Apapun alasan anda tetapi Paus bukanlah :
1. Kepala Gereja Universal
2. Vicar of Christ
Petrus adalah kepala Gereja Universal dan menjadi wakil Kristus dalam menggembalakan umat GerejaNya, dan Yesus sendiri yg bersabda demikian!
Hal ini dapat dilihat dalam perikop berikut ini, dan juga kesaksian bapa Gereja (atau menurut istilah Anda: teolog klasik) seperti St. Chrysostom:
Yoh 21 : 15 - 17
15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Catatan Jenova: Harap diperhatikan perikop pendahulunya, bahwa Kristus bersabda kepada Petrus di hadapan para rasul lainnya setelah mereka semua menyantap sarapan, yang artinya Sabda ini ditujukan khusus kepada Petrus seorang).
Janji yang diberikan oleh Kristus dalam
Mat 16 : 16 - 19 sepenuhnya digenapi setelah kebangkitanNya dalam perikop yang dikisahkan
Yoh 21 : 15 - 17. Di sini Tuhan, ketika akan meninggalkan bumi, meletakkan seluruh kawanan dombaNya dalam asuhan Sang Rasul. Istilah yang digunakan dalam ayat 16 (dalam bahasa aslinya): ”Jadilah gembala (poimaine) domba2Ku” mengindikasikan bahwa amanat ini bukan hanyaa semata2 untuk memberi makan tetapi juga untuk memerintah. Kata yang sama juga digunakan dalam
Maz 2 : 9 (Septuaginta): ”Engkau akan memerintah (poimaneis) mereka dengan gada besi”.
Kisah dalam perikop ini menunjukkan kesamaan dengan dengan kisah dalam perikop
Mat 16. Setelah imbalan yang diberikan kepada Petrus setelah pengakuan imannya yang menjadikan dia unggul / unik dari kesebelas rasul lainnya, di sini Kristus meminta pernyataan yang serupa, tapi kali ini dengan tingkat kebajikan yang lebih tinggi: ”Simon anak Yohanes, mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”. Di sini juga, seperti pada kisah sebelumnya, Kristus menganugerahkan kepada Sang Rasul sebuah jabatan yang sejatinya dimiliki oleh diriNya sendiri. Di sini Kristus menjanjikan untuk menjadikan Petrus batu landasan bagi rumah Tuhan, di mana Dia menjadikan Petrus gembala bagi kawanan domba Allah dalam posisi seperti diriNya, Sang Gembala Yang Baik.
Perikop ini menerima komentar yang sangat baik dari St. Chrysostom:
Dia bersabda kepadanya: ”Gembalakan dombaKu”. Mengapa Dia tidak menyampaikan kepada rasul lainnya tetapi berkata mengenai domba2 hanya kepada Petrus? Petrus adalah yang terpilih dari antara para rasul, juru bicara para murid, kepala dari paduan suara. Untuk alasan inilah Paulus pergi untuk menghadap dia dan bukan kepada rasul2 lainnya. Dan juga untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia harus memiliki kepercayaan diri sekarang bahwa penyangkalannya telah diampuni. Kristus mempercayakan kepadanya otoritas utk memimpin (prostasia) atas saudara2nya. Jika seseorang berkata “Kalo memang demikian, mengapa Yakobus yang menerima takhta Yerusalem?”. Aku menjawab bahwa Kristus menjadikan Petrus sebagai guru bukan untuk takhta tertentu, melainkan untuk seluruh dunia.
(St. John Chrysostom, Homili 88 on John, 1. Cf. Origen, “In Ep. Ad Rom.” 5:10; Ephraem Syrus "Hymn. in B. Petr." in "Bibl. Orient. Assemani", 1:95;Leo I, "Serm. iv de natal.", 2)Bahkan beberapa komentator protestan secara gamblang menyatakan bahwa Kristus tanpa diragukan bermaksud untuk memberikan imamat tertinggi kepada Petrus. Tapi cendekiawan lainnya, mengandalkan pada tulisan St. Cyril dari Alexandria (”In Joan.” 12:1) bertahan pada pendapat bahwa tujuan dari pertanyaan Kristus yang diulang 3 kali secara sederhana adalah untuk mengembalikan posisi Petrus dalam bilangan para rasul, di mana penyangkalannya sebanyak 3 kali kemungkinan telah menyebabkan dia kehilangan kedudukannya sbagai rasul itu. Interpretasi ini sebetulnya tidak memiliki kemungkinan kebenaran. Tidak ada satu kata pun dalam Kitab Suci atau dalam tradisi para rasul yang mengindikasikan bahwa Petrus telah kehilangan jabatannya sebagai rasul, dan bahwa teori ini telah mengacuhkan kenyataan bahwa pada peristiwa kebangkitan Kristus, dia menerima kuasa apostolik yang sama dengan kesebelas rasul lainnya. Pernyataan St. Cyril yang bersahaja ini sama sekali tidak bermaksud utk menentang kekuasaan patristic mengenai pandangan lainnya (catatan Jenova: St. Cyril tidak bermaksud menurunkan wibawa Petrus, sehingga memberi kesempatan utk menyatakan bahwa Petrus tidak layak menerima imamat tertinggi). Melainkan bahwa interpretasi seperti demikian ini seharusnya telah membuktikan secara sah betapa sulitnya bagi para protestant untuk memahami naskah tersebut.
3. Holy Father
Mengapa kita tidak boleh menyebut Petrus dan penerus2nya, juga penerus2 rasul lainnya, dengan sebutan “holy father” atau “bapa suci”??
Benar, hanya Allah saja yang benar2 Kudus / Suci, tetapi orang2 atau tempat2 atau benda2 yg erat berkaitan dengan Allah pun dapat disebut kudus / suci. Menamai seseorang / sesuatu dengan sebutan kudus menunjukkan konsep penyucian (konsekrasi), bahwa seseorang / sesuatu itu adalah miliki Allah. Ini juga sebabnya dalam Kitab Suci, banyak orang, tempat, dan benda yang disebut kudus / suci.
Tidak percaya??
Mari kita lihat
Kel 19 : 6, disebut bahwa bangsa pilihan Allah telah dikonsekrasikan dan akan disebut sebagai bangsa yang kudus!
Kel 28 : 43 menyebutkan bahwa Kemah Kediaman Allah telah dikonsekrasikan karena Allah berdiam di tempat itu, dan tempat itu pun disebut sebagai "tempat kudus”.
Begitu pula dengan kota Yerusalem, dalam
Yes 48 : 2 disebut sebagai “kota kudus”.
Ada lagi, lihat di
Im 10 : 17, bahkan domba kurban sembelihan pun bisa disebut sebagai "bagian maha kudus”!
Lebih2 lagi dalam Perjanjian Baru, Anda lihat sendiri bahwa setelah wafat dan kebangkitan Kristus, umat kristen saling menyebut satu sama lain dengan sebutan "orang kudus”, seperti yg dicontohkan dalam
Rom 1 : 7! Bahkan dalam suratnya pun, Petrus menyebut bahwa Allah telah menjadikan umatnya “kudus”.
Kalo kita saja dapat memanggil satu sama lain dengan sebutan “orang kudus / suci” karena kita telah dikonsekrasikan sebagai umat Allah, mengapa kita tidak boleh menyebut para pemegang imamat seperti pastor dengan sebutan “bapa kudus / suci”??
Kalo pastor boleh disebut sebagai “bapa suci”, mengapa tidak memanggil uskup (pemegang jabatan rasul) dengan sebutan “bapa suci”??
Kalo uskup boleh disebut sebagai “bapa suci”, mengapa kita tidak boleh memanggil paus, yg adalah kepala semua uskup, dengan sebutan “bapa suci”???
Oh ya, silakan buka mata Anda, bahwa sebutan “bapa suci”, sekalipun umum diberikan kepada paus, tetapi TIDAK menjadi sebutan bagi paus SAJA, tetapi dapat diberikan kepada uskup2 dan patriakh2 dari Gereja Timur, dan kalo Anda mau, boleh saja Anda panggil seorang pastor atau sesama saudara seiman dengan sebutan “bapa suci”!!