Author Topic: Unitatis Redintegratio  (Read 717 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Unitatis Redintegratio
« on: January 31, 2014, 11:42:09 PM »
- BAB TIGA –

GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI YANG TERPISAH DARI TAKHTA APOSTOLIK DI ROMA

13. Perhatian kita arahkan kepada dua golongan perpecahan utama, yang menimpa jubah Kristus yang tidak berjahit, hanya satu tenunan saja.

Perpecahan pertama terjadi di Timur, akibat perdebatan tentang perumusan-perumusan dogmatis Konsili Efesus dan Khalkedon, dan kemudian akibat perpecahan persekutuan gerejawi antara Patriarkat-Patriarkat Timur dan Takhta Roma.

Perpecahan lainnya, sesudah lebih dari empat abad, timbul di Barat akibat peristiwa-peristiwa, yang secara keseluruhan disebut “Reformasi. Sejak itu banyak persekutuan, yang bersifat nasional maupun konfesional (menyangkut ikrar iman), terceraikan dari Takhta di Roma. Diantara persekutuan-persekutuan, yang tetap melestarikan sebagian tradisi-tradisi maupun struktur-struktur katolik, yang mempunyai posisi istimewa ialah Persekutuan aglikan.

Adapun pelbagai kelompok yang terpisah itu banyak berbeda satu dengan lainnya, bukan hanya berdasarkan asal-usul, tempat ataupun zamannya, melainkan pertama-tama karena hakekat maupun bobot masalah-persoalan, yang menyangkut iman dan struktur gerejawi.

Oleh karena itu Konsili ini tidak menganggap remeh situasi pelbagai golongan kristen yang serba aneka itu. Kendati adanya perpecahan itu, Konsili tidak pula mengabaikan hubungan-hubungan antar golongan yang masih ada. Konsili menetapkan untuk menyajikan pertimbangan-pertimbangan berikut, untuk dengan bijaksana menjalankan kegiatan-kegiatan ekumenis.

-next-
« Last Edit: January 31, 2014, 11:46:21 PM by ond32lumut »
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Unitatis Redintegratio
« Reply #1 on: January 31, 2014, 11:44:03 PM »
I. TINJAUAN KHUSUS – TENTANG GEREJA-GEREJA TIMUR

14. (Semangat dan sejarah Gereja-Gereja Timur)

Sudah berabad-abad lamanya Gereja-Gereja Timur dan Barat menempuh perjalanan masing-masing, namun tetap berhubungan karena persekutuan persaudaraan dalam iman dan kehidupan sakramental. Sementara itu berdasarkan persetujuan Takhta di Roma ikut memainkan peranan, bila antara Gereja-Gereja itu timbul sengketa tentang iman dan tata-tertib. Konsili suci – diantara hal-hal lain yang penting sekali – berkenan mengingatkan kepada segenap umat beriman, bahwa di Timur banyaklah Gereja-Gereja khusus atau setempat yang berkembang dengan subur. Diantaranya yang terpenting ialah Gereja-Gereja patriarkal. Cukup banyak diantaranya membanggakan para Rasul sendiri sebagai asal-usulnya. Maka dari itu di kalangan Gereja-Gereja Timur telah dan masih tetap diutamakan usaha yang istimewa untuk melestarikan hubungan -hubungan kekerabatan dalam persekutuan iman dan cinta kasih, yang harus tetap terjalin antara Gereja-Gereja setempat, bagaikan antra saudari.

Jangan pula dilupakan, bahwa Gereja-Gereja Timur sejak awal mula mengemban harta-kekayaan, yang cukup banyak unsur-unsurnya di bidang Liturgi, dalam tradisi rohani maupun perihal tata-hukum tersalurkan ke dalam gereja Barat. Janganlah kurang dihargai pula, bahwa dogma-dogma fundamental iman kristiani tentang Tritunggal dan Sabda Allah yang menjelma dari Perawan Maria telah resmi ditetapkan dalam Konsili-Konsili ekumenis yang diselenggarakan di Timur. Untuk mempertahankan iman itu Gereja-Gereja Timur telah dan tetap masih masih menanggung banyak penderitaan.

