Nah, makanya saya mau share dikit mngenai kultur karismatik, stidaknya dari sudut pandang pengalaman saya thd para pemimpin gereja tempat saya bjemaat.
Saya share ini supaya teman-teman Katolik, Protestan Injili dan lain-lain bisa punya gambaran kapan tau diskusi sama teman-teman Karismatik terkait perpuluhan dan/atau jenis psembahan lainnya.
Ini kultur ya, bukan doktrin. Harap diingat.
Saya mlihat bhw majority pengerja gereja karismatik itu memang dari sononya sudah golongan menengah ke atas. Karena itu gaya hidupnya juga otomatis menengah ke atas, cara bicaranya menegah ke atas dan pergaulannya menengah ke atas.
Krn itu bukan hal yg aneh jika saya mengatakan bhw beberapa aliran karismatik itu Tuhan arahkan utk mmenangkan golongan menengah ke atas, trutama orang-orang kaya.
Sbnrnya kultur perpuluhan itu very understandable jika Tuhan terapkan scr khusus bagi aliran karismatik.
Mngapa?
Krn mreka yg kondisi ekonominya kuat memang sharusnya mberi lebih banyak. Slain krn mampu, jg utk mngikis rasa cinta uang.
Nah, skalipun saya kurang setuju dg pngajaran yg mengasosiasikan perpuluhan 10% dg Taurat PL, tp output dari budaya perpuluhan itu terlihat dalam :
- Jemaat karismatik itu sudah terbiasa utk mnyisihkan 10% phasilannya utk Gereja.
Memang awalnya krn motivasi takut kualat, tp skrg sudah mjd kebiasaan krn praktek ini sudah sangat lazim dilakukan
- Jemaat karismatik tidak terlalu mau ambil pusing kemana persembahan mreka dialokasikan. Jemaat karismatik sudah mengembangkan kultur utk 'melepaskan' apa yg telah mreka berikan
Nah,
Kl di gereja saya, dari sepengetahuan saya, alokasi terbesar dana gereja itu adalah pd penyewaan ruang ibadah.
Gereja saya itu hanya punya sedikit skali gedung gereja krn sangat sulitnya mdapatkan ijin mbuka gereja.
Maka itu gereja kami mnyewa di gedung-gedung utk dijadikan tempat ibadah tetap bahkan kantor gereja dan sekretariat.
Hal itu butuh biaya sangat mahal.
Kmudian tentu saja krn segmennya kalangan menengah atas, maka tempat ibadahnya dbuat senyaman mungkin bagi tubuh shg jiwa dan roh dpt fokus mnyembah Tuhan.
Lalu gereja kami juga mbrikan psembahan scr berkala ke gereja mesianik di Yerusalem, menjadi donatur tetap utk beberapa gereja kecil di pelosok Indonesia (kadang-kadang Pendeta dari gereja kecil itu diundang ke Jakarta utk KKR) dan skrg ini sedang banyak mlakukan KKR keliling dengan mrangkul gereja-gereja setempat.
Anyhow, kultur di jemaat karismatik umumnya tidak mau pusing berpikir sampai kesana.
Kl sudah memberi ya sudah.
Kl mau dikorup, maka Tuhan yg akan mhakimi.
Dr yg saya tau (seingat saya ya), di gereja saya sudah pernah ada yg ketahuan nilep uang perpuluhan. Kpd mreka sudah dbrikan sanksi yg tegas dari otoritas gereja.
Ya kami juga masih belajarlah, masih jauh dari sempurna.