Author Topic: Sola Scriptura lagi  (Read 89686 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #870 on: July 27, 2013, 12:04:31 AM »
Sampai sejauh ini, apa yang Budi simpulkan bahwa Husada dengan otoritas yang dimilikinya (menginterpretasi, mengartikan, menerjemahkan atas nats topik) ada benarnya. Sebab, dalam hal itu memang demikianlah pemahaman Husada atas Mat 28:20 itu. Dalam hal itu, Husada tidak memaksudkan untuk mengajar Budi tentang nats itu, melainkan untuk berbagi pengertian. Tidak tertutup kemungkinan, bahwa pengertian seperti yang saya berikan itu masih berbeda dari pengertian yang seharusnya, yaitu pengertian yang diajarkan oleh Jesus Kristus kepada murid perdanaNya.

Kalau Budi mengemukakan pengertian yang Budi peroleh atas nats tersebut, mungkin kita akan dapat mencari perbedaannya. Kalau sudah sama, tidak masalah. Tapi kalau berbeda, maka rujukan yang harus kita ambil ialah pengertian menurut pemegang otoritas mengajar. Mengapa? Karena kepada pemegang otoritas mengajar itulah diberikan oleh Jesus Kristus kompetensi mengajar seluruh apa yang diperintahkan oleh Jesus Kristus. Sepanjang Budi tidak mengemukakan pemahaman yang Budi tarik dari membaca nats tersebut, saya kira, tidak ada masalah.

Saya tertarik dengan frasa “pengertian yg seharusnya” (saya tebali). Di manakah pengertian yg seharusnya dari sebuah teks? IMO, jawabannya ada dua macam, tergantung pada “mode” dari teks yg dimaksud. (Kata “mode” bermakna seperti dalam kalimat “there are many different modes of transportation”)

Teks dng “mode” speech (lisan) → pengertian yg seharusnya dari sebuah ujaran berada di dalam kuasa/otoritas pembicara.
Teks dng “mode” writing (tulisan) → pengertian yg seharusnya dari sebuah kutipan berada di dalam kuasa/otoritas pembaca.

Dalam diskusi kita, teks yg dimaksud (Mat 28:20) merupakan teks dng “mode” tulisan. Oleh sebab itu, “pengertian yg seharusnya” hanya bisa di-infer oleh pembaca, bukan oleh pembicara (yaitu Tuhan Yesus). (Kita dapat menerima “pengertian yg seharusnya” dari Tuhan Yesus sendiri nanti, bukan sekarang)

Dengan demikian, kalimat bro husada yg saya tebali yg kedua merupakan hasil pembacaan bro husada. Artinya, segala norma/aturan yg didasari kalimat kesimpulan tsb (seperti ini misalnya:  “kalau berbeda, maka rujukan yang harus kita ambil ialah pengertian menurut pemegang otoritas mengajar”) merupakan norma/aturan yg bernilai sahih/logis dalam otoritas bro husada.

Tapi, saya tidak sedang mempermasalahkan benar/salah di sini ya bro. Saya hanya ingin menunjukan bagaimana saya bisa berpendapat bahwa it is only natural that the individual reader holds the highest authority upon the meaning of a written text.

Quote
Tidak. Saya tidak mengatakan bahwa apa yang saya sampikan itu saya dapat dari Ajaran Gereja, karena seingat saya, Gereja tidak mengajar saya khusus mengenai nats itu. Tetapi, jika diartikan bahwa saya menarik simpulan seperti itu atas nats itu berlandaskan kepada seluruh ajaran Gereja yang saya terima, MUNGKIN. Jadi, sampainya saya pada pemaknaan seperti itu, tentu karena berlandaskan pada seluruh Ajaran Gereja yang saya terima, meskipun tidak khusus membahas nats tersebut.

Ow, apa yg saya bilang itu cuma permisalan saja, kok bro. Makanya saya pakai kata “Katakanlah,....”.