Pusaka iman yang diwariskan oleh para rasul telah diterima dalam aneka bentuk dan dengan berbagai cara. Kemudian sejak awal mula Gereja warisan itu di pelbagai tempat telah diuraikan dengan aneka cara sesuai pula dengan majemuknya keunggulan akal budi dan kenyataan-kenyataan hidup. Itu semua, disamping faktor-faktor lahiriah, juga karena kurangnya saling pengertian dan saling cinta kasih, telah membuka pintu bagi perpecahan-perpecahan.

Oleh karena itu Konsili suci mendorong siapa saja, tetapi terutama mereka, yang bermaksud memperjuangkan pemulihan persekutuan sepenuhnya yang diinginkan antara Gereja-Gereja Timur dan Gereja katolik, supaya mereka memberi perhatian yang sewajarnya kepada situasi istimewa Gereja-Gereja Timur yang telah muncul dan berkembang, begitu pula pada corak dan hubungan-hubungan, yang semula, sebelum perpecahan, ada antara Gereja-Gereja itu dan Takhta di Roma, pun juga supaya mereka dengan seksama membentuk penilaian mereka tentang itu semua. Bila semuanya itu dipatuhi dengan cermat, akan sangat membantu untuk menjalin dialog yang dimaksudkan.

-next-
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Unitatis Redintegratio
« Reply #2 on: January 31, 2014, 11:45:13 PM »
15. (Tradisi Liturgi dan hidup rohani dalam Gereja-Gereja Timur)

Semua orang mengetahui juga, betapa umat kristen Gereja-Gereja Timur sepenuh hati melaksanakan Liturgi suci, terutama peryaan Ekaristi, sumber kehidupan Gereja dan jaminan kemuliaan di masa yang akan datang. Perayaan itu bagi umat beriman dalam persatuan dengan Uskup membuka jalan untuk menghadap Allah Bapa dengan perantaraan Putera, Sabda yang menjelma, menderita sengsara dan dimuliakan, dalam pencurahan Roh Kudus, dan memasuki persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus, “ikutserta menghayati kodrat ilahi (2Ptr 1:4). Maka melalui perayaan Ekaristi Tuhan di masing-masing Gereja itu, Gereja Allah di bangun dan berkembang[26]], dan persekutuan Gereja-Gereja itu ditampakkan melalui konselebrasi.

Dalam ibadat Liturgi itu umat Gereja-Gereja Timur dengan kidung-kidung yang amat indah mengagungkan Santa Maria selalu Perawan, yang oleh Konsili ekumenis Efesus secara resmi dimaklumkan sebagai Bunda Allah yang suci, supaya Kristus sungguh-sungguh dan dalam arti yang sejati diakui sebagai Putera Allahdan Putera manusia menurut Kitab Suci. Umat Gereja-Gereja Timur juga menghormati dan memuji banyak orang kudus, diantara mereka para Bapa Gereja semesta.

Sungguhpun terpisah, Gereja-Gereja Timur mempunyai Sakramen-Sakramen yang sejati, terutama berdasarkan pergantian apostolik, Imamat dan Ekaristi. Melalui Sakramen-Sakramen itu mereka masih berhubungan erat sekali dengan kita. Maka dari itu suatu kebersamaan dalam perayaan Sakramen-Sakramen, bila situasi memang menguntungkan dan dengan persetujuan Pimpinan gerejawi, bukan hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan.

Di Timur terdapat kekayaan tradisi-tradisi rohani, yang terutama terungkap dalam perihidup para rahib. Sebab disitu sejak zaman kekayaan para Bapa kudus berkembanglah spiritualitas monastik, yang kemudian menjalar ke kawasan Gereja barat. Spiritualitas itulah yang menjadi sumber bagi lembaga hidup religius dalam Gereja Latin, dan kemudian memberinya daya-kekuatan baru. Maka dari itu sangat dianjurkan, supaya umat katolik lebih sering menikmati kekayaan rohani para Bapa Gereja Timur, yang mengangkat manusia seutuhnya untuk merenungkan misteri ilahi.

