orang beriman pasti berbuah.. sama seperti pohon yang subur pasti berbuah... kalau mengatakan pohon apel saya sangat subur dan sehat, tapi nyatanya ga pernah berbuah itu artinya pengakuan palsu.
Lalu apakah ayat yg bilang :
"kalo cabangnya nggak berbuah maka akan dipotong" - apakah maksudnya ngerujuk sso yang tidak mempunyai Iman
sejak semulanya ataupun beriman palsu ?
a man di justified by his faith.. tepat sekali..! faith yang bagaimana? yang murni atau cuma faith tanpa perbuatan alias faith mati. faith mati sama saja no faith.
hihihi... bingung juga nih saya ... gimana cara menjelaskan pengertian saya yaa ?
Kok kenapa kalo bagi odading, Faith yg mati tidak= No Faith ya ?
.
iman itu bukan konstanta yang tetap dan statis.. iman itu bisa tumbuh, menyusut, hilang, atau muncul..
Justru karena bold itulah ... bagaimana standard kita utk menetapkan sso tidak berIMAN ? apakah dikarenakan kita nggak melihat perbuatan2nya yg menunjukan Faith yang hidup ? Dan dikala kita nggak melihat perbuatan2nya yg menunjukan Faith yang hidup ---> ini = Faith yg mati ---> dengan begitu No Faith ?
Saya mengertikannya : Faith yang mati = Faith yg useless - namun tidak sertamerta artinya = No Faith.
IMO, No Faith = murtad ---> hengkang dari Allah.
Sebagai ilustrasi, mr.X kaya raya - berIMAN kepada Allah Yesus - setidaknya dia tau apa itu ajaran Kasih ... dia tau dan percaya itu benar --- namun dikala ada pengemis minta sedekah dia SELALU tolak ... maka kita sebagai orang luar, sebagai penilai, menyatakan Faith mr.X itu useless dari setiap kali kita melihat mr.X menolak pengemis - namun kita tidak bisa sertamerta menyatakan mr.X has no Faith ataupun Faith palsu.
Apakah Allah akan justified Iman mr.X karena selalu menolak pengemis dari seperti apa yg kita ketahui tsb ?
odading Nggak Tau
... mungkin aja Allah masih justified, mungkin juga Allah tidak justified. Cuma Allah yang paling tau individu si mr.X tsb.
Apakah onde tau ?
.
“Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.” (2 Pet 2:20-22)
Nggak tau juga yah... kenapa yah sekalipun sudah saya baca berkalikali ayat diatas ... benak saya nggak bisa jadi berpendapat bhw "mereka" di ayat tsb = has no Faith, ya ?
.
Dari yang saya merahin, saya mengertikannya kira2 sbb :
"mendingan orang2 yg gak punya faith, ketimbang kamu yg punya faith namun terus berkubang didalam kecemaran".
rasul Paulus yang juga jelas orang yang faithfull pun mengajarkan demikian:
“Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27)
Kayaknya saya nyerah onde...
.
Saya masih belon juga ngeliat bhw sso yang berIMAN otomatis perbuatan2nya beres ...
.
Dari ayat diatas saya mengertikannya :
sekalipun sso berIMAN dgn benar (justified by God) --- masih tetep terbuka kemungkinannya dia tidak melatih atopun tidak bisa melatih tubuhnya dan menguasainya ---- oleh karena itu Paulus ngajarin demikian.
jadi, semakin full timer yang beriman itu tidak melakukan kebaikan perintah Tuhan, maka artinya semakin kecilah nilai imannya.. dan lebih parah jika yang terjadi demikian.. si full timer semakin kuat dan lantang bicara iman, orang ini semakin menggebu2 dalam pengakuan dan emosional, namun ironis, kelakuan orang ini justru semakin menjauh dari perintah Tuhan. maka jelas ia adalah berlaku seperti farisi dan ahli taurat.. jenis iman seperti ini adalah jenis iman palsu
semua kalimat pada quote onde - kecuali yang di bold dan yang saya coret - saya sependapat
.
Tapi sungguh loh... benak/hati saya kok masih nggak bisabisa juga mempunyai pendapat bold yah ? Paling jauh saya cuma bisa berpendapat Iman yg useless
.
Karena (imo yaaa....) diketika statement coklat diatas sudah= iman palsu ---> lalu apakah meng-"kotbah"-in orang ini sertamerta jadi stop ?
Di benak odading, kalo saya sudah berpendapat
"hmmm ... ni orang berIman palsu" dan ceritanya saya juga seorang Kristen yg berteman dgn dia - maka sudah tidak perlu lagi saya mengingati dia ataupun menasehati dia atopun "berkotbah" dengan mengajukan ayat2
.
Suppose onde berteman dgn org tsb (katakanlah mr. Z) dan onde juga sudah berpendapat
"temen gue ni si mr.Z berIman palsu" --- apakah onde masih memberi nasehat2 atopun "kotbah" ke mr.Z ?
Kalo jawabannya YA masih memberi nasehat2 --- maka saya ambil 2 kesimpulan :
A. onde sendiri tidak yakin apakah mr.Z sebenar-benarnya beriman palsu
B. onde sedang "ngumpulin pahala" buat dirsen ... melakukan pekerjaan yang onde sendiri sadarin adalah siasia ... namun karena disuruh ayat, onde melakukannya.
C. Please CMIIW apabila point A dan B nihil - dan onde mempunyai alasan lain
.
Kalo jawabannya TIDAK, onde tidak lagi perlu menasehati mr.Z ---> saya akui, onde konsisten ... hehehe
.
pengertian ond32lumut: be fruit adalah cara berimannya orang kristen.
be fruit adalah perjuangan menggapai iman sejati atau sempurna.
jadi justru orang kristen itu dituntut untuk be fruit.. bukan hanya meyakin2kan diri terhadap aspek kebesaran Yesus saja.. meyakin2kan diri itu hanyalah kristen beginer, yang memang belum percaya kebesaran Yesus... yang sudah dewasa, menginjak ke level iman berikutnya.. yaitu iman yang hidup!
sependapat
.
salam.