Nggak masalah buat saya dari mana bro Husada “mendapat” inspirasinya. Sama sekali nggak masalah. :deal:

Quote
Untuk ini, ingin saya beri komentar, Ajaran Gereja yang saya terima sepanjang ini, belum bertentangan dengan apa yang saya simpulkan. Seandainya, sekali lagi seandainya, Ajaran Gereja menyampaikan bahwa pemaknaan nats itu bukan seperti yang saya maknai itu, maka pemaknaan saya harus diafiliasikan ke pemaknaan Gereja, sebab, yang mendapat otoritas mengajar adalah Gereja. Dalam hal itu, bila saya tidak dapat mengafiliasi pemaknaan saya sesuai ke pemaknaan oleh Gereja, maka saya yang harus memisahkan diri dari Gereja. Sebab, Gereja yang diberi kompetensi dan otoritas mengajar oleh Jesus Kristus, tetapi saya membentuk pemaknaan sesuai pemahaman saya, itu artinya bahwa saya tidak menerima Ajaran Gereja, lebih lanjut, saya di luar Gereja.

Ok, catatan diterima. Dan, saya sangat menghargainya. Terus terang, saya pribadi lebih menghargai sharing yg begini. Sebuah sharing yg personal-original (ketimbang “institusional”), yg jujur, yg terbuka. Saya tipe orang yg lebih mendapatkan pelajaran dari sharing-sharing semacam ini.

Mengajar itu, IMO, harusnya ya seperti yg bro husada lakukan ini, sharing. Murid akan lebih mudah menangkap nilai2 dari pelajarannya. Tapi, sayangnya, dunia akademis lebih menghargai yg “impersonal”, “institusional”. “Supaya obyektif,” katanya. Alhasil, semakin banyak murid yang merasa “asing” dng pelajaran2 di sekolah. Huh!

Aduh, kok malah curhat... (curhat colongan seorang guru, bro  :swt:)

Quote
Dan saya tidak berharap agar Budi menerima itu karena otoritas Husada. Sebelum kitas bicarakan nats tersebut, saya yakin bahwa Budi (atau siapa saja) yang membaca nats itu, akan memiliki pemahaman sendiri berdasarkan otoritasnya, yaitu sejauh yang mampu dipikirkannya. Bila ternyata pemahaman Budi terhadap nats itu sudah mempunyai substansi yang sama dengan yang saya sampaikan, saya kira, dalam hal seperti itu, Budi bukan menerimanya karena otoritas Husada, melainkan karena otoritas Budi.

Oh, betul sekali! Tentu bukan karena otoritas bro husada. Kalo saya menerima interpretasi bro husada atas nats tsb, maka itu adalah karena saya sepenuhnya meng-exercise otoritas saya sbg pembaca nats tsb.

Jadi, peran interpretasi bro husada yg disharekan ke saya tsb adalah sebagai opsi saja. Sepanjang hidup saya, saya bisa saja mendapatkan opsi-opsi interpretasi dari sumber2 lain. Di antara opsi-opsi tsb, mungkin nantinya saya akan melakukan suatu pemilihan. Di saat itu, saya akan berkata semacam, “Mat 20:28 itu artinya begini yg benar...” dan dalam event pemilihan tsb, sayalah yg menjadi pemegang otoritas tertinggi.

Quote
Saya kira bukan kamuflase. Saya menyampaikan demikian itu, seperti saya katakan di atas, adalah dari simpulan saya berlandaskan kumpulan Ajaran Gereja yang saya terima selama ini, meskipun saya belum pernah menerima Ajaran Gereja yang khusus membahas nats itu. Budi, sebagai partner diskusi, kita bebas dan merdeka kalau mau menerima tau menolak penjelasan pasangan diskusi. Tetapi, untuk lebih bermanfaat, ada baiknya, kalau Budi tidak sependapat, disampaikan dalam hal apa ketidaksepakatan itu.