Hendaknya semua menyadari betapa sangat pentinglah mengenal, menghormati, melestarikan dan mendukung pusaka-warisan Liturgi dan hidup rohani Gereja-Gereja Timur yang kaya sekali, untuk dengan setia melindungi kepenuhan tradisi kristen, dan untuk mewujudkan pendamaian umat kristen gereja-Gereja Timur dan Barat.

16. (Tata-tertib khas Gereja-Gereja Timur)

Selain itu sudah sejak awal mula Gereja-Gereja Timur mematuhi tata-tertib mereka sendiri, yang telah dikukuhkan oleh para Bapa kudus dan Sinode-Sinode, juga yang bersifat ekumenis. Adanya kemacam-ragaman adat-istiadat serta kebiasaan-kebiasaan, seperti sudah dikemukakan, sama sekali tidak menghalang-halangi kesatuan Gereja, bahkan menambah seri-semaraknya dan tidak sedikit membantu pelaksanaan perutusannya. Maka untuk menghilangkan segala keragu-raguan, Konsili menyatakan, bahwa Gereja-gereja timur – seraya tetap menyadari pentingnya kesatuan Gereja semesta – dapat mengatur peri hidup mereka dengan leluasa seturut tata-tertib mereka sendiri, karena lebih sesuai dengan sifat perangai umat mereka, dan lebih memadai untuk memelihara kesejahteraan umat. Sempurnanya pelaksanaan asas tradisional itu, yang tidak selalu tercapai, termasuk prasyarat yang sungguh perlu dipenuhi untuk memulihkan kesatuan.

17. (Ciri khas Gereja-gereja Timur berkenaan dengan soal-soal ajaran)

Apa yang telah di uraikan tentang keanekaragaman yang sewajarnya, Konsili berkenan menyatakan juga tentang pelbagai perumusan teologis ajaran-ajaran. Sebab, untuk mendalami kebenaran yang diwahyukan, di Timur dan di Barat telah ditempuh bermacam-macam metode dan upaya untuk mengenal misteri ilahi dan merumuskan iman akannya. Maka tidak mengherankan, bahwa berbagai aspek misteri yang diwahyukan ada kalanya lebih seksama ditangkap dan lebih jelas diungkapkan oleh pihak tertentu dari pada oleh pihak lain, sehingga pelbagai perumusan teologis tidak jarang lebih tepat dipandang saling melengkapi dari pada saling bertentangan. Mengenai tradisi-tradisi teologis Gereja-gereja Timur yang otentik, harus diakui bahwa tradisi-tradisi itu memang berakar secara mantap dalam Kitab Suci, diteguhkan dan diungkapakan oleh kehidupan liturgis, diperkaya oleh tradisi apostolik yang hidup maupun karya tulis para bapa gereja Timur serta para penulis hidup rohani. Tradisi-tradisi itu mengantar umat kepada pola hidup yang baik, bahkan juga kepada kontemplasi kebenaran kristen sepenuhnya.

Konsili melambungkan syukur kepada Allah, bahwa banyak putera-puteri Gereja katolik dari ritus Timur, yang melestarikan pusaka-warisan itu dan ingin menghayatinya secara lebih murni dan lebih utuh, sudah hidup dalam persekutuan penuh dengan saudara-saudari yang termasuk tradisi barat. Konsili menyatakan, bahwa seluruh pusaka-warisan di bidang hidup rohani dan liturgi, tata-tertib gerejawi dan teologi, beserta bermacam-ragam tradisi-tradisinya, termasuk kepenuhan katolisitas dan apostolitas Gereja.

18. (penutup)

