Author Topic: Renungan Harian Online  (Read 1083 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Renungan Harian Online
« on: July 17, 2013, 07:17:58 AM »
Quote
http://renungan-harian-online.blogspot.com/2013/07

 Tuesday, July 16, 2013
Membekali Anak
webmaster | 8:00 AM |
Ayat bacaan: Amsal 1:10
=====================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

Sangatlah memprihatinkan melihat bagaimana anak-anak yang terlibat dalam geng motor terus mengganggu kedamaian di banyak kota. Bukan saja mereka merampas motor, merampok atau memukuli orang tanpa alasan apapun, mereka bisa bertindak lebih sadis seperti memperkosa bahkan membunuh dengan menggunakan benda-benda tajam termasuk golok dan samurai. Untungnya sekarang polisi sudah lebih 'berani' menangkap dan menindak mereka. Belum lama kita melihat ada anggota geng motor yang memeluk ketua komnas perlindungan anak dan menangis di pundaknya. Mereka bisa bertindak diluar batas sebagai anggota geng, tetapi ternyata mereka adalah anak-anak yang masih punya rasa takut juga dan bisa menangis ketika sudah berhadapan dengan penyesalan. Kejam di jalan karena merasa hebat sebagai anggota kelompok berandalan, tapi menangis seperti anak kecil ketika sudah tertangkap. Penyesalan sering datang terlambat. Bisa dibayangkan masa depan anak-anak ini sudah berantakan, kalaupun masih bisa diperbaiki tentu akan banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Kalau kita telusuri, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga broken home atau dari orang tua yang tidak mampu mendidik anaknya. Mereka adalah produk dari orang tua yang tidak peduli kepada perkembangan jiwa si anak, tidak memperhatikan dengan siapa anak mereka bergaul atau memanjakan anak tidak pada tempatnya. Kalau salah tidak ditegur, tetapi malah dibela. Adakah orang tua yang seperti itu? Tentu saja ada. Saya sudah melihat banyak contoh akan sikap keliru dari orang tua seperti ini.  Jika latar belakang mereka seperti itu, tidaklah mengherankan apabila ketika remaja anak-anak ini akan 'naik kelas' dalam melakukan kejahatan yang terus meningkat dalam skala yang lebih besar lagi. Disaat seperti itu, orang tua tidak lagi berani menegur dan tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Jika melihat bahwa ada banyak diantara mereka yang brutal ternyata masih dibawah umur, kita bisa menduga bahwa perekrutan anggota geng sudah dimulai sejak masa sekolah dasar dan akan menjadi lebih intens pada tingkat sekolah menengah pertama. Itu artinya, anak-anak berusia 12-15 tahun sudah bisa melakukan tindakan kejam yang membahayakan orang lain. Ini adalah sebuah masalah sosial yang seharusnya bisa dihindarkan apabila anak-anak ini mendapatkan pelajaran moral dari orang tuanya sejak usia dini. Ingatlah bahwa semua anak-anak lahir dari kondisi yang sama. Apa yang membedakan adalah apakah orang tuanya mau mendidik atau hanya memanjakan atau membiarkan anak tumbuh tanpa dibina. Dari pengamatan saya, hal ini tidaklah tergantung dari apakah mereka lahir di keluarga miskin atau kaya, yang berpendidikan tinggi atau tidak, karena saya sudah bertemu dengan banyak orang tua yang hidup dalam kemiskinan dan tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi tetap mampu mendidik moral dan mental anaknya hingga bisa lebih berhasil dari mereka.

Seperti yang saya sampaikan dalam beberapa renungan terakhir, orang tua punya peran besar terhadap keberhasilan anaknya. Anak akan terbentuk sesuai dengan bagaimana orang tua mendidik mereka dan bagaimana keteladanan yang mereka peroleh dari orang tua mereka. Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa keberhasilan anak-anak di masa depan sangatlah tergantung dari orang tua yang punya peran bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya ke sasaran yang benar. (Mazmur 127:3). Orang tua yang mampu mengarahkan anak panahnya dengan benar akan berbahagia dan tidak akan mendapat malu (ay 4), dan bagi sang anak, pendidikan menurut jalan yang benar akan membuat masa tuanya tidak akan menyimpang dari jalan itu (Amsal 22:6). Terjebak geng motor bukanlah satu-satunya ancaman karena meski mereka bukan anggota geng berandalan yang biadab, mereka masih bisa terjerumus ke dalam jurang kehancuran lewat perilaku-perilaku lainnya seperti obat terlarang, seks bebas, aborsi, terbiasa menipu orang, korupsi dan lain-lain. Itu semua biasanya timbul dari pergaulan yang salah yang tidak diperhatikan oleh orang tuanya, dengan kata lain, dari anak-anak yang tidak memperoleh pengajaran dan perhatian cukup dari orang tuanya.

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #1 on: July 17, 2013, 07:19:40 AM »
Quote
Fungsi pengawasan dari orang tua terhadap anak-anaknya tentu penting. Tapi ingatlah bahwa tidak kalah pentingnya untuk membekali anak-anak dengan persiapan spiritual yang baik sejak di usia dini. Dalam salah satu bagian awal di kitab Amsal, Salomo berkata "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut" (Amsal 1:10). Apa yang ia katakan menunjukkan bahwa pengaruh buruk yang dicoba tanamkan kepada anak-anak oleh orang-orang jahat ternyata bukan hal baru melainkan sudah terjadi sejak masa hidup Salomo. "jikalau mereka berkata: "Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak semena-mena; biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur; kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan; buanglah undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian.." (ay 11-14). Perhatikanlah ayat ini. Tidakkah anda masih menyaksikan bentuk kekerasan dan kejahatan yang sama dari kelompok-kelompok berandalan hari ini? Ternyata setelah ribuan tahun manusia tidak juga berubah menjadi lebih baik. Salomo sepertinya tahu akan hal itu, maka ia memberikan pesan kepada para generasi muda setelahnya termasuk buat kita saat ini: "Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka, karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah." (ay 15-16).

Adalah sangat penting bagi para orang tua untuk secara kontinu menanamkan Firman Tuhan kepada anak-anaknya. Alkitab bahkan menyebutkan bahwa itu harus dilakukan sering-sering atau berulang-ulang. "haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:7). Ini artinya ada sebuah proses perulangan yang kontinu yang harus kita lakukan untuk membimbing dan membekali anak-anak kita agar mereka bisa membedakan mana yang benar dan salah dalam hidup mereka. Tanpa kemampuan membedakan, mereka akan sangat mudah diracuni lewat ajakan-ajakan sesat yang bisa membahayakan hidup orang lain dan hidup mereka sendiri. Sebaliknya jika kita mau mendidik mereka lewat sebuah proses yang berkelanjutan, mereka akan mampu memilah-milah mana yang baik dan jahat dan dengan sendirinya mereka bisa terhindar dari berbagai jebakan yang membinasakan.

Membekali anak dengan Firman Tuhan merupakan kewajiban kita sebagai orang tua, sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Jika bagi kita seperti itu, tentunya bagi anak-anak kita pun sama.  Selanjutnya kita bisa melihat apa kata Pemazmur tentang Firman Tuhan lewat ayat yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi bagi kita. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." Firman Tuhan itu pelita dan terang bagi kita para orang tua dan anak-anak kita. Jika anda berjalan di tengah kegelapan, sebuah sinar dari senter tentu akan sangat membantu agar anda bisa selamat sampai ke tujuan bukan? Seperti itulah juga Firman Tuhan yang akan mampu menuntun dan menerangi anak-anak kita agar mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang benar dan salah, mana yang mengarah kepada keselamatan dan kebinasaan ,mana yang akan mendatangkan berkat atau kutuk.