Oh, kata “kamuflase” di situ maksudnya kamuflase sebagai fenomena linguistik (grammar) saja, kok bro. Bukan kamuflase yg gimanaa gitu... :swt:

(Contoh kamuflase dalam grammar:
A. “Bulan depan harga bensin naik”
B. “Pemerintah naikan harga bensin bulan depan”
Realita yg direpresentasikan oleh kalimat A dan B sama. Bedanya, penulis kalimat A meng-kamuflase-kan elemen Aktor (pemerintah) dengan memanfaatkan grammar kalimat pasif (atau medio-pasif/middle voice), sementara penulis kalimat B mengedepankan elemen Aktor (pemerintah) dng memanfaatkan grammar kalimat aktif dan menempatkan elemen Aktor sebagai tema kalimat.)

Jadi, saya tidak sedang mempermasalahkan interpretasi bro husada atas nats Mat 20:28 itu. :swt:


-Nyambung dibawah-
 

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #871 on: July 27, 2013, 12:06:05 AM »
- sambungan dari post di atas -

Quote
Dengan paragraf ini, dikaitkan dengan judul trit, saya menyimpulkan bahwa Budi juga sudah menemukan bahwa Sola Scriptura tidak mungkin menghidupkan dinamika Gereja.

“Dinamika gereja” itu apa? Dan, seperti biasa, Sola Scriptura yang mana? :D

Quote
Namun, rasanya perlu menyampaikan lagi, bahwa saya tidak bermaksud beretorika menyampaikan yang begitu. Saya hanya menyampaikan pemahaman saya. Kita bebas merdeka untuk menerima karena memang sependapat meskipun beda redaksional, atau menolak karena secara substansial bertentangan dengan pengertian, ato interpretasi, ato penjelasan yang telah kita peroleh sebelumnya.

Aduh, saya kok menangkap bahwa seolah-olah retorika adalah sesuatu yg jelek yah? Apakah saya telah mengimplikasikannya demikian? Mudah-mudahan tidak.

Beretorika itu nggak apa-apa kok bro.



Salam

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #872 on: July 27, 2013, 07:16:42 AM »
Wkwkwkwkwkwk, kalo pendetanya sendiri gak yakin yang diajarkannya benar. Kasihan amat nekad percaya ocehan 'beliau' itu? Apa gak makin aneh aja nih aliran?

Weleh weleh weleh.

betul nih..
Back to TOPIC!

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #873 on: July 27, 2013, 07:18:43 AM »
Didalam Protestan semua orang percaya adalah penyandang imamat yang rajani berarti tidak ada hierarchi bertingkat tingkat seperti digereja anda,melainkan hanya berbeda fungsinya saja.

Jadi mendiskusikan kebenaran Alkitab antara Pendeta dan jemaat adalah rutin didalam gereja Protestan,dan siapapun boleh menyatakan kesalahan Pendeta kalau memang ajarannya tidak sesuai Alkitab.

Malah Pendeta saya mengatakan kalau apa yang saya katakan tidak sesuai Alkitab jangan didengarkan.

Tidak ada monopoli penafsiran Alkitab seperti di gereja anda sehingga jemaat hanya membeo saja tidak boleh menafsir berbeda, karena didalam Protestan semua orang percaya  boleh menafsirkan Alkitab karena ada Roh Kudus didalam dirinya yang mencerahkan hati dan pikirannya.

osas..

kalau Pendeta lulusan S3 theologi adu kebolehan sama tamatan SD, kira-kira yg lebih didengar yg mana ?
Back to TOPIC!

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #874 on: July 27, 2013, 09:41:56 AM »
Akan dijawab seperti ini: tergantung si Pendeta aliran apa. Kalo aliran lain, pasti lebih percaya yang aliran sendiri walau cuma lulusan SD. Jangan lupa, bahkan tulisan para bapa Gereja awal pun mereka sangkal.

Parah kan?

Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #875 on: July 27, 2013, 10:27:22 AM »
sebagai kesimpulan
pada ahirnya kata SOLA jangan dibaca sebagai HANYA
tapi bacalah sebagai " SALAH SATUNYA ADALAH "


Tuhan Yesus memberkati


Han
Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #876 on: July 27, 2013, 10:51:05 AM »

Membaca post om Han di atas saya jadi teringat sebuah sumber yg mengatakan bahwa istilah "Sola scriptura" muncul sebagai salah satu dari lima solae: Sola Scriptura, Sola Fide, Sola Gratia, Sola Christo, Soli Deo Gloria. Lima solae ini adalah teks lengkap di mana sola scriptura adalah salah satu elemennya.