Menyadari semuanya itu sepenuhnya, Konsili suci ini membaharui apa yang pernah dinyatakan oleh Konsili-Konsili di masa lampau dan oleh para Paus, yakni : untuk memulihkan dan melestarikan persekutuan serta kesatuan perlulah tidak menaruh beban lebih berat dari yang memang sungguh diperlukan(Kis15:28). Konsili meminta dengan sangat pula, supaya selanjutnya semua usaha ditujukan untuk setapak demi setapak mencapai kesatuan itu, di pelbagai unsur kelembagaan serta bentuk-bentuk kehidupan Gereja, terutama dalam doa dan dialog persaudaraan tentang ajaran-ajaran maupun kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak akan reksa pastoral pada zaman sekarang. Begitu pula Konsili menganjurkan kepada para Gembala serta umat Gereja katolik untuk menjalin hubungan-hubungan dengan mereka, yang tidak hidup di Timur lagi, melainkan merantau jauh dari tanah air. Maksudnya supaya makin meningkatlah kerja sama persaudaraan dengan mereka itu dalam semangat cinta kasih, dengan menyisihkan segala segala keinginan untuk bersaing. Kalau usaha itu digiatkan sepenuh hati, Konsili suci menharapkan, supaya robohlah dinding pemisah antara Gereja Barat dan Gereja Timur, pada akhirnya terwujudlah kediaman satu-satunya, dibangun atas Batu Penjuru, yakni Kristus Yesus, yang akan menyatukan kedua pihak.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Unitatis Redintegratio
« Reply #3 on: January 31, 2014, 11:48:35 PM »
II. GEREJA-GEREJA DAN JEMAAT-JEMAAT GEREJAWI YANG TEPISAH DI DUNIA BARAT

19. (Situasi khusus Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat)

Gereja-Gereja dan Jemaat-jemaat gerejawi, yang pada masa krisis parah sekali, – krisis itu di Barat sudah mulai menjelang akhir Abad pertengahan, – atau sesudah itu, telah terpisahkan dari Takhta Apostolik di Roma, masih tetap mempunyai ikatan dengan Gereja katolik karena kekerabatan yang istimewa serta hubungan-hubungan berkat kehidupan umat kristen dalam satu persekutuan gerejawi selama abad-abad sebelumnya.

Akan tetapi Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat gerejawi itukarena beragamnya asal-usul, ajaran dan hidup rohani tidak sedikit pula berbeda bukan hanya dari kita, melainkan juga antara mereka sendiri. Maka sukar sekali memberi gambaran semestinya tentang mereka. Dan itu memang tidak kami maksudkan di sini.

Sungguhpun gerakan ekumenis dan kerinduan untuk berdamai dengan Gereja katolik belum dimana-mana merupakan arus yang kuat, kami berharap, supaya dalam hati segenap umat kristen semangat ekumenis dan sikap saling menghargai lambat-laun makin berkembang.

Akan tetapi harus diakui, bahwa antara Gereja-Gereja serta Jemaat-Jemaat itu dan Gereja katolik masih terdapat perbedaan-perbedaan cukup penting, bukan hanya yang bersifat historis, sosiologis, psikologis dan budaya, melainkan terutama menyangkut cara menafsirkan kebenaran yang diwahyukan. Supaya kendati perbedaan-perbedaan itu dialog ekumenis dapat lebih mudah diadakan, dalam artikel-artikel berikut kami bermaksud mengutarakan apa yang dapat dan harus merupakan dasar maupun dorongan bagi dialog itu.

20. (Iman akan Kristus)

Yang kami maksudkan pertama-tama ialah umat kristen, yang secara terbuka mengikrarkan iman akan Yesus Kristus sebagai Allah dan Tuhan serta Pengantara tunggal antara Allah dan manusia, demi kemuliaan Allah yang Esa, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Memang kami menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang cukup berarti dengan ajaran Gereja katolik juga tentang Kristus Sabda Allah yang menjelma serta karya penebusan-Nya, kemudian tentang misteri serta pelayanan Gereja, begitu pula tentang peranan Mariadalam karya penyelamatan. Tetapi kami bergembira menyaksikan saudara-saudari yang terpisah mengarahkan pandangan kepada Kristus selaku sumber dan pusat persekutuan gerejawi. Tersentuh oleh kerinduan akan persatuan dengan Kristus, mereka terdorong untuk semakin mengusahakan kesatuan, pun juga untuk memberi kesaksian iman mereka ditengah bangsa-bangsa dimanapun juga.

-next-
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Unitatis Redintegratio
« Reply #4 on: January 31, 2014, 11:49:45 PM »
21. (Pendalaman Kitab Suci)

Cinta serta sikap hormat – hampir-hampir ibadat bakti – terhadap Kitab Suci menggerakkan saudara-saudari kita untuk terus menerus dan dengan tekun mendalami Kitab Suci : sebab Injil “merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan siapapun yang beriman, pertama orang yahudi, kemudian orang Yunani (Rom 1:16).

