Author Topic: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik  (Read 5459 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #15 on: July 22, 2014, 10:01:29 PM »
593
The doctrine of Purgatory was first established by Gregory the Great


"Doktrin mengenai tempat pemurnian terakhir sudah diajarkan oleh Gereja dari semula, jauh sebelum jaman Gregorius Agung, bahkan Kitab Suci pun menyatakan hal ini, misalnya 1 Kor 3 : 11 - 15; Mat 5 : 25 - 26, 12 : 31 - 32.
Tulisan2 bapa2 Gereja pun banyak yg mencatat ajaran ini, seperti ""The Acts of Paul and Thecla"" (160 M), ""Epitaph of Abercius"" (190 M), ""The martyrdom of Perpetua and Felicity"" (202 M), ""De Corona"" (Tertullian, 211 M), ""Monogamy"" (Tertullian, 216 M), ""Epistle 51 of Cyprian of Carthage"" (253 M), ""Catechetical Lectures"" (Cyril of Jerusalem, 350M), ""Sermon of the Dead"" (382 M), ""Homilies on First Corinthians"" (John Chrysostom, 392 M), ""Homilies on Philipians"" (John Chrysostom, 402 M), ""Sermons 159"" (Augustine, 411 M), ""Handbook on Faith, Hope, and Charity"" (Augustine, 421 M), dsb."

"Purgatory adalah ajaran yg telah ditegaskan sebagai Dogma yang mutlak dan infallible.

Penjelasan lebih lanjut mengenai Purgatory dapat dilihat pada thread terpisah."

Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #16 on: July 22, 2014, 10:02:22 PM »
600
The Latin language, as the language of prayer and worship in churches, was also imposed by Pope Gregory I. 600 years after Christ
The Word of God forbids praying and teaching in an unknown tongue. (1st Corinthians 14:9).


"Pada tahun 600 M, bahasa Latin adalah bahasa resmi yang digunakan di Roma, maka tentu saja doa dan ibadah dalam Gereja menggunakan bahasa Latin.
Dalam perjalanan Gereja yang tumbuh di seluruh penjuru bumi, tentu saja perubahan bahasa yg digunakan dalam tubuh Gereja tidak dapat dihindari. Para rasul menggunakan bahasa Yunani dalam pengajaran dan ibadah mereka, menggantikan bahasa Aram yg mereka gunakan ketika Yesus mengajar mereka. Rasul Thomas yg menyebarkan injil sampai ke India pun tentunya menggunakan bahasa India, menggantikan bahasa Aram / Yunani.
Maka sebetulnya tidak ada kesesatan sama sekali ketika Gereja menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa resmi doa dan ibadah Gereja.

Ayat 1 Kor 14 : 9 juga telah disalah-artikan untuk memperkeruh kesalah-pahaman ini.
Yang diwanti2 oleh Paulus adalah berkata2 dalam bahasa yg tidak dimengerti manusia. Bahasa Latin adalah bahasa percakapan sehari2 di Gereja Barat di abad ke-6, kiranya sangatlah tidak tepat menggunakan ayat ini untuk menyatakan kesesatan Gereja Katolik hanya karena Gereja menggunakan bahasa Latin."

"Penggunaan bahasa tertentu dapat dikategorikan sebagai praktek Disiplin dalam Gereja, sama sekali TIDAK berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut sebagai kesesatan pengajaran katolik."





Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #17 on: July 22, 2014, 10:03:46 PM »
600
The Bible teaches that we pray to God alone. In the primitive church never were prayers directed to Mary, or to dead saints. This practice began in the Roman Church.
(Matthew 11:28; Luke 1:46; Acts 10:25-26; 14:14-18)


