Jadi, saya pikir, mereka yang sudah mengetahui arti literal dari sola scriptura, tidak harus bersitegang bahwa dia melaksanakan sola scriptura, sebab sungguh-sungguh, sola dari sola scriptura tidak mungkin dilaksanakan. Pasti harus scriptura plus, plus, yaitu tafsiran, interpretasi, khotbah lisan, kebiasaan jemaat, dll, dll. Atau sebaliknya, mereka yang sudah mengetahui bahwa sola scriptura tidak mungkin dilaksanakan secara murni, harus dengan plus-plus, maka ketika mendengar seseorang mengaku melaksanakan sola scriptura harus mengartikan bahwa yang dimaksud orang itu adalah bukan sola scriptura yang harfiah.
Ya, saya sepakat dng mas husada.
Yang buat saya heran adalah munculnya anggapan bahwa sola scriptura itu berarti Alkitab saja tanpa "tafsiran, interpretasi, khotbah lisan, kebiasaan jemaat, dll, dll". Padahal, kalo pemaknaan sola scriptura disertai pemahaman akan konteksnya, makna sola scriptura bukan seperti itu, sebagaimana dijelaskan bro Djo di post pertama di thread ini.
Hal ini membuat saya melihat bahwa memang benar ada polemik yg sedang dikembangkan. Pengembangan polemik ini menjadi lebih mudah dilakukan mengingat kata-kata sola scriptura itu sendiri memiliki karakteristik jargon. Supaya mudah diingat orang, jargon pada umumnya hanya sebuah nukilan dari suatu frasa atau kalimat atau bahkan teks yg lebih lengkap. Nah, IMO, apa yg terjadi dng sola scriptura adalah pengabaian frasa atau kalimat atau teks yg lebih lengkap tsb. Pengabaian ini dilakukan supaya polemik bisa diangkat (dan memuaskan hasrat-hasrat tertentu).
Misal: Budi bilang ke Ani, "kamulah satu-satunya", dan Ani pun tersipu-sipu happy. Fenomena ini tidak aneh bila pemaknaan frasa "kamulah satu-satunya" menyertakan konteks yg lebih lengkapnya ("kamulah satu-satunya...yg ternyata mengerti aku...." - lagu Dewa19). Tapi, orang bisa memainkan frasa ini sehingga maknanya berbeda ("kamulah satu-satunya....yg ternyata membuat aku...muak" misalnya
).
Contoh lain: Seorang jerman dari abad 19 pernah menuliskan "God is dead". Terus saya pernah dengar teman saya bilang,"bego tuh orang. Masa Tuhan bisa mati?" Gubrak!
Demikian juga dengan sola scriptura. Bila kita amati kata-kata tsb, maka kita melihat bahwa kata-kata tsb tidak berhenti di situ. (Karena saya nggak paham bahasa latin, saya terjemahkan sola scriptura jadi "Alkitab satu-satunya" saja). Alkitab satu-satunya....apa? Alkitab satu-satunya buku yg ngawur? Alkitab satu-satunya buku yg tidak saya pahami? Atau, seperti yg terjadi dalam thread ini, Alkitab satu-satunya yg perlu dibaca, nggak perlu tafsiran, khotbah, pengalaman, tradisi, sejarah, dll, dll?
Oleh sebab itu, IMO, sola scriptura perlu di-trace dulu dan diungkap definisinya secara jelas supaya perbincangan/perdebatan mengenainya tepat sasaran.
Salam