wah.. tentunya metode orang per orang itu beda ya om...
ada orang yang kala ruwet butuh pelampiasan dengan keramaian, atau bertamasya.. ada yang butuh menjernihkan pikiran dengan mencari ketenangan, keheningan, larut dalam doa dan permenungan, agar bisa mendengar suara Tuhan yg berbisik lembut.. dan sebagainya...
itu dia !!!
apakah kegalauan para romo itu sama semuanya sehingga jalan bengkelnya adalah rowoseneng ???
mungkin saja kan kegalauan romo adalah karena ibunya lagi sakitkeras,
kalu solusinya di rowoseneng kan malah tambah galau ,apalagi ga di pinjemin hP anti galau.
kita tau bahwa membiara itu adalah pilihan... menjadi pertapa itu juga adalah pilihan bebas tanpa paksaan om... jadi rasanya mereka memang memilih untuk menjalani dan melayani dengan cara demikian...
Waktu oom sekolah di sekolah katholik
dari pelajaran agama (yang diajarkan suster suster)
ada kesimpulan diantara temen temen bahwa menjadi suster bisa disebabkan beberapa hal
1) Pilihan
sehabis sekolah mereka bingung mau jadi apa, trus ketika melihat kehidupan surter sepertinya damai (padahal blon tentu) maka mereka memilih
2) panggilan
mereka merasa Tuhan merencanakan hidupnya adalah buat menjadi biarawati,, walaupun panggilan itu di abaikan , tetapi suara panggilan d smakin jelas dan keras ahirnya tak kuasa menolaknya
3 )Pelarian
Setelah di kecewakan oleh manusia., baik berupa kegagalan cita cita atau pun putus cinta
Tuhan Yesus memberkati
Han