Author Topic: Renungan Harian®  (Read 824 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Renungan Harian®
« on: April 01, 2015, 06:32:04 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
SALURAN BERKAT
    Diterbitkan hari Rabu, 01 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Tjetjep Gunawan   
    Dibaca: 570 kali

Baca: 1 Timotius 6:11-21

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi. (1 Timotius 6:18)


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 1-3



Chen Shu Chu pedagang sayur-mayur di Taitung, Taiwan. Selama 18 tahun berdagang, ia menyisihkan sebanyak 2,8 miliar rupiah keuntungannya untuk menyantuni orang miskin dan anak telantar. Pada 2012 ia dianugerahi Penghargaan Ramon Magsaysay dan memperoleh hadiah sebesar 50 ribu dolar AS. Ah, ternyata penjual sayur murah hati itu menghibahkan dana tersebut untuk membantu rumah sakit yang memerlukan peralatan UGD.

Firman Tuhan memberikan peringatan pada orang kaya yang mengagung-agungkan kekayaannya. Harta yang berlimpah ruah sering menjadikan manusia sombong. Padahal, orang yang kaya sebenarnya diberkati Allah untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Sungguh indah keadaan dunia ini jika saja orang kaya mau menjalankan kebajikannya dengan memberi dan membagi harta miliknya dengan orang lain yang memerlukan bantuan (ay. 18). Bukankah misi ini sejalan dengan sikap Yesus yang mengasihi dan berbuat baik pada orang-orang miskin yang terpinggirkan?

Chen Shu Chu adalah salah satu contoh nyata. Ternyata masih ada orang yang mau berbuat baik bagi sesamanya tanpa pamrih. Kita sebagai orang yang diberkati Tuhan, walaupun mungkin bukan orang kaya-raya, dipanggil untuk memberi dan berbagi dengan harta yang dipercayakan pada kita. Ketika kita berbuat baik dengan tulus dan ikhlas, sesungguhnya Allah telah menyediakan berkat untuk kita salurkan. Bersiaplah dipakai Tuhan menjadi saluran berkat-Nya. Kiranya Tuhan dipermuliakan melalui kebajikan kita.—TG

SALAH SATU KENIKMATAN HIDUP ORANG Kristen
ADALAH KETIKA MEMBERI DAN BERBAGI DENGAN TULUS IKHLAS

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #1 on: April 02, 2015, 06:05:25 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
SEANDAINYA SAJA
    Diterbitkan hari Kamis, 02 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Adama Sihite   
    Dibaca: 371 kali

Baca: Matius 27:1-5

Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. (Matius 27:3a)


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 4-7



Entah sadar atau tidak, manusia sering berandai-andai tentang pengalaman yang sudah dilewatinya. Umpamanya, “Seandainya saya dulu melakukan itu, pasti sekarang tidak menjadi seperti ini”; atau, “Seandainya dulu saya menabung, pasti keadaan keluarga kami tidak susah seperti sekarang.” Ujung-ujungnya timbul rasa kesal, sesal, menyalahkan diri sendiri, dan hilang harapan. Lebih parah lagi, kita enggan mencari jalan keluar.

Tergiur akan imbalan materi, Yudas tega menyerahkan Tuhan Yesus ke tangan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Sepertinya Yudas tidak mengira apa yang bakal terjadi dengan Tuhan Yesus. Ia tidak tahu kalau hukuman matilah yang menunggu Tuhan Yesus. Matius mencatat bahwa Yudas menyesal. Bisa jadi Yudas pun melontarkan pernyataan “seandainya” terhadap dirinya sendiri. “Seandainya aku tidak menyerahkan Yesus, tentulah Yesus tidak dijatuhi hukuman mati.” Sayang, penyesalannya terlambat, dan tidak menggugahnya untuk bertobat. Buahnya amat pahit. Yudas bunuh diri (ay. 5).

