kalo pendapat saya mas..
kalo memang aturannya tidak ada..
ya tidak perlu dicari-cari atau dibuatkan...
selama masih berterima dengan akal sehat dan norma sosial wajar yang berlaku pada waktu itu --> menurut saya lebih DI-MAKNAI pada substansi & esensi-nya..
misalnya juga...
Rasanya sejauh saya tahu.. Tidak ada Aturan yang mewajibkan Paus harus pakai baju ketika membasuh kaki itu..
Toh.. para paus selalu pakai baju & ganti-ganti model sepatu-nya selama beratus-ratus tahun...
dan tidak perlu dicarikan Aturan atau Tradisi tentang Sepatu Paus yang seperti apakah yang paling Alkitabiah.. ehehe..
nanti jadi spt sodara tetangga sebelah yang hobi seperti itu.. dan malah Kehilangan PE-MAKNA-an Substansial-nya..
hehe...
btw...
imho... tindakan paus baru kita ini menurut saya amat brilian dan mengirimkan sinyal yang amat positif lho..
Betapa Iman tidak harus selalu dalam keadaan PRASANGKA dan KETAKUTAN sehingga bersifat SELF-PROTEKTIF dan TAKUT INKLUSIF, karena khawatir GOYAH IMAN-nya hanya gara-gara meng-inklusi nilai-nilai atau kebaikan yang kebetulan berasal dari ideologi lainnya.
demikian masbro...
setuju banget dengan pendapat mas cadang..
bahwa substansi, atau pemaknaan nya lah yang penting, dan rasanya memang itu pesan yang hendak disampaikan Paus kita.
seperti kita ketahui bersama bahwa Paus Fransiskus memang banyak merubah beberapa tradisi (t kecil) atau kebiasaan umum seorang Paus, bahkan saat awal terpilih, dst...
tapi ga ada masalah, hanyalah sebuah t kecil yang dirubahnya.. tanpa merubah substansi, tanpa merubah DOGMA dan tentu saja tetep tidak melanggar kitabsuci.
sebuah keniscayaan, bahwa kita pun perlu berubah, flexible sesuai dengan kebutuhan, agar bisa bijak.
Paus kita dikenal sebagai Paus yang konservatif, sama seperti Paus benedict, kaku dalam prinsip, namun flexible dalam pengejawantahan.
mereka orang2 yang sudah mampu mendapatkan intisarinya, substansi dari segala hal.