Bro Oda,
Dlm mbaca artikel ini, Bro harus mmahami dan mnyiapkan pmikiran bhw artikel ini muncul akibat pbedaan paham akan definisi 'free-will' antara Calvinist dg Arminianist.
Iya, saya terus terang emang belon nangkep sepenuhnya maksud artikel tsb, siip... cuma karena udah kburu gatel aja, maka saya nge-post.. hehehe...
.
Definisi free-will itu bisa jadi :
1. doing what you want to do even if you could not do otherwise ----> Intinya adalah melakukan apa yang diinginkan, atau
2. power of contrary choice -----> Intinya adalah punya peluang melakukan hal yg berbeda.
Aku rasa kata "contrary" disitu cukup jelas utk bisa disimpulkan "berlawanan" - ketimbang "berbeda", siip
.
Yg saya tangkep kira2 sbb :
Tanpa grace, sinners tidak bisa berbuat yang lain lagi selain perbuatannya selalu menentang Allah. Sinners tidak bisa memilih yg PLUS (+)-nya di pov Allah (di pov manusia : tidak menentang Allah), karena pilihan itu sendiri (utk tidak menentang Allah) tidak/belum ada sehubungan tidak/belum adanya grace ---> dgn begitu, mao gak mao ... segala apa yg diperbuat sinners pasti selalu MINUS (-) di pov Allah.
Nah, setelah adanya grace - maka sinners mendapat "power of contrary choice" ---> yakni, sinners sekarang sudah bisa mempunyai dua pilihan yg berkontradiksi ---> apakah melakukan yg PLUS (di pov Allah) ataukah memilih yg MINUS (di pov Allah).
Bukan bgitu maknanya Bro.
Itu rada maksakan konsep Bro ke konteks ini.
Compatibilist berkata :
Ktika sso makan pizza krn dia mau makan pizza dan tidak ada paksaan, maka itu free-will, entahkah disana cuma ada pizza atau ada juga spagheti.
Ya emang begitu kok yang saya maksudkan siip.
Sekarang kalo tak tambahin kondisinya :
Ketika cuma ada pizza, dan
dia tidak mau makan itu pizza, masih bisa dibilang "free"will juga kan, siip ?
Ybs bebas utk "mao" ataupun "tidakmao", selama tidak ada tekanan/pengaruh eksternal/paksaan (yg biasa saya istilahkan informasi).
Yg bukan free-will adalah :
Sso ditodong senjata dan terpaksa makan pizza pdhl dia mau memakan yg lain.
Nah, sekarang saya ganti kondisinya :
Yang ada cuma pizza, Cuplis tidak mau makan itu pizza. Namun dia ditodong utk makan pizza dgn pilihan biner-oposisi : makan gak ditembak mati - tidak makan ditembak mati. Akhirnya Cuplis terpaksa makan itu pizza, KARENA dia tidak mau mati. Bukankah disini juga tidak bisa dikatakan freewill, siip ?
Jd disini yg disorot adalah 'tindakan yg dilakukan karena keinginan'.
Ya... Cuplis melakukan tindakan makan itu pizza BUKAN karena murni internal dia (self desire) ---> karena self-desire yang ada saat itu adalah : Cuplis tidak mau mati berdsrkan sikon yg terjadi tsb ... BUKAN lagi urusan self-desire Cuplis yang :
pdhl dia mau memakan yg lain .
Makanya saya bilang menjadi sulit apabila dikerucutkan ke biner oposisi. Karena dari contoh diatas, pembahasan "mao makan / tidakmakan" itu sudah menjadi pembahasan "mau mati ato kagak ?"
.
Tp dalam konsep compatibilist, disitu ada determinisme.
Dlm artian, keinginan manusia itu terbatas oleh determinisme yg ia alami.
Lah ya itu dah... emang begitu maksud saya... makanya saya pan nebak dirsen, bhw saya ada di compatibilist.
Selama bold tidak terkait informasi2 eksternal (kondisi, situasi, dll) yg bersifat biner-oposisi ... maka
keinginan manusia itu masih bisa dikatakan "bebas".
Mungkin contohnya bgini:
Krn ia orang italia, maka free-will-nya terbatas antara memilih pizza atau spagheti (ini hanya ilustrasi sderhana, tolong jangan diperluas dlm kasus nyata). Krn ia italia, maka free-will-nya tidak terarah utk mmilih sushi.
Pertanyaannya, bisa atau kagak (possible or not) orang italia ini utk makan sushi - terlepas dari suka/tidak sukanya dia akan sushi ? Dari dunia posibilitas, jawabannya : Possible.
Di sisi lain,
Arminianist cndrg menyorot ke 'power of contrary choice'.
Jd kl seseorang makan pizza krn menunya hanya ada pizza, maka itu bukan free-will.
Nah kalo kalimatnya begitu, ya bener kalo gitu - saya sependapat
.
Karena akan menjadi janggal apabila diajukan pertanyaan yg seperti model posibilitas saya diatas itu yg ngerujuk ke aksi makannya. Lakukan makan pizza / TidakLakukan makan pizza itu = tidak bisa dikatakan pilihan. Patuh / TidakPatuh - Surga/Neraka = tidak bisa dikatakan pilihan. Yes/No ataupun On/Off = tidak bisa dikatakan pilihan
.
Harus ada kondisi dimana sso dihadapkan pd kemungkinan memakan yg lain, barulah tindakannya itu dilandasi free-will.
Ya... saya sependapat. Tetapi tetep didalam syarat bhw pilihan makanan yg lain itu - tidak menimbulkan mengerucutnya ke biner oposisi dimana informasi "hukum"nya diketahui si pemakan.
Tapi justru bukan seperti yg saya paparkan diataslah "power of contrary choice"nya Arminian. Freewill Arminian itu = mempunyai kebebasan utk memilih yang plus ataukah yang minus.
Di dalam 'power of contrary choice' ini terkandung kemampuan memilih di luar determinisme.
Dlm contoh tadi, si italia punya kemampuan mengingini sushi.
Entah juga sih ya ... namun sekali lagi, aku rasa maksud kata "contrary" disitu adalah sesuatu yang berlawanan siip
. Sushi disitu kan sama sama makanan
.
Tetapi siip diatas juga menulis DILUAR determinisme. Dengan begitu inilah kontra-nya. Karena kalo ada yg diluar, maka ada yg didalam determinisme.
bersambung.