Seberapa sering kita menyesal di kemudian hari atas apa yang kita lakukan pada masa lalu, termasuk dalam melakukan dosa. Kita lalu mulai berandai-andai, “Ah, seandainya saja…” Sungguh sayang jika penyesalan itu berlanjut secara salah, yaitu dengan mengasihani diri sendiri secara berlebihan atau malah menjauh dari Tuhan. Sebenarnya ada satu jalan keluar dari penyesalan itu. Kita dapat bertobat dan memulai langkah baru bersama Tuhan Yesus yang tidak pernah meninggalkan kita.—AAS

TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BERTOBAT
DAN MEMULAI LAGI LANGKAH BARU BERSAMA Tuhan

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #2 on: April 03, 2015, 01:09:05 PM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
BARANG BEKAS
    Diterbitkan hari Jum'at, 03 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Adama Sihite   
    Dibaca: 294 kali

Baca: Efesus 2:1-10

Sebab karena anugerah kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri. (Efesus 2:8-9)


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 8-11



Di salah satu pos pelayanan gereja saya, ada anggota yang bekerja sebagai pemulung rangkas (barang bekas). Rangkas yang terkumpul ada yang berasal dari kota lain di Indonesia. Di tempat itu, rangkas dipilah: botol dengan botol, kardus dengan kardus, plastik dengan plastik, besi dengan besi. Selanjutnya, rangkas dibawa ke pabrik untuk didaur ulang.

Kehidupan kita, oleh Paulus digambarkan seperti barang bekas yang dekil, kotor, bau, menjijikkan, dan layak dibuang karena dosa dan pelanggaran kita. Karena dosa, kita sudah mati dan layak dimurkai (ay. 1-3). Namun, dari pihak Allah, Dia kaya dengan rahmat dan penuh dengan belas kasihan. Tuhan “mendaur ulang” kita menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya. Dia memiliki rencana dan rancangan yang lain. Allah mau menyelamatkan dan menghidupkan kita kembali dalam anugerah Yesus Kristus (ay. 4-6). Bahkan Allah menjanjikan tempat di Kerajaan Surga (ay. 6). Semua hanya karena anugerah--karena pemberian Allah, bukan karena usaha kita sendiri--sehingga tidak ada yang dapat kita banggakan (ay. 8-10).

Paskah adalah merayakan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus yang telah mati disalib menggantikan kita. Peristiwa Paskah tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Jumat Agung saat anugerah keselamatan dari Allah diberikan karena Kristus sudah membayar lunas penebusan kita di kayu salib. Paskah sekaligus adalah bangkitnya kita dari kematian oleh dosa. Tindakan syukur apa yang kita lakukan atas anugerah besar yang kita terima itu?—AAS

DOSA TIDAK DAPAT MENGHENTIKAN ANUGERAH Allah YANG TERUS MENGALIR,
TETAPI ANUGERAH Allah PASTI MENGHENTIKAN DOSA.—Joseph Prince

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #3 on: April 04, 2015, 12:53:06 PM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
SARKASME ELIE WIESEL
    Diterbitkan hari Sabtu, 04 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Pipi Agus Dhali   
    Dibaca: 267 kali

Baca: Lukas 10:25-37

Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Lukas 10:37)


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 12-14:23



"Lawan dari kasih bukan kebencian, melainkan ketidakpedulian; lawan dari seni bukan keburukan, melainkan ketidakpedulian; lawan dari iman bukan ajaran sesat, melainkan ketidakpedulian; lawan dari kehidupan bukan kematian, melainkan ketidakpedulian," demikian ungkapan Elie Wiesel, sastrawan berdarah Yahudi, peraih Nobel Perdamaian 1986, saksi hidup kekejaman rezim Hitler. Sarkastik dan telak.

Dalam perumpamaan Yesus, apakah yang membedakan antara orang Samaria dan kedua tokoh lainnya? Ya, sebentuk kepedulian. Dan, apakah yang membedakan akibatnya? Sebuah kehidupan! Orang yang dirampok itu sudah nyaris mati (ay. 30). Jika semua orang yang lewat seperti kedua tokoh sebelumnya, nyawanya pasti melayang. Namun, karena ada orang yang peduli–jiwanya tertolong, ia tetap hidup! Lihatlah, betapa batas antara hidup dan mati ditentukan oleh sebuah kepedulian!

