Author Topic: Diskusi Theotokos  (Read 1119 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Diskusi Theotokos
« on: August 03, 2014, 08:55:01 PM »
Bro Jesuit_dm,
apakah gereja Anda juga menyebut Maria sebagai "theotokos"?
Theo = God, tokos = childbirth --> theotokos = the one who give birth to God.
Theo di sini kami terjemahkan sebagai "Allah" dan bukan "Tuhan", karena kata "Tuhan" itu dapat juga merupakan terjemahan dari "kurios", dan kami mengeliminir kemungkinan salah paham bahwa Maria hanya sekedar "kuriotokos".

Jika Anda hanya menterjemahkan Maria sebagai Bunda Tuhan, jika dibalik diterjemahkan dalam bahasa Yunani (seperti uraianku di atas), apakah Anda dapat menyebut Maria sebagai theotokos?

Apa arti dari imbuhan "ti" dalam "ti-theotokos"?
Seperti apa sebenarnya arti "Ke-Allahan Yesus" bagi Anda?
Mengapa penggunaan theotokos bisa menggeser "Ke-Allahan Yesus"?

CoCC #404
By yielding to the tempter, Adam and Eve committed a personal sin, but this sin affected the human nature that they would then transmit in a fallen state. It is a sin which will be transmitted by propagation to all mankind, that is, by the transmission of a human nature deprived of original holiness and justice. And that is why original sin is called "sin" only in an analogical sense: it is a sin "contracted" and not "committed" - a state and not an act


Silakan dilihat kembali definisi "dosa asal / dosa waris" dalam iman katolik.
Anda salah memahami definisi "dosa asal / dosa waris" dalam iman kami, lalu mengatakan ini adalah ajaran baru dari Vatikan. Inilah yang hendak aku koreksi, dan semoga Anda bisa melihat kesalahan dalam pemahaman Anda selama ini akan iman kami.

Begini saudara ku, perbendaharaan kata bahasa arami itu, jauh lebih kaya dari pada bahasa Yunani ataupun Ibrani, sehingga ada hal-hal dalam bahasa arami, yang jika diterjemahkan kedalam bahasa yunani ataupun bahasa ibrani, menjadi "kurang tepat".

Nah .. Iman percaya saya dan Iman percaya gereja koptik, memiliki kesamaan hampir 95%, dimana dalam pemahaman Gereja Koptik, untuk menghindari "kekeliruan" dalam memandang maria, maka gereja koptik, menggunakan istilah Ti-Theotokos, artinya "Bundan Tuhan".

Nah .. Sekalipun kami memiliki pemahaman yang sama dengan iman gereja koptik tersebut, dalam memandang bunda maria, namun kami tidak menggunakan istilah Ti-Theotokos tersebut, tetapi tetap menggunakan istilah "Theotokos", namun Istilah theotokos itu, tidak diterjemahkan.

Mengapa kami tidak menggunakan istilah Ti-Theotokos ??

Kami beranggaban, yang dilahirkan oleh Maria itu adalah :"Allah" yang menjadi manusia dan bukan "Tuhan" yang menjadi manusia, tetapi sekali lagi adalah "Allah yang menjadi Manusia", namun .. sekalipun Maria telah melahirkan Allah sebagai manusia, maria tidak dapat disebutkan sebagai "Bunda Allah", karena akan dapat dipahami secara keliru oleh manusia, seakan-akan ..Maria itu juga adalah Bunda Allah "SEBELUM" Allah itu dilahirkan sebagai manusia, pada hal Allah itu adalah Alfa dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, tidak ber ibu dan tidak ber bapak.

Jadi, sekalipun kami menggunakan istilah Theotokos, namun penggunaan istilah tersebut "Tidak diterjemahkan".


Salam ...
« Last Edit: August 08, 2014, 06:30:30 PM by Jenova »

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Re: Dosa Turunan, kenapa janggal yah ?
« Reply #1 on: August 04, 2014, 04:40:36 PM »
Kami beranggaban, yang dilahirkan oleh Maria itu adalah :"Allah" yang menjadi manusia dan bukan "Tuhan" yang menjadi manusia, tetapi sekali lagi adalah "Allah yang menjadi Manusia", namun .. sekalipun Maria telah melahirkan Allah sebagai manusia, maria tidak dapat disebutkan sebagai "Bunda Allah", karena akan dapat dipahami secara keliru oleh manusia, seakan-akan ..Maria itu juga adalah Bunda Allah "SEBELUM" Allah itu dilahirkan sebagai manusia, pada hal Allah itu adalah Alfa dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, tidak ber ibu dan tidak ber bapak.

Jadi, sekalipun kami menggunakan istilah Theotokos, namun penggunaan istilah tersebut "Tidak diterjemahkan".

Bro Jesuit_dm,
terus terang aku jadi bingung. Apa perbedaan antara "Allah" dengan "Tuhan"?
Mengapa Anda katakan bahwa Maria adalah bunda Allah yg menjadi manusia?
Mengapa Anda katakan bahwa Maria adalah BUKAN bunda Tuhan yang menjadi manusia?
 :what: :what:
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Re: Dosa Turunan, kenapa janggal yah ?
« Reply #2 on: August 05, 2014, 04:07:31 AM »
Bro Jesuit_dm,
terus terang aku jadi bingung. Apa perbedaan antara "Allah" dengan "Tuhan"?
Mengapa Anda katakan bahwa Maria adalah bunda Allah yg menjadi manusia?
Mengapa Anda katakan bahwa Maria adalah BUKAN bunda Tuhan yang menjadi manusia?
 :what: :what:

Saudara ku, seperti dalam penjelasan saya diatas, perbendaharaan bahasa arami itu lebih kaya dari bahasa Yunani ataupun Ibrani, sehingga ada perkataan2 yang dalam bahasa arami itu, menjadi kurang tepat, jika diartikan kedalam bahasa Yunani ataupun Ibrani.

Nah, dalam kasus disini, jika kita tinjau dari sudut pandang umum, khususnya bahasa indonesia yang saya pelajari, makna perkataan Allah dan Tuhan adalah sama, pada hal .. makna perkataan Allah dan Tuhan itu memiliki perbedaan arti, dimana dalam bahasa arami, perkataan Allah itu, menitik beratkan pada Hakikat ataupun Substansi dari Sang Pencipta, sedangkan perkataan Tuhan itu, menitik beratkan pada Eksistensi dari Sang Pencipta.

Nah .. yang dilahirkan Bunda Maria itu adalah : "Hakikat atau Substansi sang pencipta yang dilahirkan sebagai manusia dan bukan Eksistensi-Nya, tetapi sekali lagi yang dilahirkan adalah Hakikat atau Substansi-Nya".

