Nah, justru itulah saya bilang bahwa modus tindakan Allah memberikan warning itu lebih semacam strategi atau taktik, ketimbang pengekspresian cinta.
Secara mendasar, kita berdua sepertinya memang sependapat ... namun secara "peng-ekspresi-an", kita berbeda ... hehehe
Walopun memang bisa dibilang termasuk bold - entah kenapa, saya cenderung "meng-ekspresi-kan"nya dengan sbb : FIRMAN itu bukan strategi/taktik ... duh gimana ya... iyaaaa itu bisa dibilang strategi/taktik ... tapi strategi/taktik itu sendiri adalah keseluruhan dari sistem-nya.
Semisal saya membuat sebuah program Game yg pasti selalu berisi Causal. Nah, ketika saya memberi tahu "cara bermain" ke si player/user Game tsb .... ini = memang saya akui saya memberi tahukan strategi/taktik Game tsb. Tetapi adalah mustahil kalo saya menyatakan seluruh rancangan strategi/taktik program Game yg saya buat --- ini sama juga bo-ong, karena tujuannya saya kan "nger-reveal" strategi tsb agar si user ini bisa menang.
Ketika saya bilang,
awas itu ada icon api jangan disamperin - kalo kamu samperin kamu mati. ---> ya ... disini saya memberitahu strategi saya, namun pernyataan saya tsb ke si user (dalam pengertian saya) BUKAN strategi/taktik yg saya lakukan personally ke si user, melainkan saya "nge-reveal" ke si user ttg strategi dari program yg sudah ada tsb.
Allah bisa reveal completely, yet Allah tidak melakukannya atau menahannya --> menunjukan adanya motif/rencana.
Adanya pohon kehidupan, saya anggap itu sudah "reveal completely" berkaitan supaya Manusia tidak kalah
. Namun Causal dari the whole system --universe-- (dari pengertian saya) kayaknya gak akan pernah Dia reveal semua deh --- idem, saya gak akan nge-reveal semua sistem program Game yang saya buat
Maksud saya, ketika kita bicara ttg strategi/taktik Allah, maka konteks pembicaraan kita adalah "di kekekalan" atau dalam istilah bro oda "pov Allah".
Dari kalimat ini, ya saya rasa kita berdua emang sependapat kayaknya ... hehehe
Nah, bila kita ingin memasukkan unsur Kasih di level ini, maka kita tidak membahas pengekspresiannya karena pengekspresian berada di konteks "di dalam waktu" atau dalam istilah bro oda "pov manusia".
Betul, so ketika saya ungu ... itu saya ibaratnya lagi menunjukan "kasih" saya ke si user.
Pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "kekekalan" berbeda dng pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "di dalam waktu".
Ya sependapat. Dan saya gak tau juga itu kayak begimana Kasih dalam konteks Kekekalan... emang siapa yang mao dikasihi, kalo penciptaan aja belon dilakukan ?
TAPI,
MIND di "kekekalan" (taroh kata ilustrasi rancangan saya SEBELUM program Game literally jadi software/hardware nya dan juga SEBELUM para player ada) bisa menunjukan adanya Kasih ---> ibaratnya, saya sebagai programmer berencana agar para player bisa menang (sesuai in His image) dengan memberi tahu "strategi/taktik" program Game yg saya buat ---> dan disini masih rancangan di MIND - belon terjadi aksi pembuatan software/hardware apalagi user playernya.
Sementara itu, pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "kekekalan" bukanlah mengenai pengekspresiannya, melainkan mengenai natur-nya atau sifat-nya (alias ontological). Manusia nggak bisa bicara apa-apa ttg hal ini selain bilang "Allah itu Kasih" karena scope pengetahuan manusia ttg Kasih hanya berada dalam konteks "di dalam waktu" (pengekspresiannya).
Betul, manusia gak bisa bicara apa apa... namun sekedar saya "maksa" utk mengertikannya ... saya gunakan contoh MIND saya ketika saya samasekali
BELUM "masuk kedalam waktu" (bekerja membuat program s/w h/w Game-nya) ---SBJ--- ... masih bisa terbuka kemungkinan "kasih" itu ada ... hehehe
.
(thus - OOT sebentar yah - kalo ada orang berargumen "Kalo Allah itu Kasih, kenapa Ia membiarkan bayi-bayi jadi korban perang? Pastilah Allah bukan Kasih!", IMO orang tsb telah melakukan kesalahan kategorial dalam proposisi argumennya)
untung saya bukan orang yang bertanya demikian... hehehe
.
Memberi warning breaks the Law of Nature? Nggak ngerti saya...
Allah ADA di Eden (yg bumi) dan berbicara langsung kan ke Manusia AdamHawa ? Yesus ADA di Yerusalem (yg bumi) berbicara langsung kan ke Manusia ? hehehe
.
JJS breaks the LAW? Which LAW? LAW of Nature? Nggak ngerti juga saya...
AdamHawa mendengar langkah kaki Allah kan yg lagi jalan2sore di hari nan sejuk ? Murid2 tentu juga bisa mendengar langkah kaki Yesus kan waktu Yesus di bumi ?
So maksud saya, jangan diliat Allah menjadi manusia-nya yg breaks the law, bud. Namun Allah berada di bumi itu = breaks the law. Tapi mari kita tinggalkan saja urusan "Law of Nature" ini, ya... hehehe
.
Kalo bicara soal "mungkin/nggak mungkin", ya sejak AdamHawa dciptakan pun sudah dalam status "mungkin" dong.
Sependapat
.
Sederhananya, sebaik apapun kondisi "material" ciptaannya, kalo si penciptanya nggak mampu ya tetep aja ciptaan tsb jadi "produk gagal". Sebaliknya, seburuk apapun kondisi "material" ciptaannya, kalo si penciptanya hebat ya ciptaan yg buruk itu bisa jadi sebaik yg dikehendaki penciptanya.
Cara pandang saya berbeda... hehehe.
IMO, sistem Causal itu sendiri PASTI akan menghasilkan (result-nya) binary 1/0 ---> Yes/No.
Apabila diasumsikan Allah menciptakan Manusia yang
PASTI akan selalu memilih Yes ... maka Dia tidak perlu menciptakan Causal
.
Dan, IMO terlihat jelas bahkan ditulisan bro oda yg biru bahwa itu adalah semacam strategi/taktik, ketimbang pengekspresian Kasih. Oleh sebab itu, di atas saya bilang bahwa firman warning yg diberikan ke AdamHawa adalah teks tindakan strategis/taktis Allah, bukan teks ekspresi Kasih Allah.
bold ijo.... supaya apa, bud ?
Supaya AdamHawa s/d akhirnya bisa sesuai in His image bukan ?
T a p i, ini bukan berarti bahwa saya sedang mengatakan bahwa Kasih Allah kepada AdamHAwa belum ada atau belum full pada saat itu (atau Allah masih dalam kondisi menunggu AdamHawa jatuh).
oke mengerti sekarang... so perkiraan/kesimpulan saya ttg pengertian budi tsb pada post saya sebelumnya saya nyatakan ke dirsen : SALAH ... hehehe
.
bersambung