Jika Anda merasa janggal dengan yang sebelumnya, mestinya Anda gak akan setuju dengan kalimat yg di atas.
Saya sependapat karena itu "reason" dari para pihak LFW, medice
.
they reason, it cannot properly be called a free choice
ungu adalah reason para LFW karena menurut mereka pendapatnya adalah :
kalo their choice is determined or caused by anything, including their own desires ... maka itu nggak bisa properly disebut free choice.
memilih daging babi than daging ayam ==> bukanlah persoalan moralitas [free choice]
tetapi
memilih daging babi than daging ayam [dalam situasi daging babi tinngal sedikit sementara banyak orang lain juga menyukai daging babi ===> merupakan persoalan moralitas [free will]
Lalu bagaimana kalo dalam situasi diketahuinya informasi : daging babi itu ada racunnya, daging ayam tidak ada racunnya ? Kalo yg saya mengertikan, dalam "kasus" kayak begini - maka hal ini telah berubah ... bukan ttg mau makan ayam ato babi, melainkan tentang mau keracunan ato kagak ... dimana kalo informasi yg diketahui ada, yakni ada sebagian org yg makan babi langsung mati, makan ayam kagak mati ... ini bukan ttg mau keracunan ato kagak melainkan menjadi : mau mati atau kagak
.
Secara sederhana moral liberty adalah kebebasan yg berstandard moral [benar-salah].
odading ngulik sedikit ya.....
pada asumsi standard moral bernilai PLUS, "perwujudannya" menjadi TRUE apabila terpenuhi.
Ilustrasi,
standard moral : "jangan membenci sesama".
Cuplis di sikon tertentu, dan sikon ini sebetulnya seharusnya memposisikan diri Cuplis utk membenci seseorang.
Yang menjadi pertanyaan :
bagaimana kalo Cuplis itu sendiri ternyata memang
tidak timbul "kebencian" sekalipun sikon tsb "seharusnya"
(dari pov orang lain / dunia) semestinya memposisikan Cuplis utk timbul rasa benci ?
Benak saya berpendapat :
bukankah disitu jelas2 tidak ada anything yg bisa dimengertikan bhw disitu terjadi event pemilihan ? ---> dengan kata lain, Cuplis itu sendiri sudah lagi didalam state PLUS ... ataupun TRUE, karena ternyata "perwujudannya" dari biru sudah terpenuhi ?
bukankah menjadi janggal, apabila Cuplis yg didalam kondisi PLUS tsb tau2 dia pindah ke kondisi MINUS (karena dia mempunyai FREE Will) ?
Dengan adanya (dari pov saya) kejanggalan ini, mengapa sepertinya istilah FREE Will itu aplikasinya ke pengertian vice-versa-nya kondisi Cuplis pada ilustrasi diatas ? sbb :
Cuplis di sikon tertentu, sikon ini memposisikan
(menyebabkan) state Cuplis = MINUS (yakni ada rasa benci), biru tidak terpenuhi. Dari sini, dikatakan istilah FREE Will berperan : apakah Cuplis tetep di kondisi MINUS, ataokah pindah ke kondisi PLUS ... yakni memenuhi terpenuhinya biru supaya menjadi TRUE.
Apakah medice juga ketemu adanya "kejanggalan" yg seperti saya paparkan diatas ?
.
Makasih atas masukan2 medice.
salam.