Kita perlu mempersiapkan mereka untuk hidup di dunia yang keras dan penuh dengan segala penyesatan ini, dan itu harus dilakukan dengan cara membekali mereka dengan Firman Tuhan. Jika kepada kita yang dewasa sudah diingatkan bahwa dosa selalu mengintip di depan pintu untuk masuk menghancurkan kita apabila kita tidak berbuat baik (Kejadian 4:7), hal yang sama sebenarnya berlaku juga bagi anak-anak kita yang masih kecil atau belia. Oleh karenanya, sebagai orang tua persiapkanlah anak-anak anda sejak dini lewat Firman Tuhan. Ajarkan terus berulang-ulang agar mereka terbiasa hidup dengan mendengar dan mengetahui ketetapan-ketetapan prinsip-prinsip Kerajaan Allah, kemudian menjadi anak-anak yang bertumbuh dengan menjadi pelaku Firman. Dengan demikian, mereka akan mengarungi hidup yang berkemenangan penuh berkat melimpah, berhasil dan menjadi orang-orang yang menginspirasi dan berdampak positif bagi orang lain.

Firman Tuhan adalah pelita yang menerangi hidup anak-anak kita. Bekali mereka sejak dini

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #2 on: July 17, 2013, 11:05:17 AM »
Kelihatannya FIK sekarang memiliki perenung yang handal. Puji Tuhan.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #3 on: April 01, 2015, 06:13:30 AM »
Kelihatannya FIK sekarang memiliki perenung yang handal. Puji Tuhan.

thank you bro Husada.
Tuhan memberkati anda dan keluarga.

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #4 on: April 01, 2015, 06:16:10 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Tuesday, March 31, 2015
Pentingnya Kesaksian

Ayat bacaan: Markus 5:19
=====================
"Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"

Adegan mengerikan bak film horror terjadi pada masa hadirnya Yesus di dunia. Pada suatu kali ada seseorang yang tengah dirasuk roh jahat. Jumlah roh jahat yang masuk ke dalam orang itu begitu banyaknya, disinyalir jumlahnya mencapai ribuan, hingga disebutkan sebagai sebuah legiun. Pada saat itu tidak ada satupun orang yang sanggup melepaskannya, bahkan belenggu dan rantai sekalipun tidak mampu menahannya. Orang ini berkeliaran di area pekuburan dan dibukit, ia kerap berteriak-teriak dan memukuli dan melukai dirinya sendiri dengan batu.

Kisah ini tertulis dalam perikop berjudul "Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa" dalam Markus 5:1-20. Yesuslah yang pada akhirnya sanggup melepaskan orang malang dari Gerasa ini. Begitu bersukacitanya si orang malang setelah dilepaskan, maka untuk mengungkapkan rasa syukurnya ia pun kemudian meminta agar ia diperkenankan mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi. Menariknya, lihatlah reaksi Yesus menanggapi permintaannya itu. "Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Markus 5:19).

Mengapa Yesus tidak mengijinkan orang ini untuk mengikutinya, seperti halnya para murid? Lantas apa yang diminta Yesus untuk ia lakukan? Ayat di atas dengan sangat jelas memberikan alasannya.

Yesus meminta orang dari Gerasa yang baru dilepaskan dari kuasa roh jahat itu untuk kembali ke kampungnya lalu memberi kesaksian disana mengenai apa yang telah Tuhan lakukan atas dirinya, dan kemudian menceritakan pula bagaimana Tuhan mengasihaninya. Permintaan Yesus ini dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya sebuah kesaksian bagi orang percaya yang telah mengalami langsung jamahan dan belas kasih Tuhan itu untuk dibagikan kepada sesama kita lainnya di mataNya. Begitu pentingnya kesaksian, sehingga Yesus menyuruh si orang yang baru mengalami pelepasan ini untuk lebih baik pulang ke kampungnya dan bersaksi ketimbang terus mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi.

Bagaimana reaksinya? Ia ternyata patuh dan menurut. "Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran." (ay 20). Apa yang dialami oleh orang Gerasa tersebut adalah sebuah pengalaman luar biasa mengenai bagaimana Tuhan sanggup melakukan apapun dan betapa besarnya belas kasihan Tuhan. Tentu saja hal seperti itu akan menjadi sebuah kesaksian indah yang akan mampu memberkati orang-orang lain dan bisa mendatangkan pertobatan yang berujung pada keselamatan bagi banyak orang, sesuatu yang menjadi misi utama kedatangan Yesus ke dunia. Karena itulah Yesus kemudian memintanya untuk kembali dan menyampaikan kesaksian tentang apa yang baru saja ia alami. Sebagai informasi, area Dekapolis terdiri dari 10 kota, dan dari ayat 20 kita bisa melihat bahwa orang yang disembuhkan itu ternyata berkeliling ke 10 kota untuk menyampaikan kesaksiannya. Kita tidak tahu berapa orang yang kemudian bertobat setelah kesaksian itu, tapi saya percaya ada banyak yang diberkati dan kemudian memutuskan untuk menerima Yesus dan memperoleh anugerah keselamatan kekal.

Sebuah kesaksian itu sangatlah penting, termasuk di mata Tuhan. Itu tentu tidak mengherankan, karena jelas sebuah kesaksian tentu akan sanggup berbicara jauh lebih banyak ketimbang sesuatu yang sifatnya hanya teoritis saja. Berbagi pengalaman hidup yang dibagikan akan jauh lebih bermanfaat karena itu merupakan kisah nyata dari pengalaman pribadi yang membagikannya. Sebuah kesaksian akan keajaiban perbuatan Tuhan dalam hidup manusia akan mampu berbicara banyak mengenai bukti kebaikan dan besarnya kasih Tuhan secara langsung. Bahkan sebuah kesaksian yang paling sederhana sekalipun akan lebih efektif ketimbang mengkotbahi orang panjang lebar tanpa disertai contoh.

Manusia secara umum akan lebih mudah menangkap ilustrasi dari sebuah kehidupan nyata dan akan lebih mudah mencerna hingga mengaplikasikannya ketimbang hanya disuruh menelan bulat-bulat segala sesuatu yang sifatnya teoritis saja. Ada banyak peneliti yang sudah pernah melakukan observasi mengenai hal ini, dan mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sebuah pengalaman pribadi tentang sesuatu akan memiliki kekuatan tersendiri untuk menggerakkan seseorang. Dalam kerohanian pun sama. Ada waktu-waktu dimana kita butuh mendengar berbagai kesaksian dari orang-orang yang mengalami mukjizat untuk menguatkan kita di saat kita goyah. Ada begitu banyak janji Tuhan yang diberikan dalam Alkitab, dan ketika kita tengah mengalami masalah seringkali kita terasa jauh dari berbagai janji itu. Itulah sebabnya berbagai kesaksian biasanya mampu menguatkan kita dan memulihkan iman kita untuk kembali dipenuhi pengharapan yang kokoh terhadap janji Tuhan.