"Fakta sejarah justru menunjukkan sebaliknya, bahwa Gereja Purba telah mengenal dan mengajarkan berdoa dengan perantara para kudus  yang telah paripurna. Banyak dokumen2 purba dan tulisan2 para bapa Gereja yg mengajarkan demikian, seperti: ""The Shepherd"" (Hermas, 80 M), ""Miscellanies"" (Clement of Alexandria, 208 M), ""Prayer"" (Origen, 233 M), ""Epistle 56 of Cyprian Carthage"" (253 AD), ""Funerary inscription near St. Sabina's in Rome"" (300 M), ""Ryland Papyrus 3"" (naskah tulisan  yg ditemukan di Mesir dari jaman 350 M), ""Oration on Simeon and Anna 14"" (Methodius, 350 M), ""Catechetical Lectures"" (Cyril of Jerusalem, 350 M), ""Commentary on the Psalms"" (Hilary of Poitiers, 365 M), ""Commentary on Mark"" (Ephraim the Syrian, 370 M), ""Liturgy of St. Basil"" (373 M), ""Orations"" (John Chrysostom, 396 M), ""The Six Days Work"" (Ambrose of Milan, 393 M), ""Against Vigilantius"" (Jerome, 406 M), ""Homilies on John"" (Augustine, 416 M), dsb.

Mengenai ayat2 Kitab Suci yg digunakan utk menyalahkan Deposit Iman mengenai ""intercession of saints"", ayat tersebut sama sekali tidak melarang atau bertentangan dengan iman ""communion of saints"" dan ""intercession of saints"".
Sebaliknya, dalam Mzm 103 justru dituliskan bahwa kita memanggil para malaikat untuk berdoa bersama kita. Bukan hanya berdoa bersama, tetapi mereka juga berdoa untuk (menjadi perantara) kita: Why 5 : 8, 8 : 3-4.
Bahkan Yesus sendiri yang menjamin bahwa ada malaikat yg selalu menjadi perantara kita kepada Bapa (Mat 18 : 10).
Benar bahwa hanya Yesus lah satu2nya Perantara (mediator) Perjanjian Baru antara manusia dengan Bapa (1 Tim 2 :5), tetapi hal ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh bersekutu dalam doa dan minta didoakan oleh saudara2 kita (1 Tim 2 : 1 - 4), dan justru kita harus minta didoakan oleh saudara2 yg telah berada di surga, karena ""doa orang benar sangat besar kuasanya"" (Yak 5 : 16)."

"Berdoa dengan perantaraan (intercession) para kudus di surga adalah Deposit Iman infallible dan diajarkan sejak semula dalam Gereja.

Penjelasan lebih lanjut mengenai ""communion of saints"" dan ""intercession of saints"" dapat dilihat pada thread terpisah."




Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #18 on: July 22, 2014, 10:05:23 PM »
610
The Papacy is of pagan origin. The title of pope or universal bishop, was first given to the bishop of Rome by the wicked emperor Phocas.
This he did to spite Bishop Ciriacus of Constantinople, who had justly excommunicated him for his having caused the assassination of his predecessor emperor Mauritius. Gregory 1, then bishop of Rome, refused the title, but his successor, Boniface III, first assumed title "pope."
Jesus did not appoint Peter to the headship of the apostles and forbade any such notion. (Luke 22:24-26; Ephesians 1:22-23; Colossians 1:18; 1st Corinthians 3:11).
Note: Nor is there any mention in Scripture, nor in history, that Peter ever was in Rome, much less that he was pope there for 25 years; Clement, 3rd bishop of Rome, remarks that "there is no real 1st century evidence that Peter ever was in Rome."


"Ada 3 kerancuan dalam kesalah-pahaman ini. Pertama adalah ketidak-tahuan sejarah digunakannya istilah ""paus"" atau ""pope"" dalam Gereja Katolik, kedua adalah ketidak-tahuan mengenai sejarah keberadaan Petrus di Roma, dan ketiga adalah kesalah-pahaman mengenai jabatan pemimpin yang dimiliki oleh Petrus (dan penerus2nya) di atas rasul2 lainnya.

Kata ""paus"" atau ""pope"" berasal dari bahasa Yunani: ""pappas"", yang berarti ""bapa"".
Pada awal perkembangan Gereja abad2 pertama yg menggunakan bahasa Yunani, semua uskup (penerus jabatan rasul) disebut sebagai ""pappas"" atau ""paus"". Bahkan Gereja Timur yg menggunakan bahasa Yunani, seperti Gereja Orthodox Yunani, mereka juga menyebut uskup dan patriakh mereka sebagai paus, bahkan sampai saat ini. Dalam perkembangannya di Gereja berbahasa Yunani, hanya patriakh Gereja yang disebut sebagai paus, dan karena uskup roma adalah patriakh Gereja Barat, maka wajar sekali jika gelar ""paus"" akhirnya hanya digunakan untuk pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Tentunya penggunaan bahasa tertentu dalam Gereja tidak pernah menjadi kesesatan.