Itulah sebabnya, kami tidak menggunakan istilah Ti-Theotokos pada Bunda Maria, seperti yang dilakukan oleh Gereja Koptik, tetapi kami tetap menggunakan istilah Theotokos pada Bunda Maria, tetapi kami tidak menterjemahkannya, sebagai "Bunda Allah", untuk tujuan, agar tidak terjadi kekeliruan seperti penjelasan saya sebelumnya kepada anda.


Salam ...

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Re: Dosa Turunan, kenapa janggal yah ?
« Reply #3 on: August 05, 2014, 04:28:59 PM »
Saudara ku, seperti dalam penjelasan saya diatas, perbendaharaan bahasa arami itu lebih kaya dari bahasa Yunani ataupun Ibrani, sehingga ada perkataan2 yang dalam bahasa arami itu, menjadi kurang tepat, jika diartikan kedalam bahasa Yunani ataupun Ibrani.

Nah, dalam kasus disini, jika kita tinjau dari sudut pandang umum, khususnya bahasa indonesia yang saya pelajari, makna perkataan Allah dan Tuhan adalah sama, pada hal .. makna perkataan Allah dan Tuhan itu memiliki perbedaan arti, dimana dalam bahasa arami, perkataan Allah itu, menitik beratkan pada Hakikat ataupun Substansi dari Sang Pencipta, sedangkan perkataan Tuhan itu, menitik beratkan pada Eksistensi dari Sang Pencipta.

Nah .. yang dilahirkan Bunda Maria itu adalah : "Hakikat atau Substansi sang pencipta yang dilahirkan sebagai manusia dan bukan Eksistensi-Nya, tetapi sekali lagi yang dilahirkan adalah Hakikat atau Substansi-Nya".

Itulah sebabnya, kami tidak menggunakan istilah Ti-Theotokos pada Bunda Maria, seperti yang dilakukan oleh Gereja Koptik, tetapi kami tetap menggunakan istilah Theotokos pada Bunda Maria, tetapi kami tidak menterjemahkannya, sebagai "Bunda Allah", untuk tujuan, agar tidak terjadi kekeliruan seperti penjelasan saya sebelumnya kepada anda.


Salam ...

Bro Jesuit_dm,
terima kasih atas penjelasannya. Kalo boleh aku simpulkan, dari penjelasan Anda:

Allah --> hakekat / substansi Sang Pencipta
Tuhan --> eksistensi Sang Pencipta

Tapi yang membuat aku bingung, di post sebelumnya Anda tuliskan:

... Thetokos terhadap Maria ( di Timur ), lebih "Tepat" diterjemahkan sebagai "Bunda Tuhan".

Apakah bagi Anda, theotokos = Bunda dari eksistensi Sang Pencipta yang berinkarnasi??
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Re: Dosa Turunan, kenapa janggal yah ?
« Reply #4 on: August 08, 2014, 12:03:49 PM »
Bro Jesuit_dm,
terima kasih atas penjelasannya. Kalo boleh aku simpulkan, dari penjelasan Anda:

Allah --> hakekat / substansi Sang Pencipta
Tuhan --> eksistensi Sang Pencipta

Tapi yang membuat aku bingung, di post sebelumnya Anda tuliskan:

Apakah bagi Anda, theotokos = Bunda dari eksistensi Sang Pencipta yang berinkarnasi??

Begini saudara ku, saya akan coba uraikan perlahan-lahan, karena saya juga memiliki kesulitan untuk menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

Arti Bunda atau Ibu dalam bahasa indonesia, adalah mengarah untuk anak yang dilahirkan, maksutnya .. setelah anak itu lahir, barulah wanita itu dipanggil ibu atau bunda. Nah .. Maria memiliki permasalahan yang unik, sebab anak yang dikandungnya, bukan berdasarkan hasil hubungan biologis dengan manusia, dimana "Benih" yang dikandungnya adalah "Roh Allah atau Hakikat/Substansi Allah".

Nah .. pertanyaannya adalah :"Apakah Maria adalah Bunda dari Roh Allah itu"? ataukah Maria adalah bunda/ibu dari Anak yang dilahirkannya ?

Contoh : Telur ayam, saat dierami oleh Induknya, maka tetap saja telur itu bernama "Telur Ayam", tetapi pada saat telur2 itu telah menetas, maka telur2 itu tidak dapat disebut lagi sebagai telur ayam, melainkan telur itu mendapat sebutan atau gelar atau nama baru, yaitu :"Anak Ayam".

Jadi sederhananya adalah .. Pada dasarnya Bunda Maria itu adalah Bundanya untuk Yesus Anaknya, atau dengan kata lain, Bunda Maria itu adalah Bunda Tuhan ( sebutan Eksistensi Hakikat Allah yang menjadi Manusia ), namun .. kalau digunakan penggunaan istilah, bahwa Maria adalah Bunda Tuhan ( Ti-theotokos ), maka hal ini dapat menggeser pemahaman manusia nantinya, bahwa seakan-akan, Yesus itu bukan berasal dari Roh Allah, sehingga .. supaya tidak terjadi pergeseran pemahaman terhadap Yesus, maka kami tetap menggunakan istilah Theotokos, walapun dalam keseharian, Istilah Theotokos itu tidak diterjemahkan.

Ada perbedaan pemahaman antara saya dan anda, dalam melihat Eksistensi Yesus, dimana pada saat Yesus itu menjadi manusia, maka anda akan memahami bahwa Yesus adalah Allah dan Juga Manusia, tetapi saya memahaminya berbeda, bahwa Setelah Yesus dilahirkan oleh Maria, maka Yesus adalah Manusia yang sama dengan saya dan anda, serta Manusia Yesus itu tidak dapat disebutkan lagi, sebagai Sang Hakikat Allah, sebab Ia telah menjadi manusia, "NAMUN", karena Roh Yesus adalah Hakikat Allah itu sendiri, maka Yesus itu disebut Anak Allah.

Jadi, kesimpulannya adalah .. Maria itu adalah Bundanya Anak Allah dan Bukan Bundanya Sang Hakikat Allah, Nah .. disinilah alasannya, mengapa Istilah Theotokos itu tidak boleh diterjemahkan, sebab pemahaman Istilah Theotokos bagi saya adalah : Bundanya Anak Allah ( Anak Allah itu berbeda maknanya dengan Tuhan, namun tidak dapat juga diartikan sebagai Hakikat Allah).

Nah .. Penggunaan Theotokos pada perkataan Anak Allah adalah lebih tepat, dari pada penggunaan Ti-Theotokos, sebab makna perkataan "Tuhan" pada Ti-Theotokos, tidak dapat dipakai untuk ditujukan pada Anak Allah, sebab Anak Allah itu .. Kwalitasnya adalah Serupa dengan Allah itu sendiri, walaupun tidak sama, sementara Tuhan itu .. kwalitasnya adalah berada dibawah Kwalitas Anak Allah atau perkataan Tuhan, jika dibandingkan dengan perkataan Anak Allah, maka Anak Allah itu lebih tinggi keudukannya.