Sarkasme Elie Wiesel lahir dari kegetiran yang dialaminya sendiri. Ketika jutaan manusia dibantai, masyarakat internasional kala itu cenderung membisu. Bahkan gereja resmi di Jerman bersikap apatis. Tragedi terjadi selain akibat kekejaman, juga akibat ketidakpedulian. Jika ketidakpedulian ikut melahirkan kematian, sebaliknyalah kepedulian. Mungkin yang Anda lakukan hanya sebentuk kepedulian sederhana: mendoakan si sakit, menepuk pundak si gagal, mengantar si oma ke gereja, memberi beasiswa si anak desa, dan sebagainya. Ingat, semua itu berpihak pada kehidupan.—PAD

SETIAP KEPEDULIAN BERPOTENSI UNTUK MENGHADIRKAN KEHIDUPAN,
ATAU SETIDAKNYA MEMBIKIN HIDUP LEBIH HIDUP

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #4 on: April 05, 2015, 12:53:01 PM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
MUKJIZAT UTAMA
    Diterbitkan hari Minggu, 05 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Vonny Thay   
    Dibaca: 292 kali

Baca: 1 Korintus 15:12-19

Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. (1 Korintus 15:19)


Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 14:24-26



Lima tahun—waktu yang panjang dan berat bagi ibu dalam berjuang melawan kanker. Setelah beberapa kali mendapatkan mukjizat kesembuhan, kini maut tidak dapat dielakkan lagi. Ibu menutup usia pada 21 September 2013. Pada hari itu, saya menyadari bahwa mukjizat terbesar bukanlah mukjizat kesembuhan, melainkan karena ibu telah percaya kepada Tuhan dan berpegang teguh pada iman sampai akhir hayatnya. Dan kini, sekalipun kematian telah menjemputnya, saya yakin ibu telah berbahagia bersama Kristus di surga.

Mengharapkan mukjizat kesembuhan dari Tuhan tentulah tidak salah. Namun, jika kita hanya mengharapkan kesembuhan, kekuasaan, dan kekayaan dari Tuhan, menurut rasul Paulus, kita adalah orang yang paling malang di dunia ini. Mengapa? Semua itu hanya bersifat sementara. Hadiah utama yang diberikan Kristus bagi mereka yang percaya kepada-Nya adalah kebangkitan dari kematian. Ya, karena Kristus telah bangkit sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Tidak semua orang Kristen mendapatkan mukjizat kesembuhan, kelimpahan materi, atau kejayaan. Namun, semua orang yang percaya pada Kristus pasti akan dibangkitkan ketika Dia datang untuk kedua kalinya. Itulah pengharapan dan mukjizat yang utama bagi kita. Karena itu, janganlah berkecil hati jika di dalam dunia ini kita masih menghadapi berbagai macam kesulitan atau sakit-penyakit. Tetaplah berpegang teguh pada pengharapan iman kita. Hidup yang kekal dan mahkota kemuliaan tersedia bagi mereka yang percaya.—VT

JANGANLAH MENJADI BODOH DAN MEMBUANG ANUGERAH YANG KEKAL
KARENA TERPAKU PADA HADIAH YANG FANA

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #5 on: April 13, 2015, 01:25:33 PM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
SALAH SANGKA
    Diterbitkan hari Senin, 13 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Go Hok Jin   
    Dibaca: 461 kali

Baca: Lukas 24:13-35

Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan membebaskan bangsa Israel. (Lukas 24:21)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 6-9



Saya sempat salah sangka kepada Tuhan ketika saya harus meninggalkan Surabaya, kota kelahiran saya. Saya mengira Dia tidak mengasihi dan tidak memedulikan saya yang masih ingin tinggal di sana. Tujuh belas tahun sesudahnya, setelah Tuhan membawa saya mengalami banyak perkara luar biasa, saya bisa memahami rencana-Nya yang indah. Saya mengalami kelahiran baru, bertumbuh secara rohani, menempuh pendidikan di universitas, dan menikah dengan perempuan yang saya kasihi.

Fakta kematian Yesus di kayu salib menggemparkan banyak pihak, tak terkecuali bagi murid Yesus. Yesus yang diharapkan menjadi pembebas bangsa Israel dari penjajahan Romawi ternyata mati muda. Jika ukurannya adalah harapan atau pemikiran mereka tersebut, jelas Yesus gagal. Padahal, lebih dari harapan para murid dan juga bangsa Yahudi, Yesus benar-benar datang sebagai pembebas. Kematian dan kebangkitan-Nya memungkinkan manusia yang percaya kepada-Nya terbebas dari kuasa dosa. Jadi, sebenarnya prasangka para murid tidak tepat. Yesus berkarya malah melampaui harapan mereka.