Mengenai keberadaan Petrus di Roma, bukti2 sejarah tidak dapat dibantah bahwa Petrus memang mendirikan Gereja di Roma dan menjadi martir di sana.
Dalam surat pertamanya, Petrus mengindikasikan bahwa dia berada di Roma ketika dia berkata dia berada di Babilon (1 Pet 5 : 13). Babilon adalah kode rahasia yg digunakan di jaman tersebut utk mengacu pada Roma, hal ini dapat dilihat dalam dokumen2 seperti ""Sibylline Oracles"", ""Apocalypse of Baruch"", ""4 Esdras"" yang semuanya dituliskan pada sekitar abad ke2. Juga tulisan Eusebius Pamphilius dalam ""The Chronicle"" yg ditulis pada 303 M menyatakan bahwa Babilon yg diacu adalah kota Roma.
Jika dokumen2 tersebut masih dirasa kurang meyakinkan, tulisan2 bapa2 Gereja juga mencatat bahwa memang Petrus memang mendirikan Gereja di Roma dan wafat sebagai martir di sana, misalnya: ""Letter to Soter of Rome"" (Dionysius of Corinth, 174 M), ""Against Heresies"" (Irenaeus, 189 M), ""Against Marcion"" (Tertullian, 212 M), ""The Chronicle"" (Eusebius, 303 M), ""Ecclesiatical History"" (Eusebius, 325 M), ""Canonical Letter"" (Peter of Alexandria, 306 M), ""The Deaths of the Persecutors"" (Lactantius, 320 M), ""Catechetical Lectures"" (Cyril of Jerusalem, 350 M), ""The Decree of Damasus"" (Damasus, 382 M).

Mengenai jabatan ""paus"" itu sendiri sebagai pemimpin dari para rasul, sekaligus pemegang kunci jabatan surga, bukti2 yang tidak terbantahkan juga dapat dilihat dalam Kitab Suci dan juga tulisan2 bapa2 Gereja.
Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di thread berikut ini:
http://forumimankristen.com/index.php/topic,1719.0.html
"


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #19 on: July 22, 2014, 10:06:09 PM »
709
The kissing of the Pope's feet
It had been a pagan custom to kiss the feet of emperors. The Word of God forbids such practices. (Read Acts 10:25-26; Revelation 19:10; 22:9).


"Mencium kaki paus sebagai bentuk penghormatan adalah suatu praktek Disiplin yang berkembang karena pengaruh budaya setempat di waktu itu, dan sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran iman dan moral. Di kalangan non-katolik di Indonesia khususnya di Jawa, banyak anak2 muda yg setelah bersalaman dengan seorang Pendeta akan menyentuhkan punggung tangan Pendeta ke keningnya sebagai bentuk penghormatan. Kiranya perkembangan praktek Disiplin mencium kaki paus ini tidak ada bedanya dengan praktek tersebut di Jawa, dan tentunya hal ini tidak dapat dikatakan sebagai kesesatan.

"


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #20 on: July 22, 2014, 10:07:05 PM »
750
The Temporal power of the Popes
When Pepin, the usurper of the throne of France, descended into Italy, called by Pope Stephen II, to war against the Italian Lombards, he defeated them and gave the city of Rome and surrounding territory to the pope. Jesus expressly forbade such a thing, and He himself refused worldly kingship. (Read Matthew 4:8-9; 20:25-26; John 18:38).


"Sejarah memang mencatat bahwa Gereja di abad pertengahan memang memiliki pengaruh penting dalam politik kenegaraan. Tetapi hal tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Ya, Praktek Disiplin dalam Gereja di abad pertengahan memang banyak yang salah, dan Gereja Katolik dengan berbesar hati mengakui dan memperbaiki kesalahan ini.
Tetapi yang harus digaris bawahi, komunitas gerejawi yang terdiri dari manusia2 yg menciptakan praktek2 Disiplin memang dapat sesat, tetapi Gereja Katolik sebagai Tubuh Kristus adalah infallible dan tidak dapat sesat dalam hal ajaran iman dan moral."


