@CD
Kan memang beda, bro. Yang Dr. beneran gak pakai embel embel, sementara Dr. kehormatan seharusya diikuti dengan (HC), entah Honoris Causa (pengharggaan) atau Humoris Causa (becanda).
He he he he
maksud saya...
(waduh.. saya tidak bermaksud menyinggung siapa-siapa lho... suer-ewer-ewer... beneran.. sumprit....)
Gelar doktor, baik hasil sekolah maupun honorary itu adalah pencapaian AKADEMIS dalam SUATU BIDANG ILMU PENGETAHUAN..
nah...
kita kan sepakat, bahwa Definisi ILMU PENGETAHUAN..
adalah sesuatu yang DAPAT DIBUKTIKAN dengan KAIDAH-KAIDAH METODE ILMIAH..
yang SENANTIASA DI-CHALLENGE TERUS dan masih DIANGGAP BENAR sampai ketika PROVEN OTHERWISE (yg juga melalui Metodologi Ilmiah)
Makanya,
Kajian THEOLOGI itu TIDAK BISA dimasukkan dalam KATEGORI ILMU PENGETAHUAN lho...
Karena, kita tahu sendiri:
1. Jelas TIDAK BISA DIBUKTIKAN dengan Metode Ilmiah gimana-pun juga
2. Kalau tidak Ketemu Jawabannya --> maka Tinggal Tunjuk REFERENSI PRIMER satu-satu-nya yaitu Alkitab, yang TIDAK PERNAH DIBUKTIKAN KEBENARANNYA, tetapi OTOMATIS DIANGGAP PASTI BENAR, karena....... (isi sendiri... ehehe..)
3. Mau Di-CHALLENGE bagaimanapun juga, kalo mentok atau ditemukan fenomena yang bertentangan ---> maka tinggal ditulis: INILAH MISTERI ILAHI... nah lho...
4. Bahkan, kalau seseorang dalam kajian Theologia-nya TERLALU mengikuti METODOLOGI ILMIAH, maka sering di-cap --> itu mah FILSAFAT bro... BUKAN Theologi..
5. dan sebagainya....
Oleh karenanya:
1. Theologi memang BUKAN ILMU PENGETAHUAN ---> makanya Gelar Sarjana, Master, apalagi Doktor, gak tahu ya kalo Profesor ada gak ---> itu AMAT MISLEADING lho....
--> saya lebih sependapat dengan gelar Frater, Bruder, Pendeta dll.. ---> karena itu lebih ke-arah gelar / jabatan PROFESIONAL (sebagai Rohaniwan)
---> makanya saya usul gelarnya lain, misal: Kakak Rohani (mirip S1), Bapak Rohani (miripS2), Eyang Rohani (mirip S3), sehingga kalo honorary --> Eyang Honoris Causa.. ehehehe...
2. Saya sependapat bahwa Sekolah-sekolah agama seharusnya di bawah Kementrian AGAMA dan BUKAN / TIDAK BISA dibawah Kementrian Pendidikan Formal..
3. Lagian, imho, sama-sama susah & capek sekolah segitu lama... ngapain gak sekolah ILMU BENERAN sih? --> sehingga ada MANFAAT KARYA NYATA bagi Manusia & Lingkugannnya...
misal: alm Ir. Romo Mangun --> nah itu "Ir." nya yang gak pernah ditulis & gak pernah di pasang di spanduk MMT atau di iklan koran / TVC, itu adalah gelar AKADEMIS BENERAN lho..
dan dengan Ilmu Duniawi / Sekuler-nya itu, Beliau melaksanakan Karya Kerohanian-nya di Kali Code, tanpa Embel-embel JUALAN Yesus lho...
atau guru SMA saya dulu, Romo yang Sarjana Teknik Fisika, sehingga di sekolah saya ngajar-nya mata pelajaran Fisika --> betapa BERMANFAAT-nya & KARYA NYATA-nya..
ini pendapat saya lho..... suer... gak ada maksud apa-apa... cuma sharing keresahan saya aja... ehehe..