Lebih lanjut mengenai pentingnya sebuah kesaksian di mata Yesus, Dia juga menyampaikan sebuah pesan terakhir sebelum terangkat naik kembali ke tahtaNya di surga. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Bagi kita semua disematkan tugas yang tidak mudah. Kita diminta bertindak menjadi saksi Kristus baik di lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan, kemudian meningkat kepada kota-kota atau desa-desa di sekitar kita, menjangkau saudara-saudara kita yang belum mengenal Kristus atau bahkan hingga ke seluruh bumi. Kita tidak harus menjadi Pendeta untuk bersaksi, kita tidak harus berkotbah panjang lebar di jalan-jalan untuk menjalankan tugas ini. Kita bisa melakukan itu dengan memberi kesaksian bagaimana campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita membuat perbedaan. Pertanyaannya, apabila kita tidak berjalan dalam koridor kebenaran, jika kita tidak menghidupi Firman, bagaimana kita bisa punya kesaksian untuk dibagikan?

Dalam Wahyu kita bisa membaca bahwa kesaksian adalah salah satu alat yang mampu membunuh iblis dan perbuatan-perbuatan jahatnya. "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Wahyu 12:11). Ayat ini menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesaksian untuk menghancurkan tipu muslihat iblis dan kuasa-kuasa kegelapan yang sangat ingin membuat lebih banyak lagi orang untuk dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebuah kesaksian tidak harus selalu berisikan mukjizat-mukjizat seperti kesembuhan sakit penyakit, pelepasan, pemulihan, berkat-berkat dan sebagainya. Sebuah kesaksian kecil mengenai bagaimana kita bisa tetap hidup dalam pengharapan di kala kesesakan, bagaimana kita bisa tetap teguh dalam iman di saat sulit, sebuah contoh kehidupan harmonis penuh sukacita tanpa tergantung situasi dan kondisi, itupun bisa menjadi berkat yang memberi kekuatan tersendiri bagi orang lain. Tidak ada satu orangpun yang tidak memiliki kesaksian. Masalahnya adalah, maukah kita membagikannya kepada orang lain agar mereka bisa mengenal siapa Yesus sebenarnya? Bukan kemampuan kita berbicara atau ilmu  yang kita miliki yang dibutuhkan, tetapi pakailah kuasa Allah yang bekerja di dalam diri kita. Maukah anda untuk menceritakan kabar baik kepada orang lain lewat kesaksian nyata dari yang anda alami?

Kesaksian sekecil apapun akan sanggup memberkati, membawa orang mengenal Kristus dan menerima keselamatan

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #5 on: April 02, 2015, 06:12:56 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Wednesday, April 1, 2015
Menjadi Saksi Kristus (1)

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 1:8
========================
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Seperti apa kuatnya sebuah kesaksian, dan seberapa pentingkah peran kita dalam bersaksi di mata Tuhan? Ada banyak orang yang mengira bahwa itu tidak penting. Ada yang berdalih mereka tidak tahu bagaimana caranya dan mengira bahwa itu hanyalah tugas mereka yang terpanggil menjadi hamba Tuhan seperti Pendeta dan pengerja saja. Padahal tepat sebelum Yesus naik kembali ke Surga, Dia sudah memberikan Amanat Agung yang berlaku buat semua yang percaya kepadaNya dan sudah menerima anugerah keselamatan sebagai hasil dari penebusanNya. Banyak diantara orang percaya yang hanya beribadah seminggu sekali, itupun cuma datang, duduk, diam, doa, bernyanyi lalu pulang, dan sampai ketemu minggu depan. Kekristenan menurut mereka cukup dengan hanya sebagai "pengunjung" saja di gereja. Tidaklah heran jika sejak jaman dahulu sampai sekarang masalah yang ada tetap sama. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37). Ada banyak orang percaya yang hanya berminat untuk mendapat berkat tetapi tidak mau berusaha untuk memberkati orang lain. Secara sempit mereka berpikir bahwa untuk memberkati orang lain sama dengan harus menjadi Pendeta terlebih dahulu. Padahal Firman Tuhan sama sekali tidak mengatakan demikian.

Dalam renungan kemarin kita sudah melihat sendiri bagaimana Tuhan memandang pentingnya sebuah kesaksian. Kisah orang dari Gerasa yang kerasukan selegiun roh jahat (Markus 5:1-20) menunjukkan hal itu dengan jelas. Setelah ia disembuhkan dari kuasa roh jahat yang telah sekian lama menyiksanya, orang ini menyatakan keinginannya untuk mengikuti Yesus. Tetapi Yesus memintanya untuk bersaksi tentang apa yang ia alami ke wilayah dimana ia tinggal. "Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Markus 5:19).

Sebuah kesaksian bisa membawa dampak luar biasa bagi yang mendengar. Itu bisa lebih efektif untuk menyentuh orang lain yang belum mengenal Kristus ketimbang kita mengkotbahi mereka dengan serangkaian ayat. Orang akan sulit menolak sebuah kenyataan yang sudah dialami sendiri secara langsung, dan itu bisa membuka pemikiran mereka tentang apa yang mungkin selama ini mereka bantah kebenarannya.

Apakah untuk menjadikan semua bangsa sebagai murid Yesus kita semua dituntut untuk menjadi Pendeta? Tentu saja tidak. Kita semua tidak dipanggil untuk menjadi Pendeta, tetapi dipanggil untuk menjadi saksi. Mari kita simak baik-baik apa yang dikatakan Yesus berikut: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Inilah sebuah panggilan yang sangat penting untuk kita camkan.

1. Kita diminta untuk menjadi saksi Kristus.
Apa sebenarnya yang harus dilakukan oleh saksi? Saksi jelas tugasnya bersaksi. Sederhana saja. Sebagai saksi artinya kita diminta untuk menceritakan kisah hidup kita, bagaimana kasih dan kuasa Tuhan mampu memberi perbedaan dalam hidup kita selama ini. Kita tidak perlu mengajarkan sebuah pelajaran Alkitab secara mendetail atau lengkap, atau bahkan memahami teologi terlebih dahulu untuk menceritakan pengalaman kita bersama Tuhan, kecuali anda memang terpanggil untuk itu. Tetapi intinya, sebagai saksi kita hanya perlu mengetahui apa yang telah dilakukan Tuhan kepada kita, lalu menceritakan atau membagikan kebaikanNya kepada orang lain. Itulah tugas saksi, dan itulah panggilan yang diberikan kepada kita.

2. Kuasa diberikan lewat Roh Kudus.

Mari kita lihat penggalan ayat Kisah Para Rasul 1:8 sekali lagi. "kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu." Artinya Tuhan bukan menggantungkan semuanya kepada kemampuan kita, seperti kemampuan berbicara, kemampuan menjaring masa, kemampuan mengajar, kemampuan menguasai Alkitab dan lain-lain. Tuhan mengatakan bahwa semua itu merupakan pekerjaan Roh Kudus. Kita hanya perlu bersaksi lalu kita serahkan kepada Roh Kudus untuk menjamah mereka. Bahkan seringkali yang diminta hanyalah kesediaan kita, dan Roh Kudus lah yang akan membimbing setiap perkataan yang keluar dari dalam diri kita. "Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu." (Matius 10:19-20). Sekali lagi, bukanlah pekerjaan kita untuk meyakinkan orang, tetapi itu adalah pekerjaan Roh Kudus, dan kita harus menyerahkan sepenuhnya kedalam tanganNya, bukan dengan memaksakan kehendak atau melakukan tekanan-tekanan yang malah akan menjadikan kita sebagai batu sandungan.

(bersambung)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #6 on: April 03, 2015, 01:04:04 PM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Thursday, April 2, 2015
Menjadi Saksi Kristus (2)

(sambungan)

3. Roh Kuduslah yang memberikan kekuatan dan kemampuan untuk bersaksi.

Dari ayat yang sama kita bisa melihat bahwa Roh Kudus akan memberikan kita kekuatan khusus untuk melakukan itu. Kita tidak akan pernah dituntut untuk melakukan itu semua sendirian. Ketika kita membagikan kasih Tuhan kepada orang lain, disana akan ada kuasa Roh Kudus yang sedang bekerja dalam diri kita. Yang penting adalah kita tidak menolak ketika panggilan itu sedang turun pada kita. Jangan lari dari panggilan, jangan mengelak dan jangan pula gentar, karena seringkali kesempatan yang baik akan sulit terulang kembali. Kita hanya perlu mulai membagikan pengalaman atau kisah hidup kita lewat kesaksian-kesaksian, dan Tuhan akan bekerja lewat Roh-nya agar semua kesaksian kita itu bisa tertanam lembut dalam hati orang yang mendengarkannya.

Disamping itu Yesus sendiri sudah berkata bahwa Dia akan selalu menyertai kita di dalam menjalankan Amanat Agung itu sampai akhir jaman. Kita tidak akan dibiarkan sendirian untuk melakukan itu. Jika anda menghadapi kesulitan, berdoalah, karena ada Roh Kudus yang akan selalu siap mendampingi anda dalam memberi kesaksian. Kita bisa melihat apa yang terjadi pada Petrus, Yohanes dan rekan-rekan sekerjanya pada suatu kali. Mereka pernah mengalami langsung bagaimana turunnya Roh Kudus membuat perubahan mengatasi ketakutan mereka terhadap ancaman orang banyak ketika hendak mewartakan Injil. "Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani." (Kisah Para Rasul 4:31). Tidaklah mengherankan apabila kemudian mereka bisa dengan berani mengatakan "Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."(5:32)

4. Allah sendiri yang akan mempertemukan kita kepada orang-orang yang harus dijangkau

Jangan lupa pula bahwa Allah sendiri yang akan memimpin kita untuk bertemu dengan orang-orang yang terbuka, mau menerima dan siap mendengar tentang besar kasih setia Allah kepada manusia tanpa terkecuali. Ada sebuah contoh yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:4-12 ketika Paulus dipimpin untuk menuju Filipi yang terletak di Makedonia melalui sebuah penglihatan. Pada kesempatan lain kita bisa melihat Filipus dipimpin malaikat menuju seorang pembesar atau sida-sida di Ethiopia. (Bacalah Kisah Para Rasul 8:26-40). Ini menunjukkan bahwa bukan kepintaran kita mencari orang, tetapi Tuhan sendiri yang akan menuntun kita untuk bertemu dengan seseorang dan membagikan kesaksian kita kepadanya.

Pertanyaan yang penting untuk kita pikirkan adalah: apakah kita siap untuk berbagi? Apakah kita bersedia untuk itu, sebagai penggenapan panggilan yang telah diberikan kepada kita semua murid-murid Kristus? Kita harus ingat bahwa kesaksian yang harus kita sampaikan bukanlah hanya sekedar kata-kata saja, tetapi ada kekuatan Roh Kudus yang bekerja di dalamnya. "Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu." (1 Tesalonika 1:5). Lalu apa yang harus kita lakukan? Petrus mengatakan "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.." (1 Petrus 3:15-16).

Sementara kita menanti panggilan Tuhan, kita harus tetap menjaga kekudusan kita dan selalu siap sedia untuk itu, sehingga ketika panggilan itu datang, kita akan mampu melakukannya. Kalau kita sendiri masih belum beres, bukan saja kita tidak punya kesaksian apa-apa untuk dibagikan, tetapi bahkan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Bagaimana mau memberi kesaksian kalau kita saja masih menunjukkan perilaku buruk di masyarakat? Jadilah saksi-saksi Kristus yang mampu membagikan kasih dan berkat Tuhan kepada sesama.

Jadilah saksi-saksi Kristus yang mampu membawa pertobatan orang lain

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #7 on: April 04, 2015, 12:57:48 PM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Friday, April 3, 2015
Boss Syndrome (1)

Ayat bacaan: Lukas 2:51
=======================
"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya."

Ada seorang pengusaha besar yang menjadi diaken di gereja saya. Sehari-hari ia mengepalai ribuan karyawan yang tersebar di berbagai perusahaan miliknya, mulai dari pabrik, lapangan golf sampai resor. Meski ia merupakan seorang pemimpin, ia ternyata tidak punya masalah untuk merendahkan diri melayani jemaat setiap minggunya. Iseng saya bertanya kepadanya, dan ia berkata bahwa setinggi apapun posisinya dalam karir, ia tetaplah seorang hamba Tuhan. Jadi setiap hari Minggu ia justru senang karena bisa melatih penundukan diri, menjadi pelayan Tuhan dengan hati hamba.

Jarang sekali ada orang seperti ini. Yang banyak justru orang yang belum apa-apa sudah terkena boss syndrome. Merasa diri absolut, gampang tersinggung dan sok kuasa. Begitu punya sedikit posisi saja boss syndrome seperti ini biasanya sudah berpotensi muncul. Orang terus bermasalah dengan penguasaan diri. Belum apa-apa mereka sudah menunjukkan keengganan untuk setia dan taat kepada instansi dimana mereka bekerja atau kepada pimpinan. Mereka melanggar peraturan seenaknya, dan malah tersinggung atau marah ketika mendapat teguran. Harga diri disetel terlalu tinggi tapi disisi lain mereka berbuat sesuka hati. Kita sering bertemu dengan orang-orang yang bersikap seperti ini. Masalah penundukan diri, sikap kerendahan hati itu menjadi isu yang penting untuk kita perhatikan sebagai orang percaya yang terus berproses untuk semakin seperti Yesus.

Kalau demikian, bagaimana dengan Yesus. Yesus jelas punya otoritas yang jauh lebih tinggi dari pimpinan negara, perusahaan dan lembaga apapun di dunia ini. Dia memegang kunci surga, dan hanya lewat Dia lah kita bisa masuk ke dalam kesukacitaan kekal yang besar. Jadi kalau bicara soal kuasa, tidak ada lagi siapapun yang besarnya seperti Yesus. Menariknya, Yesus menunjukkan sebuah penundukan diri terhadap orang tua duniawinya.

Pada suatu kali Yesus yang masih berusia 12 tahun pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah bersama kedua orang tuanya. Seusai perayaan, Maria dan Yusuf baru sadar bahwa ternyata Yesus tidak berada bersama mereka. Dan itu mereka sadari saat mereka sudah berada ditengah jalan pulang. Mereka pun bergegas kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus. Bisa dibayangkan betapa cemasnya orang tua yang kehilangan anaknya di tempat ramai seperti itu. Perjalanan kembali untuk mencari itu pun makan waktu yang cukup lama. Alkitab mencatat bahwa tiga hari kemudian barulah mereka berhasil menemukan Yesus yang ternyata ada di dalam Bait Allah. "Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka." (Lukas 2:46).

Kecerdasan Yesus dalam menjawab para alim ulama itu sungguh mencengangkan semua yang ada disana, termasuk pula Maria dan Yusuf. Seperti orang tua pada umumnya, saat itu Maria dan Yusuf pasti diliputi perasaan campur aduk, antara lega dan marah. Mereka pun menegur Yesus karena menghilang diam-diam seperti itu. Perhatikan, meski dalam Alkitab tertulis bahwa Yesus sempat mengatakan bahwa memang disanalah Dia harus berada, yaitu di dalam rumah Bapa (ay 49), tetapi Yesus mengambil keputusan untuk taat dan tunduk kepada orang tuanya duniawinya. Ayat selanjutnya menggambarkan hal tersebut. "Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya." (ay 51). Yesus memutuskan untuk taat mengikuti permintaan keuda orang tuaNya. Ia pulang ke Nazaret mengikuti mereka dan tetap hidup dalam asuhan mereka. Yesus tahu benar bahwa penundukan diri adalah hal yang pertama sekali harus dilakukan sebelum menerima sebuah otoritas.

Hidup dengan penundukan diri seringkali merupakan hal yang sangat sulit untuk kita lakukan. Kita harus mampu mengalahkan ego kita, kebanggaan diri dan sebagainya karena bagi sebagian orang sikap seperti itu dianggap bisa merendahkan harga diri mereka. Padahal kalau kita terus mempertahankan sikap buruk itu, bukan saja kita akan mendapat masalah dalam karir, keluarga atau hubungan sosial dalam masyarakat, tetapi kita pun melanggar Firman Tuhan yang ternyata banyak berbicara mengenai soal penundukan diri ini.

(bersambung)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #8 on: April 05, 2015, 12:49:52 PM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Saturday, April 4, 2015
Boss Syndrome (2)

(sambungan)

Kita bisa melihat sebuah Firman Tuhan yang bunyinya sebagai berikut: "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Lihatlah bahwa mentaati pemimpin dan tunduk atas otoritas mereka merupakan sesuatu yang sangat penting di mata Tuhan. Jika tidak dilakukan maka Firman Tuhan berkata kita tidak akan mendapatkan keuntungan dalam hidup kita. Dan itupun harus dilakukan dengan sukarela dan gembira, bukan atas keterpaksaan. Pemimpin disini menyangkut pemimpin baik di rumah, kantor, kota, negara maupun gereja.

Titus 3:1 mengingatkan hal yang sama. "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik." Ayat yang serupa bisa kita lihat pula melalui Paulus dalam Kolose 3:22 dan Efesus 6:5 yang menyebutkan bahwa kita harus taat kepada tuan di dunia sama seperti kita taat pada Kristus. Petrus berkata: "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik." (1 Petrus 2:13-14). Penundukan terhadap otoritas atasan bahkan dikatakan bukan saja kepada yang baik tetapi kepada yang berlaku kejam sekalipun. "Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." (1 Petrus 2:18).

Selain kepada atasan, penundukan diri juga berkaitan dengan bentuk-bentuk hubungan lainnya. Anak-anak hendaklah tunduk kepada orang tuanya (Efesus 6:1, Kolose 3:20), istri tunduk kepada suami (Kolose 3:18, Efesus 5:22, 1 Petrus 3:1), anak muda tunduk kepada yang lebih tua (1 Petrus 5:5) dan tentu saja di atas segalanya kita harus menundukkan diri kepada Kristus. Firman Tuhan berkata: "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan, Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu." (Ulangan 10:12-13). Semua ini merupakan hal yang penting untuk kita perhatikan. Kita harus mampu meredam ego atau ke-aku-an kita agar bisa mengaplikasikan sikap penundukan diri seperti yang diinginkan Tuhan. Jelas diperlukan sebuah kerendahan hati untuk bisa mempraktekkan sikap ini dalam hidup kita.

Apakah hari ini diantara teman-teman ada yang sedang bermasalah dengan sikap penundukan diri ini, baik dengan anggota keluarga, orang tua, dalam pekerjaan, sekolah atau pelayanan? Jika ya berdoalah dan berusahalah untuk memperkuat sikap rendah hati sehingga anda bisa belajar tunduk kepada otoritas orang yang berada di atas anda. Yesus sendiri sudah mencontohkan bahwa penundukan diri merupakan hal yang sangat penting untuk kita lakukan sebelum menerima otoritas yang lebih tinggi lagi. Mari teladani sikapNya tersebut dalam hidup kita dan hindari godaan boss syndrome sesegera mungkin.

"..Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (1 Petrus 5:5)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #9 on: April 13, 2015, 01:27:54 PM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Sunday, April 12, 2015
Menghindari Penyebab Alergi Spiritual (1)

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:22

"Abstain from evil [shrink from it and keep aloof from it] in whatever form or whatever kind it may be." (English AMP)

Ada beberapa teman yang mengidap alergi akan sesuatu. Yang terbanyak adalah alergi seafood terutama udang atau kepiting. Kalau mereka memakannya maka akan muncul bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh dan rasa sangat gatal akan menyerang mereka. Ada yang alergi bulu hewan, ada pula yang alergi terhadap sengatan lebah. Alergi adalah sebuah reaksi 'lebih' yang terjadi dalam tubuh akibat adanya kontak terhadap substansi tertentu. Penyebabnya sangat banyak, dan beberapa yang saya sebutkan tadi hanyalah sedikit dari jenis-jenis yang ada. Pintu masuknya pun beragam. Ada yang lewat kontak langsung ke kulit seperti kosmetik, logam seperti besi pada perhiasan/jam tangan dan lain-lain, bisa lewat serbuk tanaman atau jenis rerumputan tertentu, sengatan serangga/hewan, bulu hewan seperti anjing dan kucing dan lain-lain. Berbagai zat tambahan pada makanan seperti penyedap masakan, pewarna atau pengawet pun bisa menimbulkan alergi bagi beberapa orang. Tidak ada orang yang mau mengalami masalah atas alergi yang mereka punya. Kalau tidak mau menderita, kita tentu harus tahu apa yang bisa membuat kita alergi lalu menghindarinya agar kita tidak mengalami masalah baik yang mengganggu atau bahkan sampai mendatangkan bahaya.

Alergi biasanya berpengaruh terhadap tubuh secara fisik dan bisa menimbulkan masalah. Jangan lupa bahwa dalam hidup ini ada pula bahaya-bahaya yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan spiritual kita. Ini pun sama berbahaya, bahkan mungkin lebih tinggi tingkat bahayanya. Karenanya kita harus mewaspadai beberapa hal yang menimbulkan alergi pada kerohanian kita. Beberapa darinya akan saya sharing dalam renungan kali ini.

1. Every kind of evil ; Segala jenis atau bentuk kejahatan

Ayat yang saya angkat sebagai tema hari ini menyatakan dengan jelas bahwa kita harus menjauhkan diri dari segala macam bentuk kejahatan. "Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan." (1 Tesalonika 5:22). Dalam bahasa Inggris ayat ini berbunyi seperti berikut: "Abstain from evil [shrink from it and keep aloof from it] in whatever form or whatever kind it may be." Jauhi kejahatan karya iblis apapun bentuk dan jenisnya.

Dengan mengingat hal ini, kita harusnya berpikir ulang akan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kejahatan sebelum kita melakukannya. Mengambil bagian dalam berbagai jenis kejahatan akan merusak kesehatan kita secara spiritual dan membuat kita kehilangan janji-janji Tuhan. Yang sering terjadi orang mentolerir dosa yang dianggap kecil. Kita tidak membunuh, tidak mencuri, tapi mengabaikan potensi kehancuran lewat dosa-dosa seperti membohong, korupsi nilai kecil, mengkonsumsi sesuatu yang buruk saat bergaul dan sebagainya. Kita harus berhenti memberi toleransi-toleransi akan kesalahan seperti ini, karena biarpun kecil jika kita biarkan terus akan membawa dampak dalam eskalasi yang terus meningkat.

Alkitab sudah mengingatkan hal itu: "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Berawal dari keinginan daging, kita terpikat dan terseret, membiarkan semua itu terjadi. Pada suatu ketika itu berbuah dan melahirkan dosa. Dan ketika dosa matang, ia melahirkan maut. Mulainya biasa, ujungnya fatal. Maka kita harus menutup celah sekecil apapun terhadap bentuk-bentuk perbuatan jahat supaya jangan sampai maut yang kita tuai pada akhirnya.

2. Pertengkaran akibat soal-soal yang dicari-cari, bodoh atau tidak layak
 Mengenai hal ini kita bisa lihat dalam 2 Timotius 2:23 mengingatkan hal ini: "Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran." Ayat yang kurang lebih sama bisa kita temukan dalam Titus. "Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka." (Titus 3:9). Benar, seringkali bukan kita yang memulai. Ada saja orang yang akan memancing perdebatan dan seringkali perdebatan itu sia-sia belaka alias tidak ada gunanya. Karena itu jika ada yang memancing pertengkaran dalam bentuk apapun, kita harus pastikan tetap tenang dan jangan sampai terpancing. Apa yang harus kita lakukan justru adalah berusaha melakukan pekerjaan yang baik. "Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia." (ay 8).

(bersambung)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #10 on: April 14, 2015, 06:18:39 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Monday, April 13, 2015
Menghindari Penyebab Alergi Spiritual (2)

(sambungan)

3. Berbagai jenis percabulan/perzinahan

Selingkuh, berhubungan intim diluar nikah, menonton film porno dan kejahatan-kejahatan seksual lainnya pun merupakan salah satu yang sangat berbahaya. Paulus mengingatkan: "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan." (1 Tesalonika 4:3). Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan: "supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah," (ay 4-5). Dalam ayat ini dikatakan berapa istri? Satu. Dan dikatakan hiduplah dalam pengudusan dan penghormatan.

Itu pesan Tuhan yang sangat penting untuk diingat oleh setiap orang percaya. Kita harus ingat bahwa bahaya perilaku seksual yang menyimpang atau melanggar Firman Tuhan ini membawa dampak yang sangat membahayakan kelangsungan perjalanan kita menuju keselamatan kekal. Ada juga orang yang tidak benar-benar berselingkuh tapi hanya melihat dan berfantasi, atau membayangkan sesuatu yang kotor akan lawan jenis yang ia lihat, inipun merupakan hal yang harus dicegah. Yesus sudah mengingatkan bahwa "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:28). Memandang tidak salah. Tapi jika sudah dibarengi dengan menginginkan, maka itu sudah sama dengan berzinah.

Karena itu kita harus menjaga betul hati kita agar tidak mudah terjebak oleh fantasi-fantasi menyesatkan yang berbahaya. Firman Tuhan mengingatkan "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Itu sebabnya kita dipesan untuk selalu menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan. (Amsal 4:23). Ada banyak ayat yang mengingatkan kita akan bahaya percabulan/perzinahan atau kejahatan-kejahatan seksual lainnya. Selain itu,

Alkitab pun menyatakan bahwa aktivitas seksual antara pria dan wanita diluar ikatan pernikahan adalah hal yang tidak bermoral. Perhatikan dan renungkanlah kaitan ayat-ayat berikut ini:

-"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:24)
- "Jangan berzinah." (Keluaran 20:14)
- "tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri." (1 Korintus 7:2)
- "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10).
- "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibrani 13:4).

Kita seharusnya alergi terhadap hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan rohani kita dan yang berpotensi menjauhkan kita dari anugerah yang diberikan Tuhan. Jika berbagai substansi atau zat bisa membuat kita alergi dan mengganggu bahkan bisa membahayakan kesehatan tubuh kita, bahaya berbagai substansi yang bisa merusak kondisi spiritual kita akan jauh lebih besar karena berpengaruh terhadap kekekalan dan bukan hanya sementara saja. Oleh karena itu pastikan diri kita untuk menjauhi segala hal yang menimbulkan alergi terhadap kerohanian kita sebelum kita mengalami kehancuran.

Alergi yang menyerang kondisi spiritual itu jauh lebih berbahaya dari alergi pada tubuh. Jauhi sebelum terlambat

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #11 on: April 15, 2015, 06:24:58 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Tuesday, April 14, 2015
Bersih Tangan dan Murni Hati (1)

Ayat bacaan: Mazmur 24:4-5
=======================
"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."

Kalau melihat lowongan kerja, hampir semua perusahaan mendasarkannya pada gelar. Minimal S1, lebih baik lagi S2 apalagi S3. Lucunya, seringkali mereka hanya mencari sarjana tanpa mempedulikan bidang yang dipelajari. Gelar sarjana teknik bekerja di bank, gelar sarjana ekonomi di bidang yang tidak berhubungan dengan perekonomian, bahkan ada teman lulusan sarjana sastra yang bekerja sebagai supervisor sebuah pabrik makanan ringan. Yang penting S1 dan S lainnya kan? Itu yang dicari. Padahal gelar bisa dibeli, skripsi bisa dialihkan bebannya kepada orang dengan sejumlah uang. Kalau saya yang punya perusahaan, saya tidak akan menggantungkan pada gelar. Mengapa? Karena ada banyak nilai lain yang lebih penting yang nantinya akan jauh lebih berguna ketimbang sebuah surat ijazah kelulusan. Semua bisa diajarkan dan dipelajari, tapi integritas, kesetiaan, ketulusan, kejujuran dan sejenisnya buat saya lebih menentukan kualitas seseorang.

Ini merupakan kualitas manusia yang semakin lama semakin langka dan semakin jarang dianggap penting. Korupsi dan penipuan terjadi di setiap lini pekerjaan mulai dari atas sampai ke bawah. Orang pun tidak lagi tulus dalam mengerjakan sesuatu tapi pamrih. Hasil kerja tergantung bayaran, kalau tidak dibayar tidak dikerjakan, pendeknya semuanya tergantung uang. Soal jujur apalagi. Berbagai godaan, tuntutan keadaan atau alasan seperti ikut arus, solidaritas dan sebagainya bisa membuat orang meninggalkan integritasnya dan mulai beralih untuk mencari tambahan lewat cara-cara curang. Sedikit saja kan tidak apa-apa? Apalah artinya sekian juta buat perusahaan... atau, ah sekali-sekali masa tidak boleh? Kebetulan lagi butuh sih... Dalih seperti itu dijadikan pembenaran untuk mengambil apa yang bukan menjadi haknya.

