Manusia modern hadir di bumi 200 ribu tahun lalu

[siip]

Tetapi, kalau bicara science atau fakta fakta ilmiah di dunia, saya lebih percaya science dibanding 'tafsiran' Alkitab lho, om.

 

Ya ndak apa Om,
Asal ingat saja bhw 'tafsiran' science pun masih subject to change.
Ya siap-siap aja mrubah 'pnafsiran' stiap ada temuan-temuan baru.

[salt]

Lhoh, kalau science itu hukumnya memang selalu berubah ke arah semakin baik/sempurna, om

[Phooey]

Damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus menyertai FIKkers sekalian.

Sekedar info tambahan, tadi pagi, saya mendengar berita dari suatu siaran TV Nasional, bahwa Gunung Toba meletus sudah tiga kali. Kalo tidak salah tangkap, letusaan terakhir terjadi sekitar 700.000 tahun nan silam. Itulah yang membentuk Danau Toba. Dan kalau benar sel laki-laki 'muncul' pada 209.000 tahun yang silam, berarti ketika letusan Gunung Toba itu, belum ada manusia laki-laki di bumi.

Damai, damai, damai.

keliatannya yang bener pendapat saya nih.
jadi menurut waktu Tuhan adalah hari ke 6 atau menurut waktu manusia -+ 120 ribu tahun lalu, ditempatkan manusia di bumi ini

 

[Husada]

keliatannya yang bener pendapat saya nih.
jadi menurut waktu Tuhan adalah hari ke 6 atau menurut waktu manusia -+ 120 ribu tahun lalu, ditempatkan manusia di bumi ini

 

Maksud Phooey, Tuhan membahasakan waktu-Nya menggunakan bahasa manusia, tetapi tidak memberi clue 1 hari waktu Tuhan sama dengan berapa tahun waktu manusia, begitu?

[Gavin Tuturuga]

Lhoh, kalau science itu hukumnya memang selalu berubah ke arah semakin baik/sempurna, om

Om..

Pernah naik ke puncak gunung, enggak ?

Saya pernah.
Ketika di puncak, itu ada banyak jalan/track untuk turun kembali.

Nah, kalau om salah pilih jalan dari awal (dari puncak maksudnya) itu si Om ngga akan sampai kembali  ke tempat yang sama.
Sedikit saja melenceng, si om pasti tersesat.

Sama juga dengan SCIENCE.
Science memang selalu berubah, itu saya setuju.
Tapi apakah science menuju ke arah yg benar ? Itu saya ragu, om.


Pada awal science muncul itu bisa diibaratkan kita berada di puncak gunung.
Kita ingin turun gunung, tetapi kita tidak memiliki pengetahuan dari arah mana kita naik gunung itu.

Science tidak tahu apakah "langkah awal" mereka sudah benar.

Sebab manusia tidak pernah mengetahui apakah science telah mengambil "jalan awal" yg benar.

Scientist cuma 'beriman' (sama seperti kita). Mereka percaya (baca - berasumsi) bahwa tapak pertama mereka sudah ke arah yg benar.

[siip]

Om..

Pernah naik ke puncak gunung, enggak ?

Saya pernah.
Ketika di puncak, itu ada banyak jalan/track untuk turun kembali.

Nah, kalau om salah pilih jalan dari awal (dari puncak maksudnya) itu si Om ngga akan sampai kembali  ke tempat yang sama.
Sedikit saja melenceng, si om pasti tersesat.

Sama juga dengan SCIENCE.
Science memang selalu berubah, itu saya setuju.
Tapi apakah science menuju ke arah yg benar ? Itu saya ragu, om.


Pada awal science muncul itu bisa diibaratkan kita berada di puncak gunung.
Kita ingin turun gunung, tetapi kita tidak memiliki pengetahuan dari arah mana kita naik gunung itu.

Science tidak tahu apakah "langkah awal" mereka sudah benar.

Sebab manusia tidak pernah mengetahui apakah science telah mengambil "jalan awal" yg benar.

Scientist cuma 'beriman' (sama seperti kita). Mereka percaya (baca - berasumsi) bahwa tapak pertama mereka sudah ke arah yg benar.

Wowwww!!!
Saya baca sampai speechless dan sangat terharu!

Good one, Sobb!

[salt]

Om..

Pernah naik ke puncak gunung, enggak ?

Saya pernah.
Ketika di puncak, itu ada banyak jalan/track untuk turun kembali.

Nah, kalau om salah pilih jalan dari awal (dari puncak maksudnya) itu si Om ngga akan sampai kembali  ke tempat yang sama.
Sedikit saja melenceng, si om pasti tersesat.

Om, pernah dengar alat yang bernama GPS gak, om?
Alat itu dibuat berdasarkan sains lho.

[Gavin Tuturuga]

Om, pernah dengar alat yang bernama GPS gak, om?
Alat itu dibuat berdasarkan sains lho.

Jadi gini om ya...

Hanya karena GPS itu dibuat berdasar science, bukan berarti science telah menuju ke arah "jalan" yang benar.

Waktu "turun gunung" itu banyak "track" yang kelihatannya benar,.. tapi enggak tau  kalau track itu membawa ke jalan yg benar.

tul ngga ?

[salt]

Jadi gini om ya...

Hanya karena GPS itu dibuat berdasar science, bukan berarti science telah menuju ke arah "jalan" yang benar.

Waktu "turun gunung" itu banyak "track" yang kelihatannya benar,.. tapi enggak tau  kalau track itu membawa ke jalan yg benar.

tul ngga ?

Lhoh, om, waktu ke atas gunung kan gak tiba tiba sampai di sana ya?
Pasti dengan cara naik sedikit demi sedikit dari kaki gunung, nah track memory GPS nya dipakai dong.
He he he he he.

 

[odading]

"pendamaian"nya :

Scientist cuma 'beriman' (sama seperti kita). Mereka percaya (baca - berasumsi) bahwa tapak pertama mereka sudah ke arah yg benar.

Selama dunia/bumi belon berakhir dan masih ada manusia bernafas, Science belum kelar.

Selama individu person manusia masih nafas maka iman percaya belon kelar.

Di event ketika turun gunung berpedomankan GPS, that present time belon nyampe tujuan. Kita masih dalam taraf percaya/yakin bhw GPS akan menuntun sampe di tujuan.

Dan dalam berpedomankan GPS - masih perlu juga pengetahuan : map-nya updated dan akurat ato kagak ? kalo map kedaluarsa / nggak akurat, bisa2 nyampenya entah dimana... kayak pengalaman pribadi saya make GPS yg map-nya gak akurat malah jadi nyasar .


salam.

[salt]

"pendamaian"nya :
 Selama dunia/bumi belon berakhir dan masih ada manusia bernafas, Science belum kelar.

Selama individu person manusia masih nafas maka iman percaya belon kelar.

Di event ketika turun gunung berpedomankan GPS, that present time belon nyampe tujuan. Kita masih dalam taraf percaya/yakin bhw GPS akan menuntun sampe di tujuan.

Dan dalam berpedomankan GPS - masih perlu juga pengetahuan : map-nya updated dan akurat ato kagak ? kalo map kedaluarsa / nggak akurat, bisa2 nyampenya entah dimana... kayak pengalaman pribadi saya make GPS yg map-nya gak akurat malah jadi nyasar .


salam.

Apakah anda aktifkan memory track nya sebelum berangkat? Jadi saat anda pulang anda tinggal ikuti kebalikannya. Walaupun tidak ada map nya tinggal ikuti jalurnya saja kan?

[odading]

Apakah anda aktifkan memory track nya sebelum berangkat? Jadi saat anda pulang anda tinggal ikuti kebalikannya. Walaupun tidak ada map nya tinggal ikuti jalurnya saja kan?

"problem"nya :
saya belon pernah ke tempat yang saya ingin tuju, salt

Jadi maksud saya disini, penggunaan GPS tsb bukan ttg perihal "kembali" dari point-B ke point-A (dimana saya bisa tinggal aktifin record/memory tracknya) ... melainkan ketika "berangkat" dari point-A ke point-B yg belum pernah saya pergi-in .

[salt]

"problem"nya :
saya belon pernah ke tempat yang saya ingin tuju, salt

Jadi maksud saya disini, penggunaan GPS tsb bukan ttg perihal "kembali" dari point-B ke point-A (dimana saya bisa tinggal aktifin record/memory tracknya) ... melainkan ketika "berangkat" dari point-A ke point-B yg belum pernah saya pergi-in .

Lho, kan saya reply om Gavin :

Jadi gini om ya...

Hanya karena GPS itu dibuat berdasar science, bukan berarti science telah menuju ke arah "jalan" yang benar.

Waktu "turun gunung" itu banyak "track" yang kelihatannya benar,.. tapi enggak tau  kalau track itu membawa ke jalan yg benar.

tul ngga ?

Jadi kalau bisa naik, pasti bisa turun, kalau pakai GPS pasti gak kesasar.

[cadangdata]

kalo mnrt saya sih...

Tuhan menganugerahkan science kepada manusia itu untuk bisa never-ending improvement dalam kehidupannya di dunia ini sih..

dan saya kok masih cukup yakin, bahwa science tidak bakal bisa menjawab semua unanswered questions sih..
sebabnya:
- Setiapkali science membantu kita menjawab SATU unanswered QUESTION..
- maka hampir PASTI, akan TIMBUL BEBERAPA UNANSWERED questions LANJUTANNYA...

jadi engga perlu khawatir akan kehabisan pertanyaan sih.. ehehe..

dan jelas banget bahwa Science itu BUKAN LAWAN KATA dari Iman kan?
melainkan keduanya adalah Anugerah Tuhan yang complementary lho, yang dianugerahkan secara ekslusif dan limited edition cuma buat manusia lho...

[Husada]

kalo mnrt saya sih...

Tuhan menganugerahkan science kepada manusia itu untuk bisa never-ending improvement dalam kehidupannya di dunia ini sih..

dan saya kok masih cukup yakin, bahwa science tidak bakal bisa menjawab semua unanswered questions sih..
sebabnya:
- Setiapkali science membantu kita menjawab SATU unanswered QUESTION..
- maka hampir PASTI, akan TIMBUL BEBERAPA UNANSWERED questions LANJUTANNYA...

jadi engga perlu khawatir akan kehabisan pertanyaan sih.. ehehe..

dan jelas banget bahwa Science itu BUKAN LAWAN KATA dari Iman kan?
melainkan keduanya adalah Anugerah Tuhan yang complementary lho, yang dianugerahkan secara ekslusif dan limited edition cuma buat manusia lho...

Sependapat.
Maka di benak saya, antara science dan faith itu seperti pasangan rel kereta yang tidak akan berpotongan. Kalo berpotongan, maka kereta tidak akan bisa berfungsi.