Author Topic: Bicara Kejujuran  (Read 597 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

bruce

  • Guest
Bicara Kejujuran
« on: July 30, 2012, 09:19:11 AM »
Saya ingin mengajak para FIKers untuk bicara kejujuran.
Karena kejujuran adalah masalah sangat penting yang kadang kita lupakan.
Kejujuran sering kita abaikan, karena untuk jujur selain memang tidak memberi keuntungan materi, kadang justru butuh waktu untuk berbuat jujur.

Maka, mari kita coba sharing tentang kejujuran yang kita lakukan, bukan untuk bersombong, tetapi untuk menjadi ajakan kepada semua pihak untuk  bersikap jujur.

Curang dan jujur adalah hitam dan putih.
Ketika mendaftarkan putra saya untuk sekolah di sekolah katolik di JakPus, salah satu persyaratan sebagai orang tua adalah membuat surat pernyataan. Yang tidak main main adalah surat pernyataan itu harus ditulis tangan (sungguh melelahkan bagi yang sudah tidak biasa menulis tangan), dan berisi dua pernyataan bahwa, jika putra kami kedapatan menggunakan narkoba, maka kami menerima putra kami dikeluarkan dari sekolah. Itu masih wajar. Yang berikutnya sungguh mencengangkan, yakni jika putra kami kedapatan mencontek saat ulangan, maka kami harus menerima kalau putra kami dikeluarkan seketika dari sekolah itu. Luar biasa.
Dalam pertemuan, sang romo yang kepala sekolah mengatakan, bahwa bangsa kita harus dilatih untuk jujur sejak awal. Dan latihan itu dimulai di sekolah. Karena jujur dan curang itu adalah hitam dan putih, tidak ada setengah jujur atau tiga perempat jujur. Betul betul hanya jujur atau tidak jujur.


'Jujur' saat ujian
Putra saya yang pertama, memperoleh beasiswa penuh ketika SMA dari pemerintah Singapura, suatu hal yang sangat saya syukuri. Tetapi, ketika tamat junior college dengan standard cambridge, berlaku untuk seluruh negara-negara US, UK, Australia, Singapore, Malaysia, India, dll, ternyata justru tidak diakui oleh negara kita Indonesia, yang mungkin standar pendidikannya lebih tinggi dari standard cambridge.
Sehingga putra saya harus ikut ujian kejar paket C, yakni ujian standar SMA dan merupakan ujian susulan bagi siswa SMA yang tidak lulus ujian sebelumnya. Sedih, tetapi mau ngga mau harus diikuti.
Nah, saat ujian berlangsung, saya menunggu di sekolah tempat putra saya mengikuti ujian yang menurut putra saya sangat mudah, karena jauh berada dibawah standar sekolahnya dulu (college terbaik di Singapura).
Satu hal yang mengejutkan saya adalah, saat ujian berlangsung, pengawas yang adalah guru guru SMA, saat pertengahan waktu, justru meninggalkan kelas, dan kelas dibiarkan dalam kondisi tidak terawasi. Suatu kejadian yang agak aneh menurut saya.
Ketika saya tanyakan kepada putra saya, apa maksudnya guru guru itu keluar kelas saat ujian, putra saya menjawab, memang dibiarkan para peserta ujian saling mencontek. Bahkan, sebagian guru justru membacakan jawaban dari soal soal ujian itu.
Saya yang mendengar kisah itu sungguh terkejut. Inilah model ujian bagi para calon penerus bangsa ini, dan dilaksanakan oleh sistem pendidikan yang berani mengabaikan standar cambridge, ternyata seperti sampah. Luar biasa.



bruce

  • Guest
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #1 on: July 30, 2012, 09:42:37 AM »

Jujur dan berkorban waktu

Dulu, ketika Tony Roma's sebuah resto yang menghidangkan barbeque ribs dengan rasa yang luar biasa, dan kebetulan saat itu harganya masih terjangkau kantung. Kami, saya dan kelaurga besar istri makan bersama di sana. Kami sungguh menikmati hidangan yang luar biasa lezat itu.
Ketika saat membayar,  karena saat itu kami memesan berbagai macam menu, kekhawatiran saya beralasan, dan betul saja kecurigaan saya tepat, karena niai tagihan di bill ternyata jauh berada dibawah perkiraan saya. Saya ditagih jauh lebih rendah dari jumlah pesanan kami.
Saya panggil pelayan, dan menanyakan apakah bill ini sudah benar?
Si pelayan sekilas memandang saya, dan berkata, sudah pak itu sudah benar.
Saya ulang lagi, tolong di check lagi, cocokan dengan pesanan saya. Si pelayan mengambil bill saya dan dengan muka tidak senang kembali ke kasir. Tak lama kemudian, si pelayan kembali lagi, dan dengan ketus berkata, sudah benar pak sudah di check ulang. Saya tersenyum dan berkata, bill ini salah, karena pesanan saya ada tiga jenis yang belum masuk di bill ini, kata saya.
Si pelayan terkejut, menerima bill itu dari tangan saya sambil memasang muka malu dan kembali ke kasir. Kemudian pelayan itu kembali lagi dengan bill yang baru, dengan beberapa item yang ditambahkan. Saya periksa lagi, dan kembali saya protes, ini masih salah, karena saya tidak pesan beer tetapi saya ditagih beer. Si pelayan kembali lagi ke kasir.
Keluarga saya sudah ngomel, karena waktu sudah terbuang lebih dari setengah jam.
Si pelayan kembali lagi dengan bill baru, dan setelah saya anggap cocok, saya bayar.
Waktu yang dikeluarkan sebagai tambahan untuk urusan salah billing itu hampir satu jam. Waktu yang terbuang hanya karena mau 'sok' jujur.
Setiba di rumah, saya baca lagi bill itu, dan saya terbahak bahak, ternyata ada satu item lagi yang kami makan yang tidak masuk dalam bill. Ya sudah, itu saya anggap sebagai bonus karena waktu penantian saya karena urusan kasir yang sembrono.