Kalau "sola" di tiap-tiap istilah sola itu diartikan "hanya" atau "satu-satunya", maka pemaknaan secara harfiah akan jadi aneh mengingat ada lima solae (berarti bukan satu-satunya).

Jadi, kalau ada pembaca (baik pendebat atau pendukung) istilah "sola scriptura" yg tidak memperhatikan totalitas teks lima solae tsb, maka Dan, perdebatan yg muncul dari pemaknaan macam ini menjadi bukan perdebatan ttg Sola Scriptura, melainkan ttg makna literal dari kata "sola".

Contoh dari kasus lain (yg pernah diangkat bro Shakes): Motto national negara Perancis "Liberty, Egality, Fraternity". Orang bisa mempolemikan kata "liberty" dng cara melawankannya dng "egality". Orang tsb mengabaikan totalitas teks "Liberty, Egality, Fraternity".

Bahkan, motto "Bhineka Tunggal Ika" juga bisa dibuat berantakan (yg berantakan bukan teksnya, tapi pembacaannya).


Lesson: kalau mau mendukung atau mendebat, mbok ya diperhatikan totalitas teksnya dulu...



Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #877 on: July 27, 2013, 11:10:58 AM »
Membaca post om Han di atas saya jadi teringat sebuah sumber yg mengatakan bahwa istilah "Sola scriptura" muncul sebagai salah satu dari lima solae: Sola Scriptura, Sola Fide, Sola Gratia, Sola Christo, Soli Deo Gloria. Lima solae ini adalah teks lengkap di mana sola scriptura adalah salah satu elemennya.

Kalau "sola" di tiap-tiap istilah sola itu diartikan "hanya" atau "satu-satunya", maka pemaknaan secara harfiah akan jadi aneh mengingat ada lima solae (berarti bukan satu-satunya).

Jadi, kalau ada pembaca (baik pendebat atau pendukung) istilah "sola scriptura" yg tidak memperhatikan totalitas teks lima solae tsb, maka Dan, perdebatan yg muncul dari pemaknaan macam ini menjadi bukan perdebatan ttg Sola Scriptura, melainkan ttg makna literal dari kata "sola".

Contoh dari kasus lain (yg pernah diangkat bro Shakes): Motto national negara Perancis "Liberty, Egality, Fraternity". Orang bisa mempolemikan kata "liberty" dng cara melawankannya dng "egality". Orang tsb mengabaikan totalitas teks "Liberty, Egality, Fraternity".

Bahkan, motto "Bhineka Tunggal Ika" juga bisa dibuat berantakan (yg berantakan bukan teksnya, tapi pembacaannya).


Lesson: kalau mau mendukung atau mendebat, mbok ya diperhatikan totalitas teksnya dulu...

jadi sebenarnya Sola Scriptura engga boleh di lepas dari sola solaan lainnya ya ??
mirip sila kesatu pancasilaketuhannan yang maha esa, tidak esa esa amat kalo di gabung sama sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab
sehingga agama hindu yang banyak dewa juga ngga masalah bagi pancasila


Tuhan yesu memberkati


Han
Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #878 on: July 27, 2013, 11:19:41 AM »
Damai bagimu Budi.

Enak bertukar pikir dengan Budi. Saya komentari yang menarik hati saja, ya? Kalau semuanya, menjadi panjaaangng...  :grining:
Saya tertarik dengan frasa “pengertian yg seharusnya” (saya tebali). Di manakah pengertian yg seharusnya dari sebuah teks? IMO, jawabannya ada dua macam, tergantung pada “mode” dari teks yg dimaksud. (Kata “mode” bermakna seperti dalam kalimat “there are many different modes of transportation”)

Teks dng “mode” speech (lisan) → pengertian yg seharusnya dari sebuah ujaran berada di dalam kuasa/otoritas pembicara.
Teks dng “mode” writing (tulisan) → pengertian yg seharusnya dari sebuah kutipan berada di dalam kuasa/otoritas pembaca.

Dalam diskusi kita, teks yg dimaksud (Mat 28:20) merupakan teks dng “mode” tulisan. Oleh sebab itu, “pengertian yg seharusnya” hanya bisa di-infer oleh pembaca, bukan oleh pembicara (yaitu Tuhan Yesus). (Kita dapat menerima “pengertian yg seharusnya” dari Tuhan Yesus sendiri nanti, bukan sekarang)

Dengan demikian, kalimat bro husada yg saya tebali yg kedua merupakan hasil pembacaan bro husada. Artinya, segala norma/aturan yg didasari kalimat kesimpulan tsb (seperti ini misalnya:  “kalau berbeda, maka rujukan yang harus kita ambil ialah pengertian menurut pemegang otoritas mengajar”) merupakan norma/aturan yg bernilai sahih/logis dalam otoritas bro husada.

Tapi, saya tidak sedang mempermasalahkan benar/salah di sini ya bro. Saya hanya ingin menunjukan bagaimana saya bisa berpendapat bahwa it is only natural that the individual reader holds the highest authority upon the meaning of a written text.
Tentang dimana pengertian yg seharusnya dari sebuah teks, menurut saya, dengan mengacu ke Mat 28:20 itu, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman ialah pada pihak yang mendapat perintah untuk mengajar itu. Tuhan Jesus Kristus menjamin segala sesuatu yang diperintahkan Jesus Kristus diajarkan kepada manusia melalui pendengar perintah itu, adalah benar. Mengapa? Karena penyertaan Tuhan Jesus sampai kepada akhir zaman. Selaku pengikut Kristus, saya kira, masing-masing orang akan percaya pada Kristus yang tidak pernah berbohong itu. Dan pada Mat 28:20 itu, Tuhan Jesus Kristus menyatakan bahwa Dia senantiasa menyertai penerima perintah mengajar itu sampai kepada akhir zaman.

Jadi, kalau pembaca membaca Mat 28:20 itu, dan di pemahamannya tersimpul suatu pemaknaan, maka untuk mengkonfirmasi tingkat kebenaran pemahamannya itu, ya dikonfirmasikan kepada penerima otoritas mengajar yang senantiasa disertai Jesus Kristus itu. Itu pemaknaan saya dalam hal mencari nilai kebenaran atas Mat 28:20 itu. Mungkin Budi memaknainya berbeda dari itu, yahh... kita orang-orang merdeka.
Quote
“Dinamika gereja” itu apa?
Kalo pertanyaan Budi seperti ini, saya kira, selaku orang yang menggeluti linguistik, Budi jauh lebih piawai dan kompeten daripada saya. Di situ yang saya maksudkan dengan dinamika Gereja ialah segala sesuatu yang dialami dan terjadi dalam Gereja (Gereja yang saya maksud bukan terbatas hanya gedung).
Quote
Dan, seperti biasa, Sola Scriptura yang mana? :D
Sola Scriptura yang saya maksud, masih dari segi alih bahasa Sola Scriptura itu sendiri, yaitu hanya Alkitab, Alkitab saja, Alkitab semata dan mungkin masih ada alih bahasa lainnya yang searti dengan itu.

Dengan pembahasan oleh Budi mengenai otoritas di atas, saya menyimpulkan bahwa kita sependapat, mengartikan bahwa hidup dan kehidupan Gereja tidak mungkin hanya berdasar Scriptura (Alkitab) semata. Sebab, ternyata, yang mendorong budi masih tetap sebagai Kristen (sesuai denominasi yang Budi cantumkan di pengenal pada forum ini) bukan Alkitab semata, melainkan sedikitnya ditambah oleh interpretasi Budi sesuai dengan otoritas Budi. Begitu, kan? Atau saya salah menarik kesimpulan tentang Sola Scriptura dan pemahaman Budi atas hidup dan kehidupan Gereja?

Quote
Aduh, saya kok menangkap bahwa seolah-olah retorika adalah sesuatu yg jelek yah? Apakah saya telah mengimplikasikannya demikian? Mudah-mudahan tidak.
Saya tidak tahu pasti apa latar pikir Budi menuliskan retorika di posting-an Budi. Yang pasti, asosiasi di benak saya, dengan membaca retorika, saya artikan mengandung sesuatu yang tidak obyektif, yaitu mungkin menilai kelewat bagus, lebih bagus dari yang sebenarnya. Saya mengartikan demikian terbawa dari, celetukan orang-orang ketika mendengar pidato yang 'sangat bagus' dan bilang, "Huh, retorika."

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #879 on: July 27, 2013, 12:14:25 PM »
Ini nih yang paling SOLA ...
.
.
.
.
.

SOLA Tuhan :D

 :dance:
salam

Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #880 on: July 27, 2013, 01:01:34 PM »
Ini nih yang paling SOLA ...
.
.
.
.
.

SOLA Tuhan :D


asal jangan keterusaan , entar sosok ghaib juga di bilang Tuhan

Tuhan Yesus memberkati

han

 BTW
Tumben toh ,, Quotenya pendek amat  ???
boleh donk di suudzoni kejar bro soli  !!!

Tuhan Yesus memberkati

Han
« Last Edit: July 27, 2013, 01:04:11 PM by hanhalim2 »
Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #881 on: July 27, 2013, 02:51:38 PM »
boleh donk di suudzoni kejar bro soli  !!!
:'o  :drool: enak aja! ... gak boleh akh...  :giggle: :lol: :D

Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #882 on: July 27, 2013, 04:52:30 PM »
:'o  :drool: enak aja! ... gak boleh akh...  :giggle: :lol: :D
Lho kan nif oda sendiri bilang kalo nif  engga sedag kejar top poster karena nif oda postingnya panjang,
nah karena  kali ini postingnya pendek tentunya .....................................punya target kan  ??
dan target terdekat adalah bro soli

Tuhan Yesus memberkati

Han
Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #883 on: July 27, 2013, 05:18:40 PM »
Damai bagimu Budi.

Enak bertukar pikir dengan Budi. Saya komentari yang menarik hati saja, ya? Kalau semuanya, menjadi panjaaangng...  :grining:
Eh, Budi, ternyata materi diskusi kita tentang Mat 28:20 itu digubris juga di http://forumimankristen.com/index.php/topic,477.0.html. Kalo punya waktu, untuk menambah-nambah 'kepuyengan', menurut saya, bagus juga dibaca trit itu. Judulnya Alkitab atau Gereja?

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline budi

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 488
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kristen
Re: Sola Scriptura lagi
« Reply #884 on: July 27, 2013, 07:14:35 PM »
Tentang dimana pengertian yg seharusnya dari sebuah teks, menurut saya, dengan mengacu ke Mat 28:20 itu, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman ialah pada pihak yang mendapat perintah untuk mengajar itu. Tuhan Jesus Kristus menjamin segala sesuatu yang diperintahkan Jesus Kristus diajarkan kepada manusia melalui pendengar perintah itu, adalah benar. Mengapa? Karena penyertaan Tuhan Jesus sampai kepada akhir zaman. Selaku pengikut Kristus, saya kira, masing-masing orang akan percaya pada Kristus yang tidak pernah berbohong itu. Dan pada Mat 28:20 itu, Tuhan Jesus Kristus menyatakan bahwa Dia senantiasa menyertai penerima perintah mengajar itu sampai kepada akhir zaman.

Jadi, kalau pembaca membaca Mat 28:20 itu, dan di pemahamannya tersimpul suatu pemaknaan, maka untuk mengkonfirmasi tingkat kebenaran pemahamannya itu, ya dikonfirmasikan kepada penerima otoritas mengajar yang senantiasa disertai Jesus Kristus itu. Itu pemaknaan saya dalam hal mencari nilai kebenaran atas Mat 28:20 itu. Mungkin Budi memaknainya berbeda dari itu, yahh... kita orang-orang merdeka

Totally make sense! Bila saya membaca nats tsb dng kerangka interpretasi bro husada, maka norma/aturan yg br husada katakan di atas masuk akal bagi saya.

(note: sejauh ini saya belum menemukan interpretasi lain dari nats ini. Ya, cuma interpretasi bro husada saja opsinya. :D)

Quote
Kalo pertanyaan Budi seperti ini, saya kira, selaku orang yang menggeluti linguistik, Budi jauh lebih piawai dan kompeten daripada saya. Di situ yang saya maksudkan dengan dinamika Gereja ialah segala sesuatu yang dialami dan terjadi dalam Gereja (Gereja yang saya maksud bukan terbatas hanya gedung).

Sola Scriptura yang saya maksud, masih dari segi alih bahasa Sola Scriptura itu sendiri, yaitu hanya Alkitab, Alkitab saja, Alkitab semata dan mungkin masih ada alih bahasa lainnya yang searti dengan itu.

O begitu. Kalo gitu, ya IMO Sola Scriptura tidak membuat gereja jadi dinamis atau tidak dinamis. Hehehe... :D. Karena kalau diartikan secara alih bahasa saja, sola scriptura ya artinya "hanya Alkitab". Saya nggak bisa melihat kata-kata "hanya Alkitab" memberikan efek apapun.


Tapi, kalo sola scriptura yg dimaksud adalah sebuah jargon yg muncul dalam sejarah, yg memberikan ringkasan atas perbedaan-perbedaan antara agama katholik roma dan agama protestan, ya saya lihat ia membuat gereja protestan itu sangat dinamis. Oleh karena, sola scriptura maka ada banyak interpretasi yang akhirnya melahirkan banyak aliran-aliran agama protestan.

(note: saya hanya menyoroti dinamika seperti yg bro husada definisikan ya. Saya tidak sedang bilang bahwa yg dinamis itu benar, yg tidak dinamis itu salah. Saya perlu menyampaikan note ini karena saya sadar bahwa, somehow, "dinamis" sering diasosiasikan dng "benar, dan "tidak dinamis" dengan "salah". Saya nggak ikut-ikut pengasosiasian macam itu)

Quote
Dengan pembahasan oleh Budi mengenai otoritas di atas, saya menyimpulkan bahwa kita sependapat, mengartikan bahwa hidup dan kehidupan Gereja tidak mungkin hanya berdasar Scriptura (Alkitab) semata. Sebab, ternyata, yang mendorong budi masih tetap sebagai Kristen (sesuai denominasi yang Budi cantumkan di pengenal pada forum ini) bukan Alkitab semata, melainkan sedikitnya ditambah oleh interpretasi Budi sesuai dengan otoritas Budi. Begitu, kan? Atau saya salah menarik kesimpulan tentang Sola Scriptura dan pemahaman Budi atas hidup dan kehidupan Gereja?

Hmm.."kehidupan gereja" itu apa yah? Kalau arti 'gereja' di situ adalah institusi agama, maka saya tidak bisa berkata apa-apa. Lha wong saya bukan anggota gereja. IMO, sebagai sebuah institusi, ya jelas gereja butuh hal-hal lain selain Alkitab. Ia butuh semacam aturan dasar rumah tangga. Ia butuh struktur organisasi, dll.

Tapi, apakah berarti sola scriptura itu nggak bisa dijadikan jalan hidup suatu gereja? Ya, kalo saya melihat gereja protestan kayaknya bisa-bisa aja tuh. Di sini juga ada bro Djo, bro Shakes, bro Soli, bro OSAS (yg saya tahu adalah beragama protestan) dan sepertinya mereka baik-baik saja dengan sola scriptura.

Kalo orang dari gereja katholik tidak cocok dng sola scriptura-nya orang protestan, ya menurut saja wajar saja, namanya juga bukan orang protestan, kan? Yang aneh adalah kalau ada orang protestan yang tidak cocok dng sola scriptura, atau orang katholik tidak cocok dengan Tradisi Suci dan Magisterium. Itu baru aneh. Tapi, nggak ada yg gitu, kan? (cmiiw)


Salam