri hadir di sana. Yesus adalah Anak Allah yang berinkarnasi. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan itu tidak dapat memahaminya.

Anak Allah mengadakan mujizat dan memberitakan Injil kepada orang2 Yahudi, tetapi mereka menghujat Dia. "Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku?" Yesus pernah bertanya kepada mereka. Ia kemudian memberikan juga jawabannya : "Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku" (Yoh 8:43). Orang2 Yahudi itu mendengar Yesus dengan telinga jasmani mereka. Tetapi yang dimaksudkan oleh Yesus adalah telinga rohani. Sebagaimana yang dikatakan-Nya di kesempatan lain : "Kamu akan mendengar dan melihat namun tidak menganggap" (Mat 13:14).
Ini dapat menjelaskan kepada kita mengapa ada theolog2 dan siswa2 Alkitab yang meskipun telah melewatkan sebagian besar masa hidupnya untuk mempelajari Alkitab namun menolak Yesus Kristus sebagai Allah, Tuhan, dan Juruselamat mereka.
Penolakan ini bukan disebabkan oleh kesaksian Firman Allah yang sudah jelas itu, tetapi disebabkan oleh kebutaan, kegelapan, dan kekerasan hati mereka. Bila seseorang belum dilahirkan kembali, ia tidak dapat mengerti.

Salah satu pasal yang dengan jelas sekali mengjarkan tentang ketidakmampuan manusia untuk memahami hal2 ilahi adalah 1 Korintus pasa 1 dan 2. Paulus mengatakan bahwa pemberitaan tentang salib (berita sentral dari Kekristenan) merupakan kebodohan bagi orang2 yang binasa (1Kor 1:18). Dengan "hikmat" mereka sendiri mereka tidak dapat mengenal Allah (ay. 21). Bila manusia dapat mengenal Allah dengan hikmatnya sendiri, maka banyak orang berhikmat yang sudah menjadi orang Kristen. Tetapi yang terjadi tidaklah demikian. Hal yang menyebabkan orang2 yang berotak brilian tidak menerima Kekristenan adalah karena akal budi semua orang telah menjadi buta, mereka hanya akan dapat melihat jika mereka dilahirkan kembali.
Karena, sebagaimana dinyatakan oleh Paulus: "Manusia duniawi [manusia natural] tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena baginya hal itu adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani" (1Kor 2:14). Dengan kata lain, tanpa Roh Kudus, manusia tidak dapat memahami hal2 yang berasal dari Allah.


Bersambung

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #5 on: January 17, 2013, 05:19:48 PM »
3. Manusia tidak dapat menginginkan kebaikan

Orang Non-Kristen bukan saja tidak dapat melakukan sesuatu yang benar2 baik, ia bukan saja tidak dapat memahami kebaikan, tetapi lebih buruk lagi, ia bahkan tidak dapat menginginkan kebaikan. Memiliki tujuan baik namun tidak dapat mencapai tujuan tersebut merupakan satu hal. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang baik merupakan bagian dari kerusakan manusia. Memiliki tujuan yang baik tetapi tidak mampu untuk memahami tujuan itu sendiri merupakan hal yang sangat berbeda. Tidak adanya pemahaman juga merupakan bagian dari kerusakan mausia. Tetapi bagian yang terburuk dari kerusakan total manusia adalah bahwa manusia natural bahkan tidak menginginkan kebaikan. Ia tidak peduli akan hal ini. Tetapi pernyataan terakhir ini salah. Ia peduli ; ia membenci kebaikan dan sumbernya, yaitu Allah. Tidak adanya kerinduan akan Allah merupakan bagian yang terburuk dari kerusakan total alamiah manusia.

Ketidakmampuan untuk menginginkan yang baik, khususnya menginginkan Yesus Kristus, dinyatakan dengan tegas oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan2-Nya mengenai apa yang tidak dapat manusia lakukan
(Mat 7:18 ; Yoh 3:3 ; 8:43 ; 15:4-5)
Ia berfirman: "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (Yoh 6:44). Beberapa saat setelah itu Ia mengulangi dengan kalimat lain: "tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya" (Yoh6:65).
Inilah kerusakan total: manusia tidak dapat memilih Yesus. Manusia bahkan tidak dapat mengambil langkah pertama untuk datang kepada Yesus, kecuali Bapa yang menarik dia. Kerusakan total ini bersifat universal. "Tidak ada seorangpun" yang dapat datang, demikian firman Tuhan. Bukan "sebagian orang tidak dapat datang," tetapi "tidak ada seorangpun dapat datang." Ini menyatakan ketidakmampuan total yang universal.

Bukti yang paling jelas tentang ketidakmampuan manusia untuk menginginkan yang baik dapat kita lihat pada semua ilustrasi Alkitab mengenai efek dari permulaan dari karya Roh Kudus: pembaruan hati, kelahiran, penciptaan, dan kebangkitan. Istilah2 ini menyatakan secara jelas ketidakmampuan moral manusia yang bersifat total.