Rencana dan jalan Tuhan sering tak mudah dipahami oleh manusia. Apa yang nampak sebagai kegagalan, keinginan yang tidak terkabul, atau harapan yang seakan telah sirna, bukan berarti rencana Tuhan juga gagal. Jangan salah sangka terhadap Dia. Dia berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan-Nya. Segala sesuatu yang kita alami ada dalam kendali-Nya. Percayalah bahwa rencana dan kehendak-Nya sempurna dalam hidup kita.—GHJ

Tuhan PUNYA SERIBU SATU CARA
UNTUK MENGGENAPI RENCANA-NYA DI BUMI INI

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #6 on: April 14, 2015, 06:20:05 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
SULAMAN TANGAN Tuhan
    Diterbitkan hari Selasa, 14 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Samuel Yudi Susanto   
    Dibaca: 340 kali

Baca: Hakim-Hakim 11:1-11

Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. (Hakim-Hakim 11:1)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 10-12



Kita acap kali melihat sebuah hasil sulaman yang indah dalam bentuk yang jadi. Mungkin saja sulaman itu sudah dijahit rapi bagian tepinya dan berbingkai sangat indah. Tetapi, cobalah membongkar bingkainya dan lihatlah kain hasil sulaman itu di bagian belakangnya! Apa yang kita temukan? Sungguh berbanding terbalik dengan penampilan bagian depannya. Di bagian belakang sulaman itu, kita akan menemukan jalinan benang bertumpukan yang sangat tidak teratur, sangat amburadul, dan jauh dari kata indah.

Dengan cara yang sama kita dapat memandang kehidupan Yefta. Kita melihat Yefta sebagai pahlawan gagah perkasa yang dipakai Tuhan secara luar biasa untuk memimpin bangsa Israel. Tetapi, tahukah kita bahwa Yefta punya latar belakang yang sama sekali jauh dari kata 'indah'? Seperti bagian belakang sulaman tadi, latar belakang Yefta sangatlah buruk, seorang yang terusir dari saudara-saudaranya dan tidak mendapat bagian warisan. Meskipun demikian, Tuhan memilihnya dan memakainya menjadi seorang pahlawan pemimpin Israel. Di tangan Tuhan, seburuk apa pun latar belakang seseorang, Dia dapat membentuknya menjadi sebuah hasil karya yang mahaindah.

Sama halnya dengan latar belakang hidup kita, dosa telah merusak citra Allah dalam hidup kita. Namun demikian, Allah tetap menunjukkan kasih karunia-Nya dalam hidup kita. Dia telah menebus kita dari dosa dan memulihkan hidup kita. Tidak berhenti di situ, Dia mendandani hidup kita sehingga kita siap dipakai untuk kemuliaan-Nya.—SYS

HIDUP KITA YANG RUSAK PUN DAPAT DIUBAH MENJADI INDAH
JIKA KITA BERADA DI TANGAN Tuhan YANG MEMULIHKAN

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #7 on: April 15, 2015, 06:23:16 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
RUMAH SETAN
    Diterbitkan hari Rabu, 15 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Pipi Agus Dhali   
    Dibaca: 434 kali

Baca: Lukas 11:24-26

Akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula. (Lukas 11:26)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 13-14



Semasa kanak-kanak, setiap kali melewati jalan itu saya melirik ke arah rumah besar di ujung jalan. Bercampur-aduk rasa takut sekaligus rasa ingin tahu seorang anak. Warga sekitar menyebutnya sebagai “rumah setan”. Besar, gelap, dan menyeramkan. Kata orang, dulu penghuninya bangsawan Indo-Belanda. Tetapi, sudah lama mereka pergi--entah ke mana. Rumah itu kosong. Sepi. Tanpa penghuni. Sejak itu bermunculan ragam-macam cerita seram tentangnya.

