Saya tidak bisa mewakili Protestan secara keseluruhan, karena pasti akan banyak tanggapan berbeda.
Tetapi menurut pandangan saya, dan secara umum bisa dibilang mewakili pandangan Protestan mainstream, kita perlu melihat jenis, muatan/konten maupun konteks seni tersebut terlebih dahulu.
Pertama, apakah jenis kesenian tersebut adalah murni seni atau mengandung unsur2 spiritisme (penggunaan roh2).
Sebagai contoh, menampilkan kesenian kuda lumping dalam acara-acara Kristen tentu tidak masalah jika yang ditampilkan sebatas seni tari murni, tetapi menjadi salah ketika kesenian kuda lumping tersebut disajikan lengkap dengan unsur2 sesajen, pemanggilan roh, kesurupan, makan beling, dan sebagainya.
Mereka yang skeptis bisa saja berargumen bahwa segala unsur roh tersebut hanya akal2an, sekedar hasil latihan atau sugesti. Anggaplah begitu, namun tetap saja bisa menjadi sandungan bagi mereka yang lemah imannya.
Maksud saya bukan acara kristen bro, tapi acara biasa misalnya ulang tahun, ulang tahun perkawinan, kita mengadakan wayang kulit, wayang golek, jaipongan, dsb.
OK d kalo kuda lumping kita hapus dulu saja untuk acara pribadi. Karena lebih lekat kepada penggunaan roh. Mungkin kalo kita kristen dan menjadi kepala desa, baru bisa menggelar kuda lumping untuk acara desa, bukan acara pribadi
Kedua, apakah konteks kesenian tersebut disajikan murni sebagai hiburan ataukah terkait dengan pengajaran/nilai-nilai spiritual di luar kekristenan?
Sebagai contoh, mengadakan pertunjukan wayang kulit. Jika moment-nya adalah hajatan kawinan, dan wayang kulit disajikan sebatas sebagai hiburan tentu tidak menjadi masalah. Tetapi jika gereja mengadakan acara natalan kemudian menyajikan pertunjukan wayang kulit yang kental dengan ajaran dewa2 dalam Hindu, tentu saja menjadi sangat tidak pas. lain soal kalau wayangnya bercerita kisah Alkitab.
Betul setuju, maksud saya bukan acara keagamaan.
Jadi intinya, tergantung jenis dan konteksnya. Btw, gereja saya termasuk yang concern dengan kesenian daerah kok (apalagi saya sebagai Wong Jogja) , tetapi sebagai seorang Kristen, kita juga perlu melihat muatan/content dan konteks kesenian yang ditampilkan. Bahkan sebenarnya ini bisa menjadi kesempatan bagi warga Kristiani untuk berkreativitas, misalnya pertunjukan wayang dan kethoprak yang berisi cerita2 Alkitab, macapatan dengan menggubah lagu2 gereja ke tembang2 Jawa, dan masih banyak lainnya.
Sebagai tambahan info, saya justru bangga dengan ayah saya, seorang seniman Jawa sekaligus seorang Kristen yang beriman, dan telah banyak menghasilkan karya2 seni daerah bernilai Kristiani. Maaf contoh2 saya dari budaya jawa karena saya memang Wong Jowo tapi saya rasa terhadap kesenian suku2 lain dapat diperlakukan pertimbangan yang sama.
Salam
Salut banget bro, maksud saya seperti itu kalo bisa keimanan kristen juga tidak menghambat kita dalam berkesenian daerah. Dalam rangka melestarikan apa adanya ataupun inkulturasi memasukkan nilai kristiani ke dalam kesenian itu.
Terima kasih atas tanggapannya.