Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, O Dad.
Apakah ulik2 bhw Petrus tidak pantes di-interpretasikan sebagai "kacung" bagi para Rasul lainnya dari ayat2 yang ada itu , timbul SETELAH perpecahan ?
Ataukah ungu dulu nongol, makanya barulah timbul perpecahan ?
Saya bukan Katolik, tidak ada alesan khusus buat saya utk menyuarakan keKatolikan ... namun selama berjalannya diskusi saya dengan budi ... disitu juga saya belajar dan disitu juga saya merasa bhw memang Petrus-lah yang akan menjadi "pembantu" bagi para Rasul lainnya .
Dan ini kayaknya sesuai dgn "teori" kontradiksi, bhw yang "the greatest" itu BUKAN literally yg paling hebat - nyuruh sana nyuruh sini ibarat seorang majikan ... on the contrary malah yang jadi "kacung" (melayani) .
salam.
Kalo
perpecahan yang dimaksud dibatasi hanya pada peristiwa Martin Luther, sepanjang yang dapat saya tangkap, protes oleh ML bukan karena
ada rasa keberatan terhadap "kekacungan" Petrus. Fisik Petrus sudah lebih sepuluh abad berlalu, kemudian timbul
perpecahan oleh ML. Dan, dari 95 tesis ML, menurut pemahaman saya, tidak ada poin yang menyinggung-nyinggung tentang "kekacungan" Petrus.
Di perkembangannya kemudian, istimewa pada zaman belakangan ini, lebih istimewa pada trit ini, ada yang mempertanyanya "kekacungan" Petrus itu. Penyebabnya secara persis, saya belum meneliti, dan betapa menyenangkannya kalau para penganut pikiran yang keberatan dengan "kekacungan" Petruslah yang dapat dan beredia menjawabnya secara gamblang.
Jika saya mengambil pikiran Budi sebagai yang mewakili pikiran yang meragukan "kekacungan" Petrus, saya tidak melihat sesuatu yang tidak sinkron pada pikiran seperti itu. Maksud saya, karena pikiran seperti yang telah Budi kemukakan itulah yang menuntun Budi berpikiran seolah meragukan "kekacungan" Petrus. Yang saya tangkap dari pikiran Budi (Bud, CMIIW): Petrus mengidap "kekurangmampuan" yang lebih besar daripada "ketidakmampuan" teman-temannya di kelompok 12, sehingga Jesus Kristus memerlukan memberikan privat kepada Petrus, agar "ketidakmampuan" Petrus sejajar dengan "ketidakmampuan" teman-temannya.
Namun, penjelasan O Dad sangat berterima di pikiran saya,
bila saja "ketidakmampuan" Petrus di-up grade oleh Jesus Kristus melalui privat sehingga sejajar dengan "ketidakmampuan" 11 murid lainnya, maka sangat janggal kalo kemudian Jesus memerintahkan Petrus untuk
membantu (bukan
menguatkan) ke-11an temannya, mengingat "ketidakmampuan" ke-11 temannya sudah berada pada level yang tidak perlu diprivat. Tetapi, pada perintah Jesus Kristus kepada Petrus itu, saya baca adalah
menguatkan (bukan
membantu). Dan, tidak bersifat resiprokal, tidak bersifat timbal balik, dalam arti, bahwa ke-11 murid selain Petrus, tidak diperintah secara khusus (privat) untuk
menguatkan (bukan
membantu) murid lain.
Jadi, perintah
menguatkan (bukan
membantu), hanya diperintahkan kepada Petrus. Konotasinya, bila "ketidakmampuan" Petrus lebih besar daripada "ketidakmampuan" murid lain sehingga Jesus Kristus meng-
up grade "ketidakmampuan" Petus itu menjadi sejajar dengan "ketidakmampuan" murid lain, maka tepatlah kalau diperintahkan agar Petrus membantu murid lain dalam pengertian mereka saling bantu. Tetapi faktanya, hanya kepada Petrus diperintahkan untuk menguatkan saudara-saudaranya, merupakan pertanda menurut pemahaman saya bahwa Petruslah yang diangkat oleh Jesus Kristus mewakili diriNya, meskipun dipilih melalui cara
"clue", dan tidak tunjuk hidung secara langsung.
Dikaitkan dengan pertanyaan O Dad, menurut saya,
untuk mengukuhkan perpecahanlah, maka dicoba dicari 'sesuatu' pada diri Petrus sebagai pemegang estafet apostolik pertama, agar layak dan pantas menyuarakan protes terhadap garis apostolik, atau menimbulkan pikiran yang mempertanyakan garis apostolik itu, atau setidaknya murid lain juga merupakan penerus apostolitas. Saya kira, murid lain juga merupakan penerus apostolitas, sepanjang memelihara persekutuan sesama penerima aopostolisitas. Namun, kalau menyatakan diri sebagai pewaris apostolisitas padahal sudah memisahkan diri dari kumpulan (=Gereja = jemaat) yang didirikan oleh Jesus Kristus, sehingga tidak mampu menunjukkan garis "silsilah" (Garis turun temurun) sejak murid langsung Jesus Kristus sampai sekarang, nalar saya kurang dapat menerima.
Damai, damai, damai.