Hati dan pikiran manusia ibarat sebuah rumah. Tempat hunian. Jadi harus berpenghuni. Jangan dibiarkan kosong. Jika roh jahat telah diusir dari seseorang--seperti yang dikisahkan dalam Lukas 11:14-23--selanjutnya harus segera ada penghuni baru yang menggantikan. Jika tidak, "kekosongan" yang dibiarkan terus-menerus bakal mengundang kerusakan yang lebih buruk lagi (ay. 26). Siapakah Penghuni baru itu? Lukas telah menyiapkan jawabannya di ayat 13. Itulah Roh Kudus! Dia mau menghuni dan beraktivitas di situ!

Jangan dibiarkan kosong. Berbahaya! Pikiran jangan kosong. Hati pun apalagi. Jadwal tak baik dibiarkan kosong. Melamun dan menganggur berpotensi mengundang hal-hal yang negatif. Kebiasaan buruk yang telah dibuang harus segera diganti dengan yang baru untuk mencegahnya muncul kembali. Para pensiunan patut mencari kegiatan pengganti yang positif. Kehidupan baru anak-anak Tuhan harus penuh. Penuh dengan Roh--yang selain menghuni, juga ingin aktif berkarya di dalam hidup kita.—PAD

HIDUP BARU ITU ARTINYA MEMBUANG PERI KEHIDUPAN LAMA,
LALU MENGISI DAN MENGGANTIKANNYA DENGAN YANG BARU

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #8 on: April 16, 2015, 06:08:05 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
TURUN UNTUK NAIK
    Diterbitkan hari Kamis, 16 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Hiendarto Soekotjo   
    Dibaca: 376 kali

Baca: Yohanes 21:15–19

“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” ... “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yohanes 21:17)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 15-16



Adi pulang sekolah dengan galau. Ia tahu apa yang akan ditanyakan ibunya. Benar! Saat melihatnya, ibu langsung mengorek, “Ranking berapa, Di?” “28, Bu,” jawab Adi pelan. “Apa? 28? 28 dari 30?” sergah ibunya. “Ibu dulu selalu top five, paling tidak top ten. Di, ingat, bagi Tuhan tiada yang mustahil!” “Ya, Bu,” jawab Adi kesal. “Bagi Dia memang tidak, tapi bagi Adi itu mustahil!”

Bandingkan sikap ibu Adi dengan respons Tuhan Yesus terhadap kegagalan murid-Nya. Simak percakapan-Nya dengan Petrus di tepi danau Tiberias sesudah kebangkitan-Nya. Awalnya, Dia meminta murid-Nya itu mengasihi-Nya dengan agape (“kasih tak bersyarat: mengasihi walaupun”), yang dijawab Petrus dengan philea (“kasih bersyarat: mengasihi jikalau”). Kemudian, Tuhan kembali melontarkan agape, dan Petrus tetap menjawabnya dengan philea. Petrus sadar ia pernah mengkhianati Gurunya. Ia belum mampu mengasihi-Nya dengan agape! Tuhan pun paham Petrus belum bisa memenuhi standar-Nya.

Akhirnya, Dia bertanya dengan philea, dan Petrus masih menjawabnya dengan philea. Tuhan tahu ada saatnya Petrus bisa mengasihi-Nya dengan agape. Ya, sesudah menerima Roh Kudus di hari Pentakosta (Kis. 2:1-4), Petrus berubah: kini ia berani bersaksi tentang Yesus dan, menurut tradisi, ia mati disalib terbalik karena merasa tak layak disalib “normal” seperti Gurunya. Ia dimampukan untuk mengasihi Tuhan dengan agape!

Lalu, bagaimana dengan kita? Maukah kita membiarkan orang lain bertumbuh menurut “kecepatannya” sendiri? Tuhan saja mau!—HIS

KITA BISA “NAIK” LAGI JIKA TETAP DIPERCAYA SAAT SEDANG “TURUN”

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #9 on: April 17, 2015, 06:01:13 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
LIDAH
    Diterbitkan hari Jum'at, 17 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Gigih Dwiananto   
    Dibaca: 318 kali

Baca: Yakobus 3:1-12

Dengan lidah kita memuji Tuhan dan Bapa kita. (Yakobus 3:9)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 17-18



Ketika berkunjung ke Universitas Kristen Cipta Wacana, Malang, untuk mengadakan pelatihan vokal singkat, profesor musik dari Korea Selatan, Eunyong Chi, menjelaskan bahwa lidah merupakan bagian penting dalam menyanyi. Selain teknik pernapasan dan teknik menggemakan suara, lidah juga berperan krusial dalam bernyanyi. Mulut yang dibuka lebar dapat memperjelas artikulasi, sedangkan lidah yang lentur dan terlatih dapat membantu penyanyi untuk mencapai nada-nada tinggi yang sulit.

Lidah merupakan bagian tubuh yang kecil, tetapi dapat membawa dampak yang besar. Lidah diibaratkan seperti api, yang walaupun semula kecil saja nyalanya, pada akhirnya mampu membakar hutan belantara yang luas. Begitu juga lidah yang “menyala-nyala” dapat menyebabkan perkara sepele jadi pertengkaran hebat. Lidah yang tidak terkendali bisa mendatangkan kejahatan luar biasa yang merugikan manusia.

Yakobus mengingatkan bahwa kita bisa memakai lidah yang sama untuk memuji Tuhan atau untuk mengutuki sesama; kita bisa mengeluarkan perkataan berkat atau kutuk. Jika kita bisa mengendalikan lidah, kita akan mampu untuk menggunakannya bagi perkara-perkara yang mulia. Seperti lidah membantu penyanyi mencapai nada tinggi, lidah yang terkendali memampukan kita untuk memuliakan Allah yang Mahatinggi.

Bagaimana kita mengendalikan lidah? Tentu saja bukan dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan mempersilakan Roh Kudus mengerjakan buah Roh—pengendalian diri—dalam hidup kita.—GDO

DENGAN LIDAH YANG TERKENDALI,
KITA MAMPU MEMULIAKAN Allah YANG MAHATINGGI

Offline who am i

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 149
  • Reputation Power:
  • 1 kor 9 : 16
  • Denominasi: dianggap benar, kudus o/ Kristus Yesus
Re: Renungan Harian®
« Reply #10 on: April 18, 2015, 07:13:19 AM »
http://www.renunganharian.net/2015/63-april.html
DI MANA BELAS KASIHMU?
    Diterbitkan hari Sabtu, 18 April 2015 00:00
    Ditulis oleh Nugroho   
    Dibaca: 750 kali

Baca: 2 Samuel 11:1–27

Sebab di mana ada... mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. (Yakobus 3:16)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 19-20



Kita sering mendengar keluhan semacam ini, “Saya heran, ia kan orang Kristen, hamba Tuhan lagi, tetapi entah kenapa hatinya tak tersentuh melihat penderitaan yang dialami pekerjanya?” Atau, “Tampaknya ia cukup aktif di gereja, ramah dan baik hati saat sama-sama melayani, tetapi saya heran, ketika saya bekerja dengannya-menjadi bawahannya, kelihatan deh aslinya. Ia menjadi seperti serigala yang hendak menerkam saya. Menakutkan!”

Yoab, panglima raja Daud. Mengenal betul kepribadian atasannya. Daud raja yang penuh belas kasihan, menyayangi nyawa anak buahnya, dan menghargai mereka (ay. 20). Namun, hari itu Yoab terkejut. Daud yang penuh belas kasihan itu berucap janggal, “Janganlah sebal hatimu karena perkara ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu...” (ay. 25).

Daud yang biasanya penuh welas asih itu tiba-tiba menjadi kejam. Mengapa? Kepentingan pribadilah yang saat itu menguasainya. Bagaimanapun caranya, apa pun risikonya, ia memiliki kepentingan agar Uria orang Het itu mati di medan pertempuran (ay. 15). Daud harus menjaga reputasi, agar skandalnya dengan istri Uria terkubur--sebagaimana belas kasihnya saat itu juga terkubur.

Nas hari ini mengingatkan kita, “Sebab di mana ada... mementingkan diri sendiri di situ ada... segala macam perbuatan jahat.” Daud mementingkan diri sendiri, lalu ia kehilangan belas kasihan. Ingin tetap memiliki belas kasihan? Jangan mementingkan diri!—GIE

JANGAN TERLALU HERAN, KEPENTINGAN DIRI SENDIRI
DAPAT MENGUBUR BELAS KASIHAN