Kejadian berulang

Baru kemarin (Sabtu) terjadi lagi kasus yang mirip dengan di atas. Sepulang dari pertemuan dengan sekolah, kami mampir di Hoka-hoka bento Pancoran Jakarta untuk santap siang. Kami memesan empat menu set, tetapi karena sebagian belum siap akan diantar kemudian ke meja kami. Kami makan dan sambil makan, saya iseng melihat strook pembayaran yang kami pesan. Ternyata, ada satu menu set yang kami pesan dua, ternyata hanya tertulis satu, dengan nilai sekitar 36ribu. Saya menengok ke kasir yang lumayan sibuk saat jam makan siang. Mungkin karena dia puasa sehingga konsentrasinya turun, sungguh tidak layak jika kemudian dia harus mengganti apa yang saya makan dari kantungnya sendiri.
Maka, sehabis makan, saya terpaksa kembali ke kasir, dan menunjukan strook saya, dan berkata bahwa apa yang tertulis di sini keliru. Dengan sopan ia bertanya, yang manakah yang keliru, dan saya katakan bahwa yang menu set ini saya pesan dua, tetapi tiertulis hanya satu. Wajahnya terkejut, dan menerima uang yang saya berikan, sambil entry ke cash register, dia berkata, maaf dan terima kasih, pak.


 :harp:

Offline hello kitty

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1675
  • Reputation Power:
  • Denominasi: GKI
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #2 on: July 31, 2012, 04:06:12 PM »
nice sharing, Bruce.. :afro1:
4 jempol untuk Anda yang sudah capek2 menanti 1/2 jam untuk mengerjakan sebuah kejujuran  :swt:
untuk masalah pembayaran kasir, puji Tuhan saya belum mengalami dan tidak ingin mengalami masalah seperti Anda.
biasanya saya cek dulu di kasir saat itu juga, tidak peduli lagi rame atau tidak *egois memang  :peace:
itu saya lakukan karena tidak mau ribet di belakang..

tentang masalah di sekolah, ya begitulah mutu sekolah yang tidak mengakui lulusan luar negeri  :takethat:
puji Tuhan saya tidak pernah ada di sekolah semacam itu. waktu kuliah, teman2 memang pada ribut mencontek (meski tidak semua).
saya pribadi malas mencontek..karena tidak percaya dengan orang yang akan saya contek
*arogan memang.. :doh:
saya cuma percaya 100% dengan diri sendiri plus Tuhan.. :swt:
padahal hasilnya mungkin lebih baik kalau saya mau mencontek. tapi ya begitulah..ego saya tinggi sih..
 :swt: :swt:

jangan masukkan kami ke dalam pencobaan..
karena kami bisa masuk sendiri ke dalamnya
(St. Kitty dari Lawang)

bruce

  • Guest
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #3 on: July 31, 2012, 04:23:05 PM »
Uang nemu

Setiap hari minggu, ketika anak anak masih kecil, saya ajak rekreasi ke mall, biasanya ke Pondok Indah Mall. Tidak belanja, hanya jalan jalan, makan dan ke super market, itupun sudah menghabiskan dana yang lumayan besar untuk kantung saya yang pas-pasan.

Kalau kebetulan parkirnya penuh, saya parkir di seberang, lokasi yang sekarang dipergunakan untuk Pondok Indah Mall II.

Sore itu, seselesainya saya dari mall, sambil menenteng belanjaan, kami menyeberang ke tempat parkir untuk pulang. Tiba tiba, di dekat mobil, anak saya yang saat itu berusia 6 tahun berseru 'nemu uang' katanya. Dan menunjukan uang logam 500 rupiah.

Saya hanya berkata 'buang lagi', sementara anak saya bingung. Mengapa uang yang diperolehnya harus dibuang lagi? Saya katakan, uang itu pasti milik seseorang yang hilang. Kemungkinan orang itu tidak sadar kalau uangnya hilang, tetapi bisa saja uang itu adalah miliknya satu satunya, dan ia merasa sangat kehilangan. Sementara kita, walaupun tidak kaya, mendapatkan uang 500 rupiah tidak akan membuat kita menjadi kaya, kehilangan sebesar itupun tidak akan menjadi lebih miskin. Jadi, lebih baik buang kembali uang itu.
Anak saya mengangguk dan membuang uang itu ke tanah.

 :desert:

Offline hello kitty

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1675
  • Reputation Power:
  • Denominasi: GKI
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #4 on: July 31, 2012, 11:24:33 PM »
beda ide..  :)

saya akan ambil uang itu, bersihkan, dan jadikan tambahan persembahan di gereja..
kadang uang itu (kalau jumlahnya agak besar) saya gunakan untuk membelikan kue buat rekan yang secara finansial kurang beruntung.. :desert:
jangan masukkan kami ke dalam pencobaan..
karena kami bisa masuk sendiri ke dalamnya
(St. Kitty dari Lawang)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #5 on: August 01, 2012, 02:09:17 AM »
Tentang jujur, saya pernah mengenal teman sekantor, Jujur Manurung. :dance:
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Bicara Kejujuran
« Reply #6 on: August 02, 2012, 11:07:51 AM »
Tentang jujur, saya pernah mengenal teman sekantor, Jujur Manurung. :dance:

 :rofl: :rofl: :rofl:


ada tidak yang namanya
nama : Jujur Prihatin  :drool: