Humor Engineer
Rekayasa Genetika
Sang engineer akhirnya bisa menemui Tuhan. Dengan sombong, dia berkata,"Hai Tuhan. Lama-lama aku bisa menjadi Tuhan juga. Aku bisa menciptakan makhluk hidup, bahkan bisa menciptakan manusia."
Tuhan berfirman, "Coba buktikan."
Maka sang engineer membungkuk, dan mengambil debu dan tanah-tanah.
Tetapi Tuhan bertanya, "Apa yang kau lakukan? Ayo, jangan main tanah. Buatlah makhluk hidup."
Kata sang engineer, "Aku akan membuat manusia dari tanah."
Dan Tuhan menjawab, "Tidak boleh. Itu tanah kepunyaanKu. Kamu harus pakai tanahmu sendiri."
Putri Katak
Sang engineer berjalan cepat melintasi tepi sungai, ketika terdengar suara panggilan. Setelah diamati, ternyata suara itu berasal dari seekor katak.
"Hai tunggu," kata si katak, "Aku sebenarnya putri yang cantik, tapi sedang dikutuk. Tapi kalau kamu menciumku, aku bisa jadi putri lagi. Ciumlah aku!"
Dengan hati-hati si engineer memungut si katak, lalu memasukkannya ke saku jaketnya. Si katak berteriak, "Hai, ciumlah aku! Kalau aku sudah jadi putri, aku mau jadi pacarmu semalam."
Si engineer cuma tersenyum kecil.
"Iya deh, nggak semalam. Seminggu penuh deh!!!" teriak si katak.
Si engineer senyum lebar, mengeluarkan katak dari saku, mengelus-elusnya, kemudian memasukkan kembali ke saku.
Si katak berteriak putus asa, "Ya deh, aku mau jadi pacar kamu seumur hidup. Tapi cium aku dong. Nanti aku jadi putri yang cantik sekali, yang akan menemani kamu selamanya."
Akhirnya si engineer buka suara juga. "Hey. Tahu nggak. Aku itu engineer. Aku nggak punya waktu buat pacaran. Tapi punya katak yang bisa bicara, keren juga."
Hukuman Pancung
Di sini akan dijelaskan karakteristik khas engineer, yaitu memiliki pengabdian yang mendalam dan membabi buta pada profesinya. Zaman revolusi, seorang Pendeta, ahli hukum, dan engineer ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine. Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, Pendeta harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si engineer. Pendeta meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau bergeming. Si Pendeta berdiri dan mengatakan ia telah diselamatkan oleh Tuhan. Ia pun dibiarkan pergi.
Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas. Tapi pisau masih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.
Terakhir, si engineer meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata, "Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet ...."
Tebakan Kelas Tinggi
Si programmer dan engineer berada dalam sebuah perjalanan panjang di pesawat terbang. Si engineer tidur dengan lelap. Tapi si programmer duduk gelisah. Setelah lama bingung mencari kegiatan, si programmer membangunkan engineer dan mengajak main tebak-tebakan. Si engineer yang malas cuma menggeleng dan mencoba kembali tidur. "Ayo dong," desak si programmer, "Kita pakai taruhan. Yang kalah bayar sepuluh ribu ke yang menang."
Si engineer masih menolak dengan halus.
"Begini saja," kata programmer, "Kalau aku nggak bisa jawab pertanyaanmu, aku bayar seratus ribu. Kalau kamu nggak bisa jawab pertanyaanku, kamu bayar sepuluh ribu saja." Si engineer bosan diganggu, dan terpaksa setuju. Maka si programmer mengajukan pertanyaan pertama,"Berapa jarak dari Matahari ke planet Pluto?"
Si engineer langsung menyerah dan menyerahkan sepuluh ribu rupiah.
Si programmer dengan sukacita menantang pertanyaan dari engineer. Maka si engineer bertanya, "Apa yang naik dengan tiga kaki dan turun dengan lima kaki?" Si programmer bingung. Tapi ia tak mau menyerah. Maka ia membuka notebooknya, dan mencari berbagai referensi. Setelah gagal, ia menyambungkan modem radio, dan mencari referensi ke Internet. Masih gagal, ia berkirim mail ke seluruh mail list yang diikutinya untuk menanyakan soal itu. Tapi tidak ada yang bisa menjawab.
Putus asa, ia menyerahkan seratus ribu rupiah ke engineer yang masih terkantuk-kantuk. Si engineer tenang menerimanya dan memasukkannya ke saku. Si programmer, penasaran, membangunkan si engineer, dan bertanya lagi, "Jadi, apa jawabannya?" Dengan malas, si engineer menggelengkan kepala, mengeluarkan sepuluh ribu rupiah, menyerahkannya ke si
programmer, lalu tidur lagi.
Ilmu Karcis
Setelah membaca kisah ini, Anda akan suka mengaplikasikan formula Erlang.
Sekelompok engineer dan matematikawan naik kereta bersama untuk menghadiri workshop. Setiap matematikawan membawa selembar karcis. Tapi para engineer hanya punya selembar karcis untuk semua orang. Tentu saja, para matematikawan menertawai ketololan kelompok engineer.
Saat kondektur hampir masuk, semua engineer bergegas masuk ke kamar kecil. Kondektur mengetuk pintu kamar kecil, dan berteriak, "Karcisnya,Pak." Sebuah tangan mengacungkan selembar karcis itu keluar kamar kecil. Kondektur memeriksa dan kemudian berlalu. Para engineer pun keluar dari kamar kecil. Para matematikawan merasa kecele.
Pulang dari workshop, para matematikawan hanya membeli selembar karcis. Tapi para engineer tidak membeli karcis selembar pun. Para matematikawan kembali menertawai keanehan pada engineer. Saat kondektur hampir masuk, para engineer masuk ke kamar kecil. Dan para matematikawan masuk kamar kecil satunya. Tapi kemudian salah satu engineer keluar dari kamar kecil, mengetuk pintu kamar kecil para matematikawan, dan berteriak, "Karcisnya, Pak!"
Pendekatan
Seorang engineer dan seorang matematikawan sedang bersaing memperebutkan seorang gadis (pasti ilmuwan deh). Kata si gadis, "Kalian boleh mendekatiku. Tapi berapa pun langkah kalian mendekatiku, aku akan segera menjauh dengan jarak setengahnya."
Kata si matematikawan, "Wah, dengan demikian, aku tak akan bisa mencapaimu selamanya. Ini pasti penolakan yang halus."
Tapi kata engineer, "Memang aku tak mungkin mencapaimu. Tapi kita bisa berada cukup dekat untuk melaksanakan hal praktis sehari-hari."