Sebagai contoh, di dalam Perjanjian Lama (terjemahan bahasa Inggris), orang yang belum dilahirkan kembali dilukiskan sebagai orang yang berhati batu (Yeh 11:19 LAI: hati yang keras). Hati batu adalah hati yang mati, tidak dapat berbuat apa2. Suatu ketidakmampuan total. Tetapi Allah berfirman bahwa Ia akan melahirkan kembali umat-Nya. Ia akan memberikan roh yang baru kepada mereka, maka mereka akan memiliki hati dari daging, artinya, hati yang hidup. Setelah itu, mereka akan berkemampuan untuk mengikut Tuhan.

Yesus menggunakan analogi tentang kelahiran : "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah" (Yoh3:3). Bayi tidak pernah menginginkan atau memutuskan untuk dilahirkan. Ia tidak pernah memberi kontribusi sekecil apapun kepada kelahirannya. Dalam seluruh proses, mulai dari awal pembuahan sampai kelahiran, sang bayi benar2 pasif dan sama sekali tidak mampu mengendalikan kelahirannya. Demikian juga orang yang belum percaya tidak dapat mengambil satu langkahpun menuju kelahiran kembali. Ia harus dilahirkan oleh Roh Kudus. Kaum Arminian mengajarkan konsep yang tidak alamiah bahwa suatu ketidakberadaan (non-being) yang rohani, dapat memiliki keinginan untuk dilahirkan -- dapat percaya kepada Kristus serta dilahirkan kembali. Tetapi suatu ketidakberadaan tidak bereksistensi, dan karena itu, ia tidak mungkin dapat memiliki keinginan untuk datang kepada Kristus.

Bersambung..

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #6 on: January 17, 2013, 05:36:41 PM »
              Paulus menggunakan ilustrasi penciptaan. Ia mengatakan bahwa orang yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2kor 5:17; Gal 6:15). Suatu ketidakberadaan - Ketiadaan - Tidak dapat menciptakan dirinya sendiri. Konsep "penciptaan" sudah pasti mengimplikasikan kepasifkan total dan ketidakmampuan dari objek yang diciptakan. Kebenaran yang berlaku dalam hal fisik juga berlaku dalam hal rohani : setiap orang sama sekali tidak dapat menjadikan diri mereka sendiri ciptaan baru di dalam Kristus.

Paulus juga menggunakan analogi kebangkitan kembali ketika ia menulis dalam Efesus 2:1, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran2 dan dosa2mu." pada ayat 5 Paulus berkata, "[Allah]..... telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan2 kita" (bdk. Kol. 2:13). Sejumlah orang Kristen yang sungguh2 beriman menafsirkan bahwa yang dimaksudkan oleh ayat2 ini adalah bahwa manusia berada dalam keadaan cedera atau sakit, tetapi tidak mati, karena mereka berpendapat bahwa manusia masih memiliki kemampuan untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk diselamatkan. Manusia memiliki kemampuan untuk percaya atau tidak percaya. Manusia belum sungguh2 matil karena kalai ia sudah mati, ia tidak dapat minta tolong. Manusia hanya sakit. Ya, ia penuh dengan dosa, manusia sakit karena dosa, tetapi ia masih dapat meminta pertolongan dokter. Tetapi kaum Calvinis berpegang pada ajaran Alkitab yang begitu jelas dan berkata : "Tidak, manusia sudah mati. Manusia bahkan tidak dapat membuka mulutnya. Manusia juga tidak memiliki keinginan untuk minta tolong kepada dokter. Manusia sudah mati."

Kaum Arminian membandingkan orang yang belum dilahirkan kembali sebagai seseorang yang melompat dari jendela tingkat dua sebuah rumah, tiga tulang rusuknya patah, kakinya juga patah, namun masih hidup. Orang itu tahu bahwa ia cedera parah dan memerlukan dokter. Ia dapat meminta pertolongan kepada orang yang lewat atau menyeret dirinya ke tempat telpon untuk menelpon dokter. Ia ingin diobati dan disembuhkan.

Sedang kaum Calvinis melukiskan orang yang belum dilahirkan kembali sebagai seseorang yang melompat dari puncak gedung pencakar langit dan tubuhnya berserakan di jalan. Seandainya masih ada sesuatu yang utuk yang tersisa pada tubuhnya ketika ia menyentuk tanah, ia tidak dapat mengetahui bahwa ia memerlukan pertolongan, apalagi berteriak minta tolong. Orang ini sudah mati - tidak memiliki hidup - dan tidak mungkin dapat menginginkan pengobatan.
Atau kita ambil contoh lain: teori yang menyatakan bahwa manusia memiliki sedikit jasa dalam keselamatannya, yaitu dengan mengajarkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk percaya, yang diilustrasikan dengan seseorang yang sedang tenggekan. Kepalanya timbul tenggelam di air sementara ia menggapai-gapaikan tangannya, berusaha untuk tidak tenggelam. Bila tidak ada orang yang menyelamatkannya, ia akan mati. Mungkin paru2nya sudah kemasukan air, mungkin ia sempat pingsan sebentar, tetapi ia masih dapat berpikir dan masih mampu melambai serta menjerit kepada pengawas pantai agar diselamatkan. Bila ia berseru kepada pengawas pantai, maka pengawas itu akan menyelamatkan dia.
Tetapi gambaran yang alkitabiah adalah bahwa manusia itu seseorang yang sudah tergeletak di dalam palung laut di kepulauan Marinia, yang dalamnya lebih dari 35.000 kaki (kira2 10.500 meter). Tekanan air yang menindihnya kira2 2,4 Ton/cm².
Ia telah tenggelam selama 1.000 tahun dan hiu2 yang ganas telah memakan jantungnya. Dengan kata lain, orang itu sudah mati dan sama sekali tidak dapat meminta pengawa pantai yang mana pun untuk menyelamatkannya. Agar ia dapat diselamatkan, suatu mujizat harus terjadi. Ia harus dihidupkan terlebih dahulu dan dibawa ke permukaan air, setelah itu barulah ia dapat berseru dan minta tolong kepada pengawas pantai.