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #21 on: July 22, 2014, 10:07:58 PM »
788
Worship of the cross, images and relics was authorized
This was by order of Dowager Empress Irene of Constantinople, who first caused to pluck the eyes of her own son, Constantine VI, and then called a church council at the request of Hadrian I, pope of Rome at that time.
Such practice is called simply IDOLATRY in the Bible, and is severely condemned. (Read Exodus 20:4; 3:17; Deuteronomy 27:15; Psalm 115).


"Penghormatan kepada salib, gambar, dan benda peninggalan (relic) para kudus BUKAN hal yang baru muncul di abad ke7, melainkan sudah ada sejak jaman Gereja Perdana. Lukas Penulis Injil dikenal sebagai seorang seniman, dan dia melukiskan gambar tentang Maria dan bayi Yesus, juga lukisan tentang Paulus (referensi: http://douglawrence.wordpress.com/2009/11/17/icon-of-the-madonna-painted-by-st-luke-accurately-depicts-face-of-blessed-virgin-mary/).
Tulisan bapa2 Gereja juga banyak yg mencatat penghormatan kepada salib, gambar, dan relic para kudus yang dilakukan oleh Gereja Perdana, misal ""Surat St. Ambrose"" (397 M), ""Reply to Faustus"" (St. Augustine, 430 M), ""In Ionam"" (St. Jerome, 430 M). Selain itu, di jaman Gereja awal juga banyak ditemui lukisan2 dan mosaik2 para kudus di bangunan gereja dan makam orang kristen, dan semua ini tidak pernah menjadi masalah dalam Gereja sampai munculnya ajaran sesat ""Iconoclastic"" di kerajaan Bizantine.
Bidaah ""Iconoclastic"" ini lah yang dilawan dalam Konsili Nisea II pada abad ke7, sama seperti Dogma2 lainnya yg ditegaskan di kemudian hari bukanlah merupakan ajaran baru, melainkan menegaskan ajaran rasuliah dan untuk melawan dengan tegas bidaah yg menyerang Gereja di waktu itu.
Dari Konsili Nisea II ini ditegaskan bahwa Gambar Kristus, gambar perawan Maria, dan gambar para kudus lainnya tetap ditempatkan dan dijaga secara khusus dalam gereja, demi penghormatan yang diberikan kepada mereka, bukan karena keilahian atau kekuatan yang dikira ada dalam diri mereka sehingga mereka disembah, atau karena kita dapat meminta sesuatu dari mereka, atau karena iman yang diletakkan pada gambar itu seperti yang dilakukan oleh orang kafir yang mengimani berhala, tetapi karena penghormatan yang ditujukan kepada para kudus yang diwakili oleh gambar tersebut; sehingga dengan mencium, membuka diri kepada, berlutut di depan gambar2 tersebut kita memuja Kristus dan menghormati para kudus yang diwakili oleh gambar2 tersebut (Denzinger, no. 986)

"Penjelasan lebih jauh mengenai penghormatan kepada gambar dan relic dapat dilihat pada thread terpisah.

Penghormatan kepada gambar orang kudus adalah suatu bentuk Devosi, BUKAN merupakan ajaran iman dan moral.
Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut sebagai kesesatan pengajaran katolik.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai ""penghormatan kepada gambar kudus"" silakan dilihat pada thread terpisah."









Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #22 on: July 22, 2014, 10:09:36 PM »
850
Holy Water, mixed with a pinch of salt and blessed by the priest, was authorized


"Penggunaan air suci sudah digunakan dalam Gereja sejak jaman Gereja Perdana, bukan dimulai pada tahun 850 M.
Penggunaan air suci pada awal kekristenan dapat dibuktikan dengan dokumen2 di kurun waktu belakangan. ""Apostolic Constitutions"" yang dituliskan sekitar tahun 400 M, menuliskan bahwa St. Matius mengajarkan untuk menggunakan air suci. Surat dari Paus Alexander I (hidup pada abad kedua), meskipun apokripa, menuliskan bahwa pada awal masa2 kekristenan, air telah banyak digunakan utk tujuan membersihkan dan menyucikan.
Surat gembala Serapion dari Thumis (uskup dari abad keempat), juga dokumen ""Testamentum Domini"" dari abad keenam, menuliskan tentang pemberkatan mintak dan air dalam misa kudus.
Inti dari fakta yang disajikan di atas, penggunaan air suci sebagai sarana untuk pembersihan dan penyucian adalah merupakan praktek Disiplin yang otentik dan sudah ada sejak jaman Gereja Perdana, dan tidak bertentangan dengan Deposit Iman, sehingga hal ini tidak bisa dikatakan sebagai kesesatan Gereja Katolik."