Salam ...

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Diskusi Theotokos
« Reply #5 on: August 08, 2014, 09:19:07 PM »
Arti Bunda atau Ibu dalam bahasa indonesia, adalah mengarah untuk anak yang dilahirkan, maksutnya .. setelah anak itu lahir, barulah wanita itu dipanggil ibu atau bunda. Nah .. Maria memiliki permasalahan yang unik, sebab anak yang dikandungnya, bukan berdasarkan hasil hubungan biologis dengan manusia, dimana "Benih" yang dikandungnya adalah "Roh Allah atau Hakikat/Substansi Allah".

Nah .. pertanyaannya adalah :"Apakah Maria adalah Bunda dari Roh Allah itu"? ataukah Maria adalah bunda/ibu dari Anak yang dilahirkannya ?

Contoh : Telur ayam, saat dierami oleh Induknya, maka tetap saja telur itu bernama "Telur Ayam", tetapi pada saat telur2 itu telah menetas, maka telur2 itu tidak dapat disebut lagi sebagai telur ayam, melainkan telur itu mendapat sebutan atau gelar atau nama baru, yaitu :"Anak Ayam".

Jadi sederhananya adalah .. Pada dasarnya Bunda Maria itu adalah Bundanya untuk Yesus Anaknya, atau dengan kata lain, Bunda Maria itu adalah Bunda Tuhan ( sebutan Eksistensi Hakikat Allah yang menjadi Manusia ), namun .. kalau digunakan penggunaan istilah, bahwa Maria adalah Bunda Tuhan ( Ti-theotokos ), maka hal ini dapat menggeser pemahaman manusia nantinya, bahwa seakan-akan, Yesus itu bukan berasal dari Roh Allah, sehingga .. supaya tidak terjadi pergeseran pemahaman terhadap Yesus, maka kami tetap menggunakan istilah Theotokos, walapun dalam keseharian, Istilah Theotokos itu tidak diterjemahkan.
 

Aku mau fokus pada pertanyaan Anda yg aku bold merah.
Dari uraian Anda, aku justru bingung, jika pertanyaan ini aku ajukan kepada Anda, apakah jawaban Anda mengatakan:
- Maria adalah Bunda Roh Allah? atau..
- Maria adalah Bunda (Manusia) Anak yang dilahirkannya?
Aku memahami bahwa Anda menolak mengatakan bahwa Maria adalah benar2 Bunda dari Yesus yang adalah Allah, CMIIW.

Dari sudut pandangku, Maria bukan Bunda dari Roh Allah. Maria bukan pula Bunda dari (Manusia) Anak yang dilahirkannya. Maria adalah Bunda dari hypostatic union antara hakekat / substansi / eksistensi Allah dengan jasmaniNya yang memiliki ratio tubuh/jiwa/roh yang sempurna. Dari hypostatic union ini Yesus adalah benar2 Allah, sekaligus benar2 manusia.
Maria sebagai Bunda dari hypostatic union bukan dalam artian bahwa hakekat/substansi/eksistensi Allah Putra diperoleh dari jasmani Maria, tetapi karena Allah Putra memperoleh jasmaniNya dari Maria (dengan ratio tubuh/jiwa/raga yang sempurna), dan di sini Allah menyatukan secara hypostatik antara hakekat/substansi/eksistensiNya sebagai Pencipta yang kekal dan tanpa asal mula, dengan jasmani yang fana, dan persatuan hypostatik ini lah yang dilahirkan oleh Maria sebagai Seorang Manusia yg sejati dan utuh, tanpa mengurangi / menghilangkan eksistensi/hakekat/eksistensi ilahiNya.
Apakah kita bisa sepakat dengan urainku di atas?

Ada perbedaan pemahaman antara saya dan anda, dalam melihat Eksistensi Yesus, dimana pada saat Yesus itu menjadi manusia, maka anda akan memahami bahwa Yesus adalah Allah dan Juga Manusia, tetapi saya memahaminya berbeda, bahwa Setelah Yesus dilahirkan oleh Maria, maka Yesus adalah Manusia yang sama dengan saya dan anda, serta Manusia Yesus itu tidak dapat disebutkan lagi, sebagai Sang Hakikat Allah, sebab Ia telah menjadi manusia, "NAMUN", karena Roh Yesus adalah Hakikat Allah itu sendiri, maka Yesus itu disebut Anak Allah.

Jadi, kesimpulannya adalah .. Maria itu adalah Bundanya Anak Allah dan Bukan Bundanya Sang Hakikat Allah, Nah .. disinilah alasannya, mengapa Istilah Theotokos itu tidak boleh diterjemahkan, sebab pemahaman Istilah Theotokos bagi saya adalah : Bundanya Anak Allah ( Anak Allah itu berbeda maknanya dengan Tuhan, namun tidak dapat juga diartikan sebagai Hakikat Allah).

Bro Jesuit_dm,
Dari kalimat Anda yg aku bold merah, aku lihat Anda telah memisahkan keilahian (godhead) Yesus dari kemanusianNya, sehingga Anda mengatakan bahwa setelah dilahirkan oleh Maria, Yesus tidak dapat disebut sebagai Hakekat Allah.
AFAIK, pemahaman Anda ini mirip dengan pemahaman Nestorian yang dikutuk oleh Konsili Efesus:

Second letter of Nestorius to Cyril
[condemned by the council of Ephesus]

... ...Holy scripture, wherever it recalls the Lord's economy, speaks of the birth and suffering not of the godhead but of the humanity of Christ, so that the holy virgin is more accurately termed mother of Christ than mother of God...
http://www.papalencyclicals.net/Councils/ecum03.htm


Anda memang tidak menggunakan istilah Kristothokos dan tetap menerima istilah theotokos, tetapi pemahaman Anda ini sama dengan pemahaman yang dikutuk oleh konsili Efesus, yaitu memisahkan keilahian dengan kemanusia Kristus, sehingga Anda menolak menyebut Maria sebagai Bunda Allah, padahal menurut konsili Efesus: Yesus yang dilahirkan oleh Maria itu tetap memiliki substansi/hakekat/eksistensi Allah sebagai hasil dari hypostatic union, sehingga Maria benar2 disebut sebagai theotokos.

Nah .. Penggunaan Theotokos pada perkataan Anak Allah adalah lebih tepat, dari pada penggunaan Ti-Theotokos, sebab makna perkataan "Tuhan" pada Ti-Theotokos, tidak dapat dipakai untuk ditujukan pada Anak Allah, sebab Anak Allah itu .. Kwalitasnya adalah Serupa dengan Allah itu sendiri, walaupun tidak sama, sementara Tuhan itu .. kwalitasnya adalah berada dibawah Kwalitas Anak Allah atau perkataan Tuhan, jika dibandingkan dengan perkataan Anak Allah, maka Anak Allah itu lebih tinggi keudukannya.
 

Bro Jesuit_dm,
Anda masih belum juga menjawab pertanyaanku: apa beda ti-theotokos dengan theotokos? Apa arti ti-theotokos? Ti-theotokos itu berasal dari bahasa apa?
AFAIK, baik Gereja Barat maupun Gereja Orthodox Timur hanya mengenal gelar theotokos bagi Maria. Siapa kah yg Anda maksud menggunakan gelar ti-theotokos sehingga menggeser arti sebenarnya dari theotokos itu?
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Diskusi Theotokos
« Reply #6 on: August 09, 2014, 06:06:47 AM »
Aku mau fokus pada pertanyaan Anda yg aku bold merah.
Dari uraian Anda, aku justru bingung, jika pertanyaan ini aku ajukan kepada Anda, apakah jawaban Anda mengatakan:
- Maria adalah Bunda Roh Allah? atau..
- Maria adalah Bunda (Manusia) Anak yang dilahirkannya?
Aku memahami bahwa Anda menolak mengatakan bahwa Maria adalah benar2 Bunda dari Yesus yang adalah Allah, CMIIW.

Dari sudut pandangku, Maria bukan Bunda dari Roh Allah. Maria bukan pula Bunda dari (Manusia) Anak yang dilahirkannya. Maria adalah Bunda dari hypostatic union antara hakekat / substansi / eksistensi Allah dengan jasmaniNya yang memiliki ratio tubuh/jiwa/roh yang sempurna. Dari hypostatic union ini Yesus adalah benar2 Allah, sekaligus benar2 manusia.
Maria sebagai Bunda dari hypostatic union bukan dalam artian bahwa hakekat/substansi/eksistensi Allah Putra diperoleh dari jasmani Maria, tetapi karena Allah Putra memperoleh jasmaniNya dari Maria (dengan ratio tubuh/jiwa/raga yang sempurna), dan di sini Allah menyatukan secara hypostatik antara hakekat/substansi/eksistensiNya sebagai Pencipta yang kekal dan tanpa asal mula, dengan jasmani yang fana, dan persatuan hypostatik ini lah yang dilahirkan oleh Maria sebagai Seorang Manusia yg sejati dan utuh, tanpa mengurangi / menghilangkan eksistensi/hakekat/eksistensi ilahiNya.
Apakah kita bisa sepakat dengan urainku di atas?

Bro Jesuit_dm,
Dari kalimat Anda yg aku bold merah, aku lihat Anda telah memisahkan keilahian (godhead) Yesus dari kemanusianNya, sehingga Anda mengatakan bahwa setelah dilahirkan oleh Maria, Yesus tidak dapat disebut sebagai Hakekat Allah.
AFAIK, pemahaman Anda ini mirip dengan pemahaman Nestorian yang dikutuk oleh Konsili Efesus:

Second letter of Nestorius to Cyril
[condemned by the council of Ephesus]

... ...Holy scripture, wherever it recalls the Lord's economy, speaks of the birth and suffering not of the godhead but of the humanity of Christ, so that the holy virgin is more accurately termed mother of Christ than mother of God...
http://www.papalencyclicals.net/Councils/ecum03.htm


Anda memang tidak menggunakan istilah Kristothokos dan tetap menerima istilah theotokos, tetapi pemahaman Anda ini sama dengan pemahaman yang dikutuk oleh konsili Efesus, yaitu memisahkan keilahian dengan kemanusia Kristus, sehingga Anda menolak menyebut Maria sebagai Bunda Allah, padahal menurut konsili Efesus: Yesus yang dilahirkan oleh Maria itu tetap memiliki substansi/hakekat/eksistensi Allah sebagai hasil dari hypostatic union, sehingga Maria benar2 disebut sebagai theotokos.

Bro Jesuit_dm,
Anda masih belum juga menjawab pertanyaanku: apa beda ti-theotokos dengan theotokos? Apa arti ti-theotokos? Ti-theotokos itu berasal dari bahasa apa?
AFAIK, baik Gereja Barat maupun Gereja Orthodox Timur hanya mengenal gelar theotokos bagi Maria. Siapa kah yg Anda maksud menggunakan gelar ti-theotokos sehingga menggeser arti sebenarnya dari theotokos itu?

Ringkasnya begini saudara ku ... Penggunaan gelar Maria Sebagai Theotokos, bagi kami tidak dapat diterjemahkan sebagai Bunda Allah, tetapi lebih tepat diterjemahkan sebagai Bunda Anak Allah dan tidak boleh juga maria itu disebut bunda Tuhan, sebab Maria tidak melahirkan Eksistensi Allah, tetapi maria melahirkan Hakikat Allah yang menjadi manusia.

Mari kita pahami kembali pemahaman saya, yaitu :"Jika diperbolehkan pemahaman terhadap Allah itu, didasarkan kwality nya - walaupun hal ini tida tepat", maka urutannya adalah sbb  :

1). Allah.
2). Anak Allah.
3). Tuhan ataupun Kristus

Nah .. Penggunaan Theotokos untuk maksut Maria adalah Bunda Allah, menurut saya tidak tepat, sebab maria itu tidak Melahirkan Allah yang adalah Allah, tetapi maria itu melahirkan Allah yang menjadi Manusia atau dengan kata lain, maria itu melahirkan Anak Allah, jadi walaupun kami menggunakan istilah Theotokos, tetapi dalam kesehariannya, Istilah theotokos itu tidak diterjemahkan sebagai "Bunda Allah", namun lebih tepat diterjemahkan sebagai bunda Anak Allah.

Dalam pemahaman saya, Allah dan Anak Allah itu adalah serupa tapi tidak sama, artinya .. Anak Allah itu lebih tinggi drajat kwalitasnya dari pada sebutan Tuhan ataupun Kristus, sebab jika berbicara Anak Allah, maka artinya kita berbicara Sang Hakikat, sebaliknya jika kita berbicara Tuhan ataupun Kristus, maka kita berbicara tentang Eksistensi dari pada Sang Hakikat, artinya adalah : Tuhan ataupun Kristus itu, bukan Hakikat dari Sang Hakikat tetapi Tuhan ataupun Kristus itu adalah Eksistensi dari Sang Hakikat, artinya .. Jika Anak Allah sebagai Sang Hakikat itu tidak dilahirkan kedunia ini oleh Maria, maka Eksistensi Tuhan dan Kristus itu, tidak akan pernah ada.

Itulah sebabnya, kami juga menolak penggunaan Ti-Theotokos pada Maria, seperti yang dilakukan oleh Gerejea Koptik, sekalipun iman percaya kami memiliki kesamaan 95% lebih, sebab penggunaan Ti-Theotokos memiliki pengertian sebagai Bunda Tuhan, nah .. pengertian bunda Tuhan terhadap maria inilah, yang juga kami tolak, sebab seperti penjelasan diatas, penggunaan Ti-Theotokos pada maria adalah tidak tepat, sebab yang dilahirkan maria, bukanlah Eksistensi Sang Hakikat tetapi Sang Hakikat itu sendiri yang dilahirkan menjadi manusia dan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi.

Mengapa ?? Eksistensi Tuhan ataupun Kristus itu, tidak serta merta melekat pada diri Yesus, pada saat Yesus itu dilahirkan oleh maria, tetapi setelah proses waktu sejak kelahiran itu terjadi, maka Anak Allah yang bernama Yesus itu, disebut sebagai Tuhan dan bahkan setelah kebangkitan-Nya dari kematian, Ia diberi Gelar Kristus. Jadi, jika kita mengakui Maria adalah Bunda dari Tuhan ataupun Kristus ( Ti-Theotokos ), hal ini juga tidak dapat dibenarkan, sebab penggunaan Ti-Theotokos itu ada, setelah Yesus itu dewasa dan bangkit dari kematian-Nya, sehingga jika kita menggunakan istilah Ti-Theotokos ( bunda Tuhan ), hal ini akan dapat membawa pergeseran terhadap Ke-Allahan Yesus, sehingga manusia bisa salah meneterjemahkannya dan bisa menimbulkan anggaban, bahwa Yesus itu bukan Allah yang sejati. ( Perlu anda ketahui, penggunaan istilah Ti-theotokos ini, telah melahirkan banyak sekte atau bidad yang keliru dalam memahami Ke-Ilahian Yesus, dimana mereka anggab Yesus adalah Ciptaan pertama dan Bukan Allah yang Sejati ), itulah sebabnya kami lebih menggunakan Istilah Theotokos untuk maria dari pada Ti-Theotokos.

Jadi, dalam pemahaman kami .. penggunaan Theotokos pada maria dimaksutkan bahwa Maria itu adalah Bunda Anak Allah, sebab dalam pemahaman kami, Anak Allah itu adalah Sama dengan Allah tetapi tidak serupa, itulah sebabnya kami lebih senang menggunakan istilah theotokos untuk maria dan tidak menterjemahkannya, karena takut terjadi kekeliruan dalam memahaminya.

Salam ..

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Diskusi Theotokos
« Reply #7 on: August 13, 2014, 10:33:08 PM »
... ... ...
Dalam pemahaman saya, Allah dan Anak Allah itu adalah serupa tapi tidak sama, artinya .. Anak Allah itu lebih tinggi drajat kwalitasnya dari pada sebutan Tuhan ataupun Kristus, sebab jika berbicara Anak Allah, maka artinya kita berbicara Sang Hakikat, sebaliknya jika kita berbicara Tuhan ataupun Kristus, maka kita berbicara tentang Eksistensi dari pada Sang Hakikat, artinya adalah : Tuhan ataupun Kristus itu, bukan Hakikat dari Sang Hakikat tetapi Tuhan ataupun Kristus itu adalah Eksistensi dari Sang Hakikat, artinya.. Jika Anak Allah sebagai Sang Hakikat itu tidak dilahirkan kedunia ini oleh Maria, maka Eksistensi Tuhan dan Kristus itu, tidak akan pernah ada.

Itulah sebabnya, ... ... ... , penggunaan Ti-Theotokos pada maria adalah tidak tepat, sebab yang dilahirkan maria, bukanlah Eksistensi Sang Hakikat tetapi Sang Hakikat itu sendiri  yang dilahirkan menjadi manusia dan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi.

Mengapa ?? Eksistensi Tuhan ataupun Kristus itu, tidak serta merta melekat pada diri Yesus, pada saat Yesus itu dilahirkan oleh maria, tetapi setelah proses waktu sejak kelahiran itu terjadi, maka Anak Allah yang bernama Yesus itu, disebut sebagai Tuhan dan bahkan setelah kebangkitan-Nya dari kematian, Ia diberi Gelar Kristus. Jadi, jika kita mengakui Maria adalah Bunda dari Tuhan ataupun Kristus ( Ti-Theotokos ), hal ini juga tidak dapat dibenarkan, sebab penggunaan Ti-Theotokos itu ada, setelah Yesus itu dewasa dan bangkit dari kematian-Nya, sehingga jika kita menggunakan istilah Ti-Theotokos ( bunda Tuhan ), hal ini akan dapat membawa pergeseran terhadap Ke-Allahan Yesus, sehingga manusia bisa salah meneterjemahkannya dan bisa menimbulkan anggaban, bahwa Yesus itu bukan Allah yang sejati. ( Perlu anda ketahui, penggunaan istilah Ti-theotokos ini, telah melahirkan banyak sekte atau bidad yang keliru dalam memahami Ke-Ilahian Yesus, dimana mereka anggab Yesus adalah Ciptaan pertama dan Bukan Allah yang Sejati ), itulah sebabnya kami lebih menggunakan Istilah Theotokos untuk maria dari pada Ti-Theotokos.

Jadi, dalam pemahaman kami .. penggunaan Theotokos pada maria dimaksutkan bahwa Maria itu adalah Bunda Anak Allah, sebab dalam pemahaman kami, Anak Allah itu adalah Sama dengan Allah tetapi tidak serupa, itulah sebabnya kami lebih senang menggunakan istilah theotokos untuk maria dan tidak menterjemahkannya, karena takut terjadi kekeliruan dalam memahaminya.

Bro Jesuit_dm,
Okay, aku tidak akan permasalahkan lagi mengenai terjemahan theotokos dalam bahasa Indonesia.
Aku tidak akan permasalahkan lagi kata “ti-theotokos”, karena kata ini memang tidak ada dalam bahasa Yunani, dan tidak pernah pula digunakan atau diterjemahkan dalam bahasa lain oleh Gereja Barat (Roma) ataupun Gereja Orthodox Timur. Aku anggap kata “ti-theotokos” adalah istilah yang Anda sendiri.

Tapi aku masih mau mempertanyakan pemahaman Anda mengenai konsep theotokos ini.
Anda mengatakan bahwa ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” itu berbeda dengan ”Tuhan atau Kristus yang dilahirkan oleh Maria”.
IMHO, pemahaman Anda ini sudah bertentangan dekrit konsili Efesus:

Second letter of Cyril to Nestorius
[Declared by the council of Ephesus to be in agreement with Nicaea]

So we shall confess one Christ and one Lord. We do not adore the man along with the Word, so as to avoid any appearance of division by using the word "with". But we adore him as one and the same, because the body is not other than the Word, and takes its seat with him beside the Father, again not as though there were two sons seated together but only one, united with his own flesh. ... ... ....

... ... ... So have they dared to call the holy virgin, mother of God, not as though the nature of the Word or his godhead received the origin of their being from the holy virgin, but because there was born from her his holy body rationally ensouled, with which the Word was hypostatically united and is said to have been begotten in the flesh.


Silakan diperhatikan definisi iman dari Konsili Efesus (kalimat yg aku bold merah) yang menyatakan bahwa:
"Kita menyembah dia sebagai (Kristus) yang satu dan sama, karena Tubuh / Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah Sang Sabda (istilah Anda: Anak Allah sebagai Sang Hakikat), dan (Tubuh / Kristus) menduduki takhta dengan Dia (Sang Sabda / Anak Allah sebagai Hakikat) di sisi Allah Bapa, sekali lagi bukan berarti ada dua anak (Kristus dan Hakikat) bertakhta bersama-sama tetapi hanya ada Satu (Hakikat) yang bersatu dengan TubuhNya sendiri (Kristus)".
Jika Anda membedakan ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” dengan ”Kristus yang dilahirkan oleh Maria” (seperti kalimat Anda yg aku bold merah), maka Anda telah melawan kebenaran yang ditetapkan oleh konsili Efesus.

AFAIK, Konsili Efesus justru mendefinisikan theotokos untuk memberantas pemahaman bidaat seperti ini, dan Konsili Efesus menegaskan bahwa hanya ada satu LORD, satu Tuhan yang sama sebelum dan setelah inkarnasi, makanya Maria layak disebut theotokos, karena Kristus (atau menurut istilah Anda: ”Eksistensi Sang Hakikat”) adalah LORD yang sama dengan Allah Putra (Anak Allah sebagai Sang Hakikat) yang telah ada sejak awal jaman, bersama dan di dalam Allah Bapa.

Ya, aku tidak akan mempermasalahkan lagi mengenai terjemahan ”theotokos”. Anda mau tetap menggunakan istilah ”theotokos”,  ”ti-theotokos”, ”Bunda Allah”, ”Bunda Tuhan”, dsb, tidak ada masalah jika Anda tetap mengikuti definisi iman dari Konsili Efesus. Tetapi masalahnya, aku masih melihat bahwa sekalipun Anda menerima kesetaraan Allah Putra dengan Allah Bapa, tetapi definisi Anda mengenai hypostatic union masih tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.

Jika Anak Allah sebagai Sang Hakikat itu tidak dilahirkan kedunia ini oleh Maria, maka Eksistensi Tuhan dan Kristus itu, tidak akan pernah ada.

IMHO, pernyataan Anda ini juga tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.
Konsili Efesus menyatakan bahwa kita menyembah Kristus sebagai Allah yang sama baik sebelum maupun sesudah inkarnasi. Jadi Eksistensi Tuhan dan Kristus itu tetap ada seandainya tidak dilahirkan ke dunia oleh Maria. Begitu juga setelah dilahirkan, Eksistensi Tuhan ini tetap sama, makanya Konsili Efesus mendekritkan bahwa kita layak menyebut Maria sebagai ”theotokos”.

=============

Inti dari argumenku:
Setelah Inkarnasi, wujud dari Anak Allah itu berubah, dari yang semula murni sebagai roh, menjadi sosok seorang manusia yang memiliki proporsi yang sempurna antara roh, jiwa, dan raga.
Tetapi Hakikat / Eksistensi dari Anak Allah adalah tetap sama, baik sebelum maupun sesudah inkarnasi, dan Maria melahirkan Kristus yang memiliki Hakikat / Eksistensi yang tidak berubah ini (meskipun wujud dari Anak Allah telah berubah), sehingga Konsili Efesus menyatakan bahwa Maria adalah benar2 theotokos.
Tidak masalah jika theotokos diterjemahkan sebagai ti-theotokos / bunda Allah / bunda Anak Allah / bunda Tuhan, selama kita menerima bahwa Kristus adalah Tuhan yang sama dan seutuhnya sebagai Anak Allah baik sebelum maupun sesudah inkarnasi.

Namun sebaliknya, Anda justru membedakan antara Anak Allah setelah berinkarnasi (Kristus) dengan Anak Allah sebelum berinkarnasi (Anak Allah sebagai Hakikat).
Oleh karenanya, Anda kemudian keberatan jika theotokos diterjemahkan sebagai "bunda Allah" karena menurut Anda Maria hanya melahirkan Kristus, dan Kristus ini berbeda dengan Hakikat / EksistensiNya sebelum berinkarnasi.
Sekali lagi, IMHO, pemahaman Anda ini berlawanan dengan iman Konsili Efesus.
« Last Edit: August 13, 2014, 11:19:47 PM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Diskusi Theotokos
« Reply #8 on: August 14, 2014, 08:41:16 PM »
Bro Jesuit_dm,
Okay, aku tidak akan permasalahkan lagi mengenai terjemahan theotokos dalam bahasa Indonesia.
Aku tidak akan permasalahkan lagi kata “ti-theotokos”, karena kata ini memang tidak ada dalam bahasa Yunani, dan tidak pernah pula digunakan atau diterjemahkan dalam bahasa lain oleh Gereja Barat (Roma) ataupun Gereja Orthodox Timur. Aku anggap kata “ti-theotokos” adalah istilah yang Anda sendiri.

Tapi aku masih mau mempertanyakan pemahaman Anda mengenai konsep theotokos ini.
Anda mengatakan bahwa ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” itu berbeda dengan ”Tuhan atau Kristus yang dilahirkan oleh Maria”.
IMHO, pemahaman Anda ini sudah bertentangan dekrit konsili Efesus:

Second letter of Cyril to Nestorius
[Declared by the council of Ephesus to be in agreement with Nicaea]

So we shall confess one Christ and one Lord. We do not adore the man along with the Word, so as to avoid any appearance of division by using the word "with". But we adore him as one and the same, because the body is not other than the Word, and takes its seat with him beside the Father, again not as though there were two sons seated together but only one, united with his own flesh. ... ... ....

... ... ... So have they dared to call the holy virgin, mother of God, not as though the nature of the Word or his godhead received the origin of their being from the holy virgin, but because there was born from her his holy body rationally ensouled, with which the Word was hypostatically united and is said to have been begotten in the flesh.


Silakan diperhatikan definisi iman dari Konsili Efesus (kalimat yg aku bold merah) yang menyatakan bahwa:
"Kita menyembah dia sebagai (Kristus) yang satu dan sama, karena Tubuh / Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah Sang Sabda (istilah Anda: Anak Allah sebagai Sang Hakikat), dan (Tubuh / Kristus) menduduki takhta dengan Dia (Sang Sabda / Anak Allah sebagai Hakikat) di sisi Allah Bapa, sekali lagi bukan berarti ada dua anak (Kristus dan Hakikat) bertakhta bersama-sama tetapi hanya ada Satu (Hakikat) yang bersatu dengan TubuhNya sendiri (Kristus)".
Jika Anda membedakan ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” dengan ”Kristus yang dilahirkan oleh Maria” (seperti kalimat Anda yg aku bold merah), maka Anda telah melawan kebenaran yang ditetapkan oleh konsili Efesus.

AFAIK, Konsili Efesus justru mendefinisikan theotokos untuk memberantas pemahaman bidaat seperti ini, dan Konsili Efesus menegaskan bahwa hanya ada satu LORD, satu Tuhan yang sama sebelum dan setelah inkarnasi, makanya Maria layak disebut theotokos, karena Kristus (atau menurut istilah Anda: ”Eksistensi Sang Hakikat”) adalah LORD yang sama dengan Allah Putra (Anak Allah sebagai Sang Hakikat) yang telah ada sejak awal jaman, bersama dan di dalam Allah Bapa.

Ya, aku tidak akan mempermasalahkan lagi mengenai terjemahan ”theotokos”. Anda mau tetap menggunakan istilah ”theotokos”,  ”ti-theotokos”, ”Bunda Allah”, ”Bunda Tuhan”, dsb, tidak ada masalah jika Anda tetap mengikuti definisi iman dari Konsili Efesus. Tetapi masalahnya, aku masih melihat bahwa sekalipun Anda menerima kesetaraan Allah Putra dengan Allah Bapa, tetapi definisi Anda mengenai hypostatic union masih tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.

IMHO, pernyataan Anda ini juga tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.
Konsili Efesus menyatakan bahwa kita menyembah Kristus sebagai Allah yang sama baik sebelum maupun sesudah inkarnasi. Jadi Eksistensi Tuhan dan Kristus itu tetap ada seandainya tidak dilahirkan ke dunia oleh Maria. Begitu juga setelah dilahirkan, Eksistensi Tuhan ini tetap sama, makanya Konsili Efesus mendekritkan bahwa kita layak menyebut Maria sebagai ”theotokos”.

=============

Inti dari argumenku:
Setelah Inkarnasi, wujud dari Anak Allah itu berubah, dari yang semula murni sebagai roh, menjadi sosok seorang manusia yang memiliki proporsi yang sempurna antara roh, jiwa, dan raga.
Tetapi Hakikat / Eksistensi dari Anak Allah adalah tetap sama, baik sebelum maupun sesudah inkarnasi, dan Maria melahirkan Kristus yang memiliki Hakikat / Eksistensi yang tidak berubah ini (meskipun wujud dari Anak Allah telah berubah), sehingga Konsili Efesus menyatakan bahwa Maria adalah benar2 theotokos.
Tidak masalah jika theotokos diterjemahkan sebagai ti-theotokos / bunda Allah / bunda Anak Allah / bunda Tuhan, selama kita menerima bahwa Kristus adalah Tuhan yang sama dan seutuhnya sebagai Anak Allah baik sebelum maupun sesudah inkarnasi.

Namun sebaliknya, Anda justru membedakan antara Anak Allah setelah berinkarnasi (Kristus) dengan Anak Allah sebelum berinkarnasi (Anak Allah sebagai Hakikat).
Oleh karenanya, Anda kemudian keberatan jika theotokos diterjemahkan sebagai "bunda Allah" karena menurut Anda Maria hanya melahirkan Kristus, dan Kristus ini berbeda dengan Hakikat / EksistensiNya sebelum berinkarnasi.
Sekali lagi, IMHO, pemahaman Anda ini berlawanan dengan iman Konsili Efesus.

Begini saudara ku, kalau anda katakan permasalahan ti theotokos adalah hasil dari pemikiran saya sendiri, maka disini saya mau paparkan beberapa istilah terhadap maria, yaitu : Mater Dei, Yoldalth Alloho, Thetokos, Ti Theotokos Athokos, Ti Theotokos Doqadus ( semua istilah ini, memiliki arti yang hampir sama ) dan istilah ini berbeda dengan Kristothokos.

Kembali ketopik, ringkasnya begini :

Maria melahirkan Yesus ( saat Yesus dilahirkan ), Yesus belum disebut sebagai Tuhan ataupun Kristus, tetapi Dia sudah menyandang Gelar sebagai Anak Allah Yang Maha Tinggi ( Yohanes 1 : 14 ), namun setelah Yesus mati dan bangkit dari kematian, maka Yesus itu barulah disebut Kristus.

Nah .. kalau dikatakan, bahwa Maria adalah Bunda Kristus, juga tidak salah, trus kalau dikatakan bahwa maria adalah bunda Allah, juga tidak salah ( tetapi yang harus dipahami adalah, bahwa Maria BUKAN bunda Allah sebelum Allah itu dilahirkan, tetapi Maria adalah Bunda Allah yang dilahirkan menjadi manusia Yesus ).

Jadi, Jika Allah sebelum dilahirkan oleh Maria, disebut sebagai Bapa Sang Pencipta, maka Maria bukanlah Bunda dari Bapa Sang Pengcipta itu, tetapi Setelah Allah dilahirkan menjadi manusia dan bernama Yesus, maka Maria adalah Bunda Allah yang telah menjadi Manusia Yesus itu, atau dengan kata lain .. Maria itu adalah Bunda Anak Allah, karena itu bagi kami, istilah Theotokos itu tidak diterjemahkan, untuk menghindari kekeliruan dalam memahami Maria.


Salam ...


Offline jesuit_dm

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Gereja Orthodox Oriental , Shyria Antiokhia
Re: Diskusi Theotokos
« Reply #9 on: August 15, 2014, 08:26:22 AM »
Bro Jesuit_dm,
Okay, aku tidak akan permasalahkan lagi mengenai terjemahan theotokos dalam bahasa Indonesia.
Aku tidak akan permasalahkan lagi kata “ti-theotokos”, karena kata ini memang tidak ada dalam bahasa Yunani, dan tidak pernah pula digunakan atau diterjemahkan dalam bahasa lain oleh Gereja Barat (Roma) ataupun Gereja Orthodox Timur. Aku anggap kata “ti-theotokos” adalah istilah yang Anda sendiri.

Tapi aku masih mau mempertanyakan pemahaman Anda mengenai konsep theotokos ini.
Anda mengatakan bahwa ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” itu berbeda dengan ”Tuhan atau Kristus yang dilahirkan oleh Maria”.
IMHO, pemahaman Anda ini sudah bertentangan dekrit konsili Efesus:

Second letter of Cyril to Nestorius
[Declared by the council of Ephesus to be in agreement with Nicaea]

So we shall confess one Christ and one Lord. We do not adore the man along with the Word, so as to avoid any appearance of division by using the word "with". But we adore him as one and the same, because the body is not other than the Word, and takes its seat with him beside the Father, again not as though there were two sons seated together but only one, united with his own flesh. ... ... ....