Sambil menyerukan Roh Kudus, mereka mencari dalam Kitab Suci Allah sendiri, yang bagaikan menyapa mereka dalam Kristus, yang dinubuatkan oleh para Nabi, Sabda Allah yang menjelma untuk kita. Dalam Kitab Suci mereka renungkan hidup Kristus serta apa saja yang diajarkan dan diperbuat oleh Sang Guru ilahi demi keselamatan manusia, terutama misteri wafat serta kebangkitan-Nya.

Tetapi, sedangkan umat kristen yang tercerai dari kita mengakui kewibawaan ilahi Kitab Suci, mereka – dengan cara yang berbeda-beda antara mereka sendiri – berpandangan lain dengan kita mengenai hubungan antara Kitab Suci dan Gereja. Sebab menurut iman katolik Wewenang Mengajar yang otentik berada dalam posisi yang istimewa dalam menguraikan dan mewrtakan Sabda Allah yang termaktub.

Akan tetapi dalam dialog sendiri sabda Allah merupakan upaya yang luar biasa dalam tangan Allah yang penuh kuasa untuk mencapai kesatuan, yang oleh Sang Penyelamat ditawarkan kepada semua orang.

22. (Hidup sakramental)

Berkat Sakramen babtis, bilaman pun itu diterimakan dengan semestinya menurut ketetapan Tuhan, dan diterima dengan disposisi batin yang selayaknya, manusia sungguh disaturagakan dalam Kristus yang disalibkan dan dimuliakan, serta dilahirkan kembali untuk ikut serta menghayati hidup ilahi, menurut sabda rasul: “kalian telah dikuburkan bersama Dia dalam baptis; dalam Dia pula kalian telah bangkit berkat iman akan karya Allah, yang telah membangkitkan-Nya dari kematian (Kol 2:12)[28]].

Maka Baptis merupakan ikatan sakramental kesatuan antara semua orang yang dilahirkan kembali karenanya. Akan tetapi Baptis sendiri baru merupakan awal-mula dan titik-tolak, sebab seluruhnya tertujukan untuk memperoleh kepenuhan hidup dalam Kristus. Oleh karena itu Baptis terarahkan kepada pengikraran iman yang seutuhnya, kepada integrasi sepenuhnya ke dalam tata-keselamatan seperti dimaksudkan oleh Kristus sendiri, akhirnya kepada integrasi seutuhnya ke dalam persekutuan Ekaristi.

Jemaat-jemaat gerejawi yang terpisah dari kita tidak bersatu sepenuhnya dengan kita berdasarkan Baptis; dan kita percaya bahwa mereka, terutama karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakekat misteri Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya. Kendati begitu, bila dalam Perjamuan Kudus mereka mengenangkan wafat dan kebangkitan Tuhan, mereka mengimani, bahwa kehidupan terdapat dalam persekutuan dengan Kristus, dan mereka mendabakan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan. Oleh karena itu ajaran tentang Perjamuan Tuhan, Sakramen-Sakramen lainnya, ibadat serta pelayanan-pelayanan Gereja harus merupakan bahan dialog.

-next-
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Unitatis Redintegratio
« Reply #5 on: January 31, 2014, 11:52:10 PM »
23. (Kehidupan dalam Kristus)

Hidup kristen saudara-saudari itu tumbuh berkat iman akan Kristus, dan berkembang karena rahmat baptis dan dengan mendengarkan Sabda Allah. Hidup itu nampak dalam doa pribadi, dalam renungan tentang Kitab Suci, dalam kehidupan keluarga kristen, dalam ibadat jemaat yang berhimpun untuk memuji Allah. Selain itu ibadat mereka acap kali menampilkan dengan jelas unsur-unsur liturgi kuno yang bersifat umum bagi umat umat kristen.