"Menggunakan air suci adalah bagian dari tata liturgy dan merupakan suatu bentuk Disiplin, yang sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut sebagai kesesatan pengajaran katolik."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #23 on: July 22, 2014, 10:10:21 PM »
890
The veneration of St. Joseph began


"Penghormatan (Devosi) kepada para kudus, termasuk penghormatan kepada St. Yusuf, sudah dilakukan oleh Gereja sejak awal mula.
Benar bahwa penghormatan (Devosi) secara istimewa kepada St. Yusuf, dan juga kepada santo/santa lainnya tidak umum ditemui di masa2 awal kekristen. Alasannya sederhana, karena pada abad2 awal keberadaaan Gereja, Gereja berada di bawah tekanan dan penganiayaan, sehingga para martir lah yg menjadi pusat devosi dan teladan Gereja pada waktu itu. Namun para kudus lainnya tidak pernah dilupakan / diabaikan oleh Gereja. Ketika masa sulit dan penganiayaan mereda, catatan Gereja Timur seperti Gereja Koptik menuliskan bahwa penghormatan secara khusus kepada St. Yusuf telah dilakukan sejak awal abad keempat. Bahkan di basilika yang didirikan oleh St. Helena (wafat pada 303M) di Betlehem, juga sudah disediakan tempat khusus untuk berdevosi kepada St. Yusuf.

Penghormatan kepada St. Yusuf adalah suatu bentuk Devosi, yang tidak berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut "
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #24 on: July 22, 2014, 10:12:18 PM »
965
The baptism of bells was instituted by Pope John XIV


"Non-katolik HARUS menerima fakta sejarah, bahwa Gereja Katolik tidak pernah membaptis benda mati. Sekalipun tidak pernah! Jika ada gereja yang membaptis benda mati, maka hal ini adalah merupakan penghujatan terhadap martabat Sakramen Baptis itu sendiri.

Perlu dicatat bahwa Gereja memang memberkati sarana2 ibadah seperti bangunan gereja, meja yang dipakai sebagai altar, salib, gambar para kudus, dan lain sebagainya, termasuk juga lonceng yg dipasang di bangunan gereja itu. Istilah ""pembaptisan lonceng"" memang banyak digunakan oleh awam, dan Gereja hanya mentolerir penggunaan istilah ini selama umat tetap memahami bahwa pembaptisan adalah Sakramen yang kudus  yang sama sekali berbeda dengan pemberkatan utk menyucikan benda2 mati."

"Terlepas dari kontroversi istilah ""pembaptisan lonceng"", pemberkatan lonceng dan benda2  yang disucikan ini adalah bagian dari tata liturgy dan merupakan suatu bentuk Disiplin, yang sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut sebagai kesesatan pengajaran katolik."
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #25 on: July 22, 2014, 10:13:50 PM »
995
Canonization of dead saints, first by Pope John XV
Every believer and follower of Christ is called saint in the Bible. (Read Romans 1:7; 1st Colossians 1:2).


"Sejarah Gereja dari awal mulanya mencatat, bahwa Gereja menghormati orang2 kudus yang telah meninggal sebagai santo/santa.
Di awal perjalanan Gereja, yang waktu itu penuh dengan tekanan dan penganiayaan, wafatnya seorang martir dikonfirmasi oleh uskup setempat, dan diberitakan kepada Gereja-Gereja di tempat lain, dan atas restu uskup Gereja-Gereja lain itu penghormatan dan devosi kepada martir tersebut diberikan agar umat tetap menjaga persekutuan dengen para martir Kristus, memperoleh kekuatan dan meneladani sang martir tersebut. Bukti dari kronologi pemberian devosi kepada martir di masa awal Gereja dapat dilihat dalam catatan St. Ignatius (35-98 M), yaitu: ""The Martyrdom of Ignatius"".