Dan cara dunia memandang pun menjadi semakin terbalik. Jaman sekarang orang yang jujur dan tulus justru dipandang aneh atau malah bodoh. Orang semakin cenderung berpikir pendek dan mementingkan urusan duniawi, dan itulah orang-orang yang dianggap pintar. Apa yang dikatakan Daud dahulu: "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik" (Mazmur 14:1), kini semakin banyak dianut orang. Orang tidak lagi memikirkan pertanggungjawaban kelak di hadapan Tuhan. Masalah kekal nanti dulu, pikirkan dulu dunia yang fana ini. Lumayan kan bisa kaya selama sisa hidup? Anak-anak dikasih makan hasil korupsi juga tidak apa-apa, ketimbang hidup susah kalau jujur. Atau kalaupun tahu bahwa Allah itu ada, tetapi mereka mengira bahwa Tuhan tidak akan menghukum karena mereka menyalah artikan bentuk kasih dan kesabaran Tuhan yang besar dan panjang. Bentuk ilusi rohani seperti inipun sudah disinggung dalam Alkitab. "Kamu menyusahi Tuhan dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Bukankah itu yang terpampang di depan mata kita saat ini?

Dalam Mazmur terdapat ayat yang bunyinya demikian: "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). Apa yang dimaksud dengan orang yang bersih tangannya? Rajin cuci tangan? Pakai antiseptik? Sarung tangan? Tidak main lumpur dan yang kotor-kotor? Tentu bukan. Yang dimaksud dengan orang yang bersih tangannya berarti menjauhi bentuk-bentuk penipuan, menjauhi kecurangan dan tidak gampang tergoda oleh keuntungan-keuntungan lewat jalan yang salah. Orang yang bersih tangannya adalah orang yang tidak melakukan hal-hal salah dan jahat dalam bekerja atau melakukan segala sesuatu. Orang yang bersih tangannya tidak melakukan hal-hal yang tercemar.

 Bagaimana dengan pure heart atau murni hatinya? Ini adalah jenis orang yang tidak tergoda pada kecurangan. Kalau kita lihat dalam beberapa ayat lain, dalam Mazmur 24:3-4 dikatakan "Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja." He who loves purity and the pure in heart", itu yang dikatakan dalam bahasa Inggrisnya. Inilah orang-orang yang bisa mendapat kehormatan. Setelah renungan ini saya akan membahas lebih jauh mengenai kemurnian hati ini.

(bersambung)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #12 on: April 16, 2015, 06:06:30 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Wednesday, April 15, 2015
Bersih Tangan dan Murni Hati (2)

(sambungan)

Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, itulah yang berkenan di hadapan Tuhan. Orang seperti inilah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan dan masuk ke dalam tempatNya yang kudus (Mazmur 24:3), dan mereka inilah yang akan menerima berkat dan keadilan dari Tuhan. (ay 5). Inilah upah besar yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang hidup jujur dan tulus.

Kehidupan dalam tingkatan seperti inilah yang diinginkan Tuhan. Kasih dalam standar Kekristenan harus mengandung kebaikan-kebaikan yang mencakup kedua hal ini. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Di dalam kasih itu ada bentuk-bentuk hidup dengan hati yang murni, penuh ketulusan dan kejujuran. Artinya jika kita mengaku hidup dalam kasih Tuhan, seharusnya kedua hal ini pun terpancar dari kehidupan kita. Bagaimana mungkin orang yang tidak jujur dan tidak tulus masih berani mengaku punya kasih dalam dirinya? Dan bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki kasih mengaku mengenal Allah? "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).

Kalau kita sadar bahwa segala sesuatu itu berasal dari Tuhan, kita tidak perlu takut kekurangan dan khawatir akan hari depan sehingga merasa perlu melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur atau curang agar bisa mampu mencukupi hidup. Kita tidak perlu merasa iri melihat orang lain, justru harus bisa belajar untuk mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri. Yakobus mengingatkan "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16).

Kita harus selalu menghindari berbuat curang yang mencermarkan hati kita. Ketahuilah bahwa meski mungkin kita berhasil mengelabui manusia, tapi Tuhan akan selalu melihat segala perbuatan kita. Dan Firman Tuhan berkata: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Secara tegas Tuhan juga berfirman:  "Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah, mereka akan tersandung jatuh pada waktu mereka dihukum, Firman Tuhan." (Yeremia 8:12).

Orang bisa saja menganggap bahwa Tuhan tidak menghukum mereka saat ini dan berpikir bahwa mereka aman dari hukuman. Orang-orang jahat ini bisa saja pintar dalam menipu manusia, atau menghamburkan uangnya untuk menyuap penegak hukum agar terlepas dari jerat hukum. Sekarang mungkin lepas, tapi pada suatu ketika nanti hukuman Tuhan itu tetap akan tiba biar bagaimanapun. Akan datang waktunya dimana semua harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, dan disana tidak akan ada yang bisa berkelit lagi. Kepentingan sesaat di dunia fana diprioritaskan dengan sebuah hidup yang kekal? Itu tentu sebuah pilihan yang sangat naif.

Dunia memang semakin lama semakin keliru menilai prinsip hidup, tetapi kita orang percaya tidak boleh ikut-ikutan seperti itu. Dunia bisa saja semakin kekurangan orang-orang yang tulus dan jujur, kita harus menunjukkan bahwa umatNya yang ada di dunia ini bisa tampil beda dengan ketulusan dan kejujuran sebagai bagian dari kehidupan Kekristenan yang sebenarnya. Oleh karena itu jagalah agar kita bisa memiliki ketulusan hati dan kejujuran. Apapun alasannya, apapun resikonya,  Belajarlah untuk senantiasa mempercayai Tuhan, mengasihiNya dan hidup sesuai kehendakNya. Tuhan menyediakan berkat-berkat bagi orang yang hidup dengan ketulusan, kejujuran dan kemurnian hati. Firman Tuhan berkaa: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8). Ini janji Tuhan sendiri. "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." (Mazmur 73:1).

 Kita bisa dipandang bagai mahluk aneh, ditertawakan dan menganggap kejujuran dan ketulusan sebagai sebuah kebodohan. Let it be. Sebab bukan apa kata manusia yang penting, tapi bagaimana Tuhan memandang hidup kita itulah yang penting. Tuhan menjanjikan berkat dan keadilan bagi orang-orang yang hidup dengan tangan yang bersih dan hati yang murni. Orang seperti ini bisa masuk ke dalam rumahNya, berdiam di bukitNya, dan mendapat jaminan berkat dan keadilan dari Tuhan. Nikmati kebaikan Tuhan lewat hidup yang kudus dimana ketulusan dan kejujuran berperan didalamnya. Keduanya merupakan bagian dari integritas yang wajib dimiliki anak-anak Tuhan. Tuhan sanggup memberkati anda berlimpah-limpah dan melindungi hidup setiap orang yang berjalan seturut kehendakNya, dan anda bisa memperoleh semua itu tanpa harus melakukan tindakan-tindakan yang justru akan menghancurkan diri sendiri.

Tangan yang bersih dan hati yang murni merupakan bagian dari integritas yang harus menjadi gaya hidup orang percaya

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #13 on: April 17, 2015, 06:02:54 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Thursday, April 16, 2015
Kemurnian Hati (1)

Ayat bacaan: Matius 5:8
====================
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."

Kemarin kita sudah melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang yang tangannya bersih dan hatinya murni. Orang seperti inilah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan dan masuk ke dalam tempatNya yang kudus (Mazmur 24:3) dan mereka menerima berkat dan keadilan dari Tuhan. (ay 5). Hari ini saya ingin fokus kepada hati yang murni. Sebuah bentuk hati yang tidak dibiarkan tercemar, terkontaminasi oleh hal-hal yang bertentangan dengan prinsip kasih seperti yang dijabarkan Paulus dalam 1 Korintus 13:4-7. Yesus bahkan berkata: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8).