Iman akan Kristus berbuah dalam pujian dan ucapan syukur atas kurnia-kurnia yang diterima dari Allah. Kecuali itu terdapat rasa keadilan yang peka dan cinta ksih yang tulus terhadap sesama. Iman yang mewujud dalam tindakan-tindakan nyataitu memperbuahkan cukup banyak lembaga juga untuk meringankan penderitaan rohani maupun jasmani, untuk mengembangkan pendidikan kaum muda, untuk menjadikan kondisi-kondisi sosial kehidupan lebih manusiawi, untuk menciptakan perdamaian di mana pun juga.

Meskipun banyak juga diantara umat kristen, yang dibidang moral tidak selalu memberikan tafsiran yang sama tentang Injil seperti umat katolik, dan tidak menyetujui cara-cara yang sama untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat zaman sekarang yang cukup sulit, tetapi seperti kita mereka pun hendak berpegang teguh pada sabda Kristus sebagai sumber keutamaan kristen, serta mematuhi perintah Rasul: “Apa pun yang kalian lakukan dengan kata-kata maupun perbuatan, itu semua hendaknya dilakukan demi nama Tuhan Yesus Kristus, seraya bersyukur kepada Allah Bapa dengan perantaraan-Nya (Kol3:17). Maka dialog ekumenis dapat diawali dengan penerapan Injil di bidang moral.

24. (Penutup)

Demikianlah, sesudah dengan singkat menjelaskan syarat-syarat untuk melaksanakan kegiatan ekumenis, begitu pula prinsip-prinsip untuk mengaturnya, kami penuh percaya mengarahkan pendangan ke masa depan. Konsili suci ini mengajak umat beriman, untuk menjauhkan diri dari setiap sikap acak-acakan atau dari semangat yang tidak bijaksana, yang justru dapat merugikan kemajuan kesatuan yang sesungguhnya. Kegiatan ekumenis mereka tidak dapat lain kecuali bersifat katolik sepenuhnya dan setulus-tulusnya, artinya: setia terhadap kebenaran, yang telah kita waris dari para Rasul dan para Bapa Gereja; begitu pula sesuai dengan iman, yang senantiasa di ikrarkan oleh Gereja katolik, sekaligus pula menuju kepenuhan, yang seturut kehendak Tuhan harus semakin terwujudkan pada Tubuh-Nya di sepanjang masa.

Konsili suci ini sungguh menginginkan, supaya usaha-usaha putera-puteri Gereja katolik makin mengalami kemajuan terpadu dengan usaha-usaha saudara-saudai yang terpisah, dan supaya jangan sampai ada hambatan terhadap jalan Penyelenggaraan ilahi, jangan pula ada prasangka-prasangka terhadap dorongan-dorongan Roh Kudus di masa mendatang. Kecuali itu Konsili menyatakan keyakinannya, banyak maksud yang suci untuk mendamaikan segenap umat kristen menjadi satu dalam Gereja Kristus yang satu dan tunggal melampaui daya-kekuatan serta bakat-kemampuan manusiawi. Oleh karena itu konsili menaruh harapan sepenuhnya pada doa Kristus bagi Gereja, pada cinta kasih Bapa terhadap kita, dan pada kekuatan Roh Kudus. “Harapan tidak mengecewakan: sebab cinta kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita berkat Roh Kudus, yang dianugerahkan kepada kita (Rom 5:5).

Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekrit ini, berkenan kepada para Bapa Konsili suci. Dan kami, atas kuasa Rasul yang oleh Kristus diserahkan kepada kami, dalam Roh Kudus menyetujui, memutuskan dan menetapkan itu semua bersama dengan para Bapa yang terhormat, lagipula memerintahkan, agar segala sesuatu yang dengan demikian telah ditetapkan dalam Konsili, dimaklumkan secara resmi demi kemuliaan Allah.

Roma, di gereja Santo Petrus, tanggal 21 bulan November tahun 1964.

Saya Paulus
Uskup Gereja katolik
(Menyusul tanda tangan para Bapa Konsili)

kutipan dari: http://katolisitas.org/58/unitatis-redintegratio#bab-tiga-gereja-gereja-dan-jemaat-jemaat-gerejawi-yang-terpisah-dari-takhta-apostolik-di-roma

versi lengkap dapat dilihat di link tersebut.
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23