Di abad keempat juga ditemukan jejak sejarah bahwa para pahlawan iman secara resmi juga  diberikan penghormatan yg sama seperti para martir, seperti yang ditemukan dalam deklarasi St. Cyprian (De Zelo et Livore, col. 509; cf. Innoc. III, De Myst. Miss., III, x; Benedict XIV, op. cit., I, v, no 3 sqq; Bellarmine, De Missâ, II, xx, no 5).

Benar bahwa Paus Yohanes XV dikenal sebagai paus pertama yang secara resmi mengkanonisasi seorang santo dalam Gereja Katolik. Tetapi dengan melihat sejarah di atas, Paus Yohanes XV menggunakan wewenang yang sejatinya dimiliki oleh seorang uskup utk mengkonfirmasi kesucian ""sainthood"" dari orang kudus yang telah paripurna.

Mengenai ayat yang diajukan, memang benar semua orang beriman dipanggil dan dikuduskan, TETAPI hanya mereka yang setia sampai kesudahannya lah yang pada akhirnya benar2 menjadi orang kudus Allah (Rom 6 : 22, 1 Kor 1 : 8, Why 2 : 26).
Gereja Katolik dengan wibawaNya sebagai Tubuh Kristus, mengkonfirmasi para kudus yang telah paripurna ini, sehingga umat dapat memanggil dan berdevosi kepada mereka tanpa ragu2, untuk meneladan kesempurnaan iman mereka sehingga umat pun menjadi sempurna seperti para kudus pendahulu mereka."

Terlepas dari iman katolik akan "persekutuan para kudus" dan "devosi kepada para kudus", proses kanonisasi yang dilakukan oleh paus adalah semata2 bagian dari tata liturgi dan praktek Disiplin Gereja, dan BUKAN merupakan ajaran iman dan moral, sehingga hal ini sangat tidak tepat dikatakan sebagai kesesatan Gereja Katolik.


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #26 on: July 22, 2014, 10:15:36 PM »
998
Fasting on Fridays and during Lent were imposed
Imposed by popes said to be interested in the commerce of fish. (Bull, or permit to eat meat), some authorities say, began in the year 700. This is against the plain teaching of the Bible. (Read Matthew 15:10; 1st Corinthians 10:25; 1st Timothy 4:1-3).


"Berpuasa adalah praktek Disiplin kuno yang sudah ada sejak awal Gereja, bahkan jauh sebelum Gereja didirikan oleh Kristus, umat pilihan dalam Perjanjian Lama sudah melakukan pantang dan puasa.
Ajaran2 Gereja Awal pun menekankan pentingnya puasa dalam banyak hal: sebagai pertobatan, sebagai doa, sebagai persiapan utk pembaptisan (""Didache"", abad pertama), fasting for visions and righteous conduct (""The Shepherd of Hermas"", abad pertama), untuk mengenangkan dan meneladan Kristus (""Injil aprokripa Petrus"", ""Protoevangelium of James""), dan maksud2 baik lainnya.
Kiranya akal sehat tidak akan menyalahkan jika umat beriman berpuasa pada hari Jumat dan pada masa prapaskah untuk mengenangkan penderitaan Kristus, sebagai pertobatan, dan untuk mengalahkan kedagingan mengikuti ajaran Kristus."

"Puasa adalah suatu bentuk Disiplin, BUKAN merupakan ajaran iman dan moral, dan Disiplin berpuasa bahkan mendatangkan buah rohani yang berlimpah.

Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan praktek Disiplin yang mendatangkan buah rohani berlimpah disebut sebagai kesesatan pengajaran katolik."



Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #27 on: July 22, 2014, 10:17:27 PM »
11th century
The Mass was developed gradually as a sacrifice; attendance made obligatory in the 11th century.
The Bible teaches that the sacrifice of Christ was offered once and for all, and is not to be repeated, but only commemorated in the Lord's Supper. (Read Hebrews 7:27; 9:26-28; 10:10-14).