... ... ... So have they dared to call the holy virgin, mother of God, not as though the nature of the Word or his godhead received the origin of their being from the holy virgin, but because there was born from her his holy body rationally ensouled, with which the Word was hypostatically united and is said to have been begotten in the flesh.


Silakan diperhatikan definisi iman dari Konsili Efesus (kalimat yg aku bold merah) yang menyatakan bahwa:
"Kita menyembah dia sebagai (Kristus) yang satu dan sama, karena Tubuh / Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah Sang Sabda (istilah Anda: Anak Allah sebagai Sang Hakikat), dan (Tubuh / Kristus) menduduki takhta dengan Dia (Sang Sabda / Anak Allah sebagai Hakikat) di sisi Allah Bapa, sekali lagi bukan berarti ada dua anak (Kristus dan Hakikat) bertakhta bersama-sama tetapi hanya ada Satu (Hakikat) yang bersatu dengan TubuhNya sendiri (Kristus)".
Jika Anda membedakan ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” dengan ”Kristus yang dilahirkan oleh Maria” (seperti kalimat Anda yg aku bold merah), maka Anda telah melawan kebenaran yang ditetapkan oleh konsili Efesus.

AFAIK, Konsili Efesus justru mendefinisikan theotokos untuk memberantas pemahaman bidaat seperti ini, dan Konsili Efesus menegaskan bahwa hanya ada satu LORD, satu Tuhan yang sama sebelum dan setelah inkarnasi, makanya Maria layak disebut theotokos, karena Kristus (atau menurut istilah Anda: ”Eksistensi Sang Hakikat”) adalah LORD yang sama dengan Allah Putra (Anak Allah sebagai Sang Hakikat) yang telah ada sejak awal jaman, bersama dan di dalam Allah Bapa.

Ya, aku tidak akan mempermasalahkan lagi mengenai terjemahan ”theotokos”. Anda mau tetap menggunakan istilah ”theotokos”,  ”ti-theotokos”, ”Bunda Allah”, ”Bunda Tuhan”, dsb, tidak ada masalah jika Anda tetap mengikuti definisi iman dari Konsili Efesus. Tetapi masalahnya, aku masih melihat bahwa sekalipun Anda menerima kesetaraan Allah Putra dengan Allah Bapa, tetapi definisi Anda mengenai hypostatic union masih tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.

IMHO, pernyataan Anda ini juga tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.
Konsili Efesus menyatakan bahwa kita menyembah Kristus sebagai Allah yang sama baik sebelum maupun sesudah inkarnasi. Jadi Eksistensi Tuhan dan Kristus itu tetap ada seandainya tidak dilahirkan ke dunia oleh Maria. Begitu juga setelah dilahirkan, Eksistensi Tuhan ini tetap sama, makanya Konsili Efesus mendekritkan bahwa kita layak menyebut Maria sebagai ”theotokos”.

=============

Inti dari argumenku:
Setelah Inkarnasi, wujud dari Anak Allah itu berubah, dari yang semula murni sebagai roh, menjadi sosok seorang manusia yang memiliki proporsi yang sempurna antara roh, jiwa, dan raga.
Tetapi Hakikat / Eksistensi dari Anak Allah adalah tetap sama, baik sebelum maupun sesudah inkarnasi, dan Maria melahirkan Kristus yang memiliki Hakikat / Eksistensi yang tidak berubah ini (meskipun wujud dari Anak Allah telah berubah), sehingga Konsili Efesus menyatakan bahwa Maria adalah benar2 theotokos.
Tidak masalah jika theotokos diterjemahkan sebagai ti-theotokos / bunda Allah / bunda Anak Allah / bunda Tuhan, selama kita menerima bahwa Kristus adalah Tuhan yang sama dan seutuhnya sebagai Anak Allah baik sebelum maupun sesudah inkarnasi.

Namun sebaliknya, Anda justru membedakan antara Anak Allah setelah berinkarnasi (Kristus) dengan Anak Allah sebelum berinkarnasi (Anak Allah sebagai Hakikat).
Oleh karenanya, Anda kemudian keberatan jika theotokos diterjemahkan sebagai "bunda Allah" karena menurut Anda Maria hanya melahirkan Kristus, dan Kristus ini berbeda dengan Hakikat / EksistensiNya sebelum berinkarnasi.
Sekali lagi, IMHO, pemahaman Anda ini berlawanan dengan iman Konsili Efesus.

Sedikit terlupakan, setelah saya baca2 penjelasan anda, mungkin kita harus kembali ke pemikiran dasar, yaitu :"permasalahan Allah itu sendiri".

Anda menjelaskan bahwa Hakikat dan Eksistensi itu, memeiliki pengertian yang sama, sehingga anda menuliskan Hakikat / Eksistensi.. Nah, permasalahan ini dahulu yang harus kita luruskan, sebab pengertian Hakikat dengan Eksistensi itu "BERBEDA"., tetapi Hakikat itu memiliki pengertian yang sama dengan substansi, serta Eksistensi itu memiliki pengertian yang sama dengan Pribadi / Kepribadian atau Personality.

Sederhananya adalah begini .. Hakikat  atau Substansi itu adalah Subjek dan Eksistensi / Kepribadian itu adalah Predikat, jadi tidak mungkin ada Predikat, Jika Subjek itu belum ada. Nah .. Jadi yang pertama ada dari Allah, adalah Hakikat / Substansi Allah itu sendiri, lalu setelah Hakikat / Substansi Allah itu ada, barulah kemudian lahir Eksistensi / Kepribadian dari Allah.

Artinya .. Setelah Allah itu ada, barulah lahir sifat-sifat Allah, jadi tidak mungkin sifat-sifat itu yang pertama ada, tetapi Hakikat / Substansi atau Subjek Allah itu yang pertama lahir, baru kemudian sifat-sifatnya.

Nah .. Jika kita sudah memahami perbedaan makna Hakikat / Substansi dengan Eksistensi / Kepribadian, maka kita akan mudah untuk memahami makna Kredo Nicea, yaitu .. Una Substantia ( Satu Hakikat / Satu Substansi / Satu Subjek ), Tress Personae ( 3 Eksistensi / 3 Kepribadian ) --> Inilah yang berkali-kali saya jelaskan dalam setiap diskusi tentang tritunggal yang maha kudus., sehingga dengan demikian dapat dipahami dengan mudah, bahwa Bapa, Anak dan Roh adalah Eksistensi / Kepribadian yang dimiliki oleh Sang Hakikat / Substansi Tunggal ( Roh Yang Maha Kudus bernama YHVH ).


Salam ..