Inilah gambaran yang sebenarnya dari orang berdosa. Ia mati karena pelanggaran2 dan dosa2nya (ef 2:1 ;5). Ia tidak memiliki keinginan untuk disembuhkan, ia bahkan tidak menyadari bahwa dirinya membutuhkan penyembuhan. Ia sudah mati.

Bersambung..

Offline rusdinech

  • Global Moderator
  • FIK - Full
  • *****
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
Re: Lima Pokok Calvinisme [Kerusakan Total] Edwin H Palmer
« Reply #7 on: January 17, 2013, 05:51:00 PM »
       Pada waktu Kristus memanggil Lazarus untuk keluar dari kubur, Lazarus tidak memiliki kehidupan untuk dapat mendengar, bangkit, dan keluar dari kubur. Tidak ada setitik pun kehidupan di dalam dirinya. Agar ia dapat mendengar panggilan Yesus serta datang kepada-Nya, Lazarus harus dihidupkan lebih dulu. Yesus menghidupkan kembali Lazarus dan barulah kemudian Lazarus dapat memberi respons.

Illustrasi2 di atas menunjukkan isu paling sentral antara kaum Arminian dan kaum Calvinis, isu yang disebut oleh Martin Luther sebagai engsel di mana seluruh reformasi berputar.
Kaum Arminian - di sini kami menulis dengan murah hati tentang kaum ini, meskipun kami menemukan bahwa mereka tidak alkitabiah mengenai pokok ini - percaya bahwa Kristus mati untuk menebus dosa manusia dan bahwa tak ada manusia yang dapat memberikan kontribusi sekecil apapun bagi penebusan dosa2nya. Sampai di sini pendapat kaum Arminian benar. "Yesus telah membayar lunas semua utangku, kepada-Nya aku sekarang berutang."

Tetapi inti permasalahannya adalah bahwa setelah itu kaum Arminian menyatakan bahwa manusia yang belim diselamatkan, dengan kekuatan dirinya sendiri, dengan pertolongan Roh Kudus, berkemampuan untuk meminta kepada Yesus untuk menyelamatkan dia. Dan ketika ia telah meminta kepada Yesus, ia akan dilahirkan kembali.
Akan tetapi, kaum Calvinis yang alkitabiah menolak pandangan tersebut. Kaum Arminian seolah2 meletakkan kereta di depan kuda. Manusia sudah mati karena dosa2nya dan pelanggaran2nya, bukan sekedar sakit dan cedera, namun tetap hidup. Tidak, orang yang diselamatkan, yang belum dilahirkan kembali, telah mati secara rohani (ef 2). Ia tidak dapat meminta pertolongan kecuali bila Allah mengubah hati batunya menjadi hati dari daging, serta menghidupkannya secara rohani (ef 2:5). Kemudian, setelah mengalami kelahiran kembali, barulah untuk pertama kalinya ia dapat datang kepada Yesus, menyatakan penyesalan atas dosa2nya, dan meminta-Nya untuk menyelamatkan dia.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah : Apakah Allah hanya mengaruniakan penebusan saja, ataukah juga mengaruniakan iman? Apakah Allah memberikan kontribusi berupa pengorbanan Kristus, dan manusia memberikan kontribusi berupa iman? Atau apakah iman juga merupakan karunia dari Allah (ef 2:8) ?
Apakah keselamatan manusia sebagian tergantung kepada Allah (Ia mengaruniakan Kristus untuk mati bagi kita di atas salib) atau seluruhnya tergantung kepada Allah (Ia mengaruniakan Kristus bagi kita ditambah mengaruniakan iman kepada kita) ?
Apakah pada manusia masih tersisa sedikit kemuliaan bagi dirinya sendiri - yaitu kemampuan untuk percaya? Atau apakah segala kemuliaan adalah bagi Allah? Pengajaran mengenai kerusakan total manusia menyatakan bahwa segala kemuliaan adalah bagi Allah, dan tidak ada sedikitpun kemuliaan bagi manusia.

Gbu
« Last Edit: January 17, 2013, 05:56:50 PM by rusdinech »