"Ritual dan tata ibadah dalam perayaan misa Gereja Katolik memang mengalami perkembangan dari awal berdirinya Gereja. TETAPI, inti dan makna dari perayaan misa ini tidak pernah berubah.
Misa kudus dalam Gereja Katolik adalah ""perjamuan Tuhan"", ""kurban"", ""persekutuan"", ""misteri"".
Dokumen2 Gereja Perdana mengkonfirmasi bahwa makna dan inti dari misa kudus yang dipersembahkan oleh Gereja Katolik adalah sama seperti yg dilakukan dalam Gereja Perdana, misalnya: ""The Didache"", ""Leter to the Corinthians"" (Clement I, 80 M), ""Letter to the Philadelphians"" (Ignatius of Antioch, 110 M), ""Dialogue with Trypho the Jews"" (Justin Martyr, 155 M), ""Against Heresies"" (189 M), ""Letters 63"" (Cyprian of Carthage, 253 M), ""Prayer of the Eucharistic Sacrifice"" (Serapion, 350 M), ""Catechetical Lectures"" (Cyril of Jerusalem, 350 M), ""The City of God"" (Augustine, 419 M), ""The Rule of Faith"" (Fulgentius of Ruspe, 524 M).

Benar bahwa Kristus mempersembahkan diriNya sebagai kurban di kayu salib hanya sekali dan untuk selamanya. Dan argumen non-katolik yang menolak kurban berulang2 di dalam Misa Kudus seolah-olah adalah argumen yang valid, PADAHAL tidak demikian sebenarnya. Paskah Yahudi dalam Perjanjian Lama adalah kunci jawabannya. Dalam Paskah PL, terdapat 3 peristiwa penting:
1. menyembelih kurban domba (Kel 12 : 5 - 6)
2. menandai pintu dengan darah domba kurban (Kel 12 : 7)
3. makan daging domba kurban (Kel 12 : 8-10)

"Hal yang sama juga terjadi dalam Kurban Kristus. Anak Domba Allah disembelih hanya sekali untuk selamanya, yaitu ketika Yesus disalib. Darah Anak Domba dimeteraikan dalam diri umat Kristen melalui pembaptisan. Dan Daging dan Darah Kristus itu juga harus dimakan oleh umat tertebus, dan oleh karena ini lah Kristus mendirikan Sakramen Ekaristi. Kristus sendiri bersabda: ""Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman"" (Yoh 6 : 54). Jadi kita harus benar2 makan dan minum Daging dan Darah Tuhan, bukan sekedar makan dan minum lambang Daging dan Darah Tuhan. Di mana kita bisa memperolehnya? Tidak lain dan tidak bukan, dalam Misa Kudus. Sama seperti domba kurban disembelih hanya sekali, tetapi daging kurban dapat dimakan berulang2 tanpa harus menyembelih domba itu lagi. Analogi yg sama ini lah yg TIDAK menjadikan Gereja menyalibkan Kristus lagi dalam kurban Misa Kudus. Itulah sebabnya kurban Ekaristi juga disebut sebagai ""Kurban tidak berdarah"", karena pencurahan darah terjadi hanya sekali ketika kurban disembelih, bukan ketika memakan daging kurban.

Katekismus Gereja Katolik 1367
Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanya satu kurban: ""karena bahan persembahan adalah satu dan sama; yang sama, yang dulu mengurbankan diri di salib, sekarang membawakan kurban oleh pelayanan imam; hanya cara berkurban yang berbeda"". ""Dalam kurban ilahi ini, yang dilaksanakan di dalam misa, Kristus yang sama itu hadir dan dikurbankan secara tidak berdarah yang mengurbankan diri sendiri di kayu salib secara berdarah satu kali untuk selama-lamanya"" (Konsili Trente: DS 1743).
"


« Last Edit: July 22, 2014, 10:38:48 PM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #28 on: July 22, 2014, 10:18:10 PM »
1079
The celibacy of the priesthood was decreed by Pope Hildebrand, Boniface VII
Jesus imposed no such rule, nor did any of the apostles. On the contrary, St. Peter was a married man, and St. Paul says that bishops were to have wife and children. (Read 1st Timothy 3:2,5, and 12; Matthew 8:14-15).