Dalam versi English amplifiednya dikatakan "Blessed (happy, enviably fortunate, and spiritually prosperous--possessing the happiness produced by the experience of God's favor and especially conditioned by the revelation of His grace, regardless of their outward conditions) are the pure in heart, for they shall see God!" Diberkatilah (Bergembiralah, beruntunglah dan makmurlah secara spiritual - dengan kegirangan dan kepuasan hidup dalam kemurahan dan keselamatan Tuhan dan secara khusus berada dalam anugerahNya terlepas dari apapun kondisi yang tengah terjadi) mereka yang suci/murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah. wow. Ini sebuah anugerah yang luar biasa besarnya yang akan membuat hidup kita jauh berbeda dibanding kebanyakan orang yang masih membiarkan hatinya terus teracuni oleh iri, dengki, pandangan-pandangan yang keliru tentang kemurahan Tuhan dan berbagai pola pikir yang diajarkan dunia.

Hati merupakan faktor penting yang sangat menentukan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, kemampuan kita dalam menerima berkat dan anugerahNya tanpa terhalang sesuatu apapun dan kemana kita akan mengarah setelah fase kehidupan yang sekarang ini selesai. Pendeknya, bagaimana hati akan sangat menentukan dan menunjukkan seperti apa kehidupan kita. Dalam kitab Amsal dikatakan "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." Sebagaimana air memantulkan wajah saat kita pandang dari atas, seperti itu pula hati mencerminkan diri atau hidup seseorang. Tuhan pun sangat mementingkan hati. "... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7). Sebegitu pentingnya kondisi hati kita, sehingga sebuah ayat berkata demikian: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Jaga hati bukan dengan asal-asalan, ala kadarnya/seadanya, dengan standar kewaspadaan rendah, tapi dikatakan dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah hidup itu terpancar.

Semakin murni hati kita, maka semakin besar pula kesempatan kita untuk membangun hubungan berkualitas dengan Tuhan. Dan semakin besar pula kesempatan kita untuk menikmati hidup yang berkemenangan, penuh sukacita dalam perlindungan dan perhatian Tuhan tanpa tergantung dari situasi dan kondisi yang tengah kita alami. Pertanyaannya sekarang, bagaimana agar kita bisa memperoleh dan menjaga kemurnian atau kesucian hati? Ada beberapa poin yang akan saya sampaikan berkenaan dengan hal ini.

1. Lahir baru.

Dalam Efesus 4 dikatakan: "yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (ay 22-24). Lantas dalam Kolose dikatakan "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (ay 10-11).

Lahir baru membuat kita menjadi manusia baru, diperbaharui dalam roh dan pikiran, yang memungkinkan kita untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya/seharusnya. Sebuah proses lahir baru membuat kita bisa terus menerus diperbaharui untuk semakin dalam mengenal Allah secara benar. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:7). Tanpa menjadi ciptaan yang baru akan sangat sulit bagi kita untuk bisa memiliki hati yang suci.

2. Hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh.

Dalam Galatia 5:16-26 Paulus menguraikan panjang lebar akan pentingnya hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh. Itu akan membuat kita terhindar dari hidup yang mementingkan keinginan-keinginan daging yang menyesatkan bahkan membinasakan. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (ay 19-21). Sedang buah roh adalah "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (ay 22-23). Jadi "hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (ay 16) Dan "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (ay 25).

Dalam Yehezkiel hubungan hidup oleh Roh dan hati tertulis dengan jelas. "Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka." (Yehezkiel 11:19-20). Lihatlah bahwa roh yang baru bisa menjauhkan kita dari memiliki hati yang keras dan pembangkang. Hati yang baru dalam roh yang baru akan membuat kita mampu untuk hidup dengan ketaatan menurut semua ketetapan dan peraturan Tuhan dengan setia. Sebuah hidup yang didasarkan oleh Roh Allah dan dipimpin oleh Roh akan memampukan kita menjaga kemurnian hati.

(bersambung)

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian Online
« Reply #14 on: April 18, 2015, 07:11:59 AM »
http://www.renunganharianonline.com/
 Friday, April 17, 2015
Kemurnian Hati (2)

(sambungan)


3. Terus meningkatkan standar hidup sesuai kebenaran Firman

Dalam Kisah Para Rasul 24:16, Paulus mengatakan "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Ini penting agar kita tetap bisa terhindar dari berbagai penyesatan baik yang terang-terang kelihatan maupun yang tersamar, dibungkus oleh kemasan yang seolah benar. Tanpa mengetahui/memahami Firman Tuhan, akan sulit bagi kita untuk tetap menjaga kemurnian hati dari kecemaran. Bukan saja melakukan dosa, tetapi juga menjaga hati agar tetap sejuk, jauh dari iri hati, dengki, sirik dan lain-lain. Kita perlu tahu, merenungkan Firman Tuhan, tapi terlebih meningkatkannya kepada melakukan Firman.

4. Membereskan kesalahan-kesalahan di masa lalu

Seringkali orang terjebak dan sulit tumbuh karena masih terbelenggu dengan masa lalu. Perhatikan apa kata Paulus berikut: "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Masalahnya, seringkali kesalahan masa lalu yang belum dibereskan menjadi penghalang kita untuk menjaga kemurnian hati. Iblis akan selalu berusaha memanfaatkan kesalahan di masa lalu untuk mendakwa kita.

Dalam Ayub 1:12 iblis disebutkan sebagai "the accuser" alias penuduh/pendakwa (versi English amplified) yang terus berusaha melemahkan kita. Iblis tidak ingin kita diselamatkan. Iblis akan terus berusaha mendakwa atau menuduh kita sampai kita putus asa dan semakin lama semakin jatuh. Yang dipakai untuk mendakwa adalah dosa kita, maka untuk menutup mulut iblis, kita harus segera mengakui dosa kita. Begitu kita mengakui dosa kita dan memohon ampun, saat itu pula Allah mengampuni kita. Imani dan percayalah akan hal itu. Tidak ada alasan lagi bagi iblis untuk mendakwa kita, karena dosa kita sudah diampuni. Apa kata Tuhan mengenai orang yang mengakui dosanya? "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Jadi penting sekali untuk membereskan kesalahan di masa lalu agar tidak ada lagi pijakan bagi iblis untuk mendakwa kita.

5. Mendengar hati nurani

Banyak orang yang mengabaikan hati nuraninya dalam mengingatkan kita akan sebuah potensi bahaya. Padahal hati nurani seringkali menjadi sarana Tuhan untuk menghindarkan kita dari jebakan. Semakin lama kita abaikan, semakin tidak peka pula kita terhadap suara Tuhan.

Firman Tuhan berkata: "Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka," (1 Timotius 1:19). Hal ini disampaikan Paulus kepada Timotius dalam rangka penugasannya, dan Paulus pun mengingatkan bahwa sebuah perjuangan yang baik hanya bisa dilakukan dengan iman dan hati nurani yang murni (ay 18). Karena itu jagalah kepekaan hati nurani dan kepekaan mendengar suara (nasihat, peringatan) Tuhan. Jangan biarkan hati nurani terus teracuni dan terabaikan sehingga kita berpotensi untuk tercemar.

(bersambung)