"Benar, fakta sejarah bahkan menuliskan bahwa Petrus sendiri tidak hidup selibat. Paus, uskup, klergi juga tidak selibat di awal Gereja, dan Paulus pun hanya menganjurkan untuk memilih uskup dari pria yg memiliki satu istri (BUKAN harus memiliki istri). Lalu mengapa Gereja Katolik di kemudian hari menerapkan Disiplin selibat bagi para klergi? Tentunya hal ini bukan lah tanpa alasan.

Paulus mengajarkan agar seorang prajurit tidak memusingkan dirinya dengan hidupnya, agar dapat mengabdi dengan lebih baik kepada atasannya (2 Tim 2 : 5), dan Paulus bahkan menganjurkan utk meneladan dirinya dalam hidup selibat (1 Kor 7 : 8). Jadi praktek Disiplin hidup selibat sebetulnya adalah hal yg sangat baik, bahkan sangat alkitabiah. Gereja Katolik tidak pernah memaksa seseorang untuk menjadi klergi, ketika mereka memilih menjadi klergi, mereka sepenuhnya menyadari konsekuensi untuk hidup selibat demi pelayanan yg lebih baik.

Sekali lagi, praktek hidup selibat adalah sebuah praktek Disiplin, sama sekali TIDAK berkaitan dengan ajaran iman dan moral.
Perlu juga diketahui bahwa dalam Gereja Katolik Timur, praktek Disiplin hidup selibat bukanlah keharusan yg harus dijalankan oleh klergi.

Seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin maka TIDAK BENAR jika menyimpulkan Disiplin hidup selibat ini sebagai kesesatan pengajaran katolik, karena menjalankan / tidak menjalankan Disiplin ini, dengan alasan yg dapat dipertanggung-jawabkan, tidak akan menjadikan seseorang berdosa."


Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Menanggapi Tuduhan2 Kesesatan Dalam Gereja Katolik
« Reply #29 on: July 22, 2014, 10:19:35 PM »
1090
The Rosary, or prayer beads was introduced by Peter the Hermit, in the year 1090. Copied from Hindus and Mohammedans
The counting of prayers is a pagan practice and is expressly condemned by Christ. (Matthew 6:5-13).


"Sabda Yesus dalam Mat 6 : 5 - 13 mengajarkan kita untuk tidak berdoa seperti orang munafik, yaitu berdoa untuk mendapat pujian dari orang lain dan berdoa dengan bertele2.
Mendaraskan doa berulang kali sama sekali berbeda dengan doa orang munafik yang bertele2. Yesus juga tidak mendefiniskan bahwa doa berulang2 = doa munafik. Alkitab sendiri juga menuliskan contoh doa berulang2, yaitu Mzm 136. Juga Yesus ketika berdoa di taman Getzemani mengulang doa2 yang sama (Mat 26 : 36 - 46, Mrk 14 : 32 - 42). Doa yang berulang2, selama didoakan dengan sepenuh hati tidak pernah menjadi doa yang sia2.
Tentunya kita tidak akan menyamakan Mzm 136 dan doa Yesus sebagai doa munafik yang bertele2 bukan? Jelaslah bahwa doa rosario pun tidak dapat dikatakan doa yg salah hanya karena mengulang2 doa.

Doa rosario sendiri sebenarnya adalah sebuah praktek Disiplin rohani sekaligus bentuk Devosi. Seperti yg sudah diuraikan di awal thread, Disiplin dan Devosi selalu berkembang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di waktu tertentu.
Praktek mengulang2 doa adalah praktek Disiplin rohani yg sudah ada sejak jaman Gereja Purba, buktinya bisa dilihat sendiri dalam doa Mzm 136. Di abad ke12 pun telah berkembang praktek Disiplin mendaraskan 150 doa Mazmur dalam biara2 Gereja. Dan pada abad ke15 mulai berkembang praktek Disiplin doa rosario dan Devosi kepada Maria melalui doa rosario ini. Sejarah perkembangan doa rosario bisa dilihat di website: http://www.newadvent.org/cathen/13184b.htm.

Karena doa rosario adalah merupakan bentuk praktek Disiplin dan Devosi yang BUKAN merupakan ajaran iman dan moral, maka seperti penjelasan singkat di awal thread mengenai Disiplin dan Devosi, TIDAK BENAR jika menyimpulkan hal tersebut sebagai kesesatan pengajaran katolik."


« Last Edit: July 23, 2014, 07:01:45 PM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)