Jawaban 'serius'nya kan : karena Kasih.
Apa tujuan Allah menciptakan manusia?
Saya cukup sering mendengar pertanyaan ini.Dan saya juga cukup sering mendengar jawaban seperti "karena Kasih" atau " karena Allah itu Kasih". Biasanya saya juga mendengar "amin" setelah jawaban semacam itu. Benarkah?
Terus terang saya merasa ada yg janggal dng jawaban semacam itu. Jawabannya kurang pas, atau lebih tepatnya belum menjawab pertanyaan yg diajukan.
Apakah Kasih bisa jadi tujuan suatu penciptaan? Bukankah lebih tepat kalau Kasih berfungsi sebagai alasan/penyebab/motif dan bukan sebagai tujuan? . Misalnya: karena kasih saya kepada anak saya, maka saya menciptakan sebuah mainan buat anak saya. Di situ kasih saya menjadi alasan/penyebab/motif penciptaan saya.
Tapi, bisa saja sih kalau kasih jadi tujuan. Kalau kasih saya difungsikan sebagai tujuan, maka logikanya menjadi: saya menciptakan mainan untuk anak saya
supaya anak saya tahu kalau saya mengasihinya. Coba kalau kita terapkan logika tsb pada penciptaan manusia. Kalau tujuan Allah menciptakan manusia adalah kasih, maka logikanya menjadi: Allah menciptakan manusia supaya "X" tahu kalau Allah mengasihinya. Ada yang nggak masuk akal, kan? Siapa (atau apa) "X"?
Orang Kristen yg trinitarian mungkin akan menjawab: "X" adalah Allah juga (karena pribadi Allah ada tiga). Dan, ini merupakan sebuah jawaban yg tidak bisa dihasilkan oleh orang-orang yg bukan trinitarian (baik dari agama kristen maupun agama lain).
Tapi, jawaban si orang trinitarian tsb juga tidak masuk akal karena bertentangan dengan keseluruhan teologi Trinitas itu sendiri. Allah tritunggal memang tiga pribadi tapi satu hakikat, dan itu berarti setiap pribadi mengenal pribadi yang lain secara komprehensif (tidak membutuhkan pemberitahuan).
Lalu apakah tujuan Allah menciptakan manusia?
Menurut saya, pertanyaan tsb tidak bisa dijawab dng "karena Kasih". Menurut saya, kalau ada Allah yang menciptakan dengan tujuan tertentu, maka ada sesuatu yang salah dengan Allah tsb. Mungkin dia adalah Allah yang butuh pengakuan, atau Allah yang kesepian, atau singkat kata Allah yang tidak sempurna.
Iman dan logika saya mendorong saya untuk berkesimpulan bahwa Allah tidak perlu tujuan ketika ia melakukan penciptaan alam semesta beserta isinya. Allah mencipta semata-mata karena Ia adalah pencipta. Allah mencipta semata-mata karena Ia itu ekspresif dan kreatif.
Alkitab mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut image Allah. Jadi, ada jejak-jejak sifat Allah dalam diri manusia dan salah satunya adalah sifat ekspresif dan kreatif tsb. Dalam hal penciptaan, Allah lebih seperti seorang seniman (
artist) ketimbang seorang engineer. (Itu sebabnya saya selalu beranggapa bahwa kegiatan berkesenian merupakan kegiatan manusia yang termulia karena kegiatan tsb mengekspresikan sifat Allah itu sendiri).
Bahwa kemudian Allah memelhara ciptaanNya dengan kasih, itu benar dan masuk akal karena Allah itu Kasih. Bahwa kemudian ada ciptaan Allah yang hanya dipeliharaNya sampai batas waktu tertentu, itu juga benar dan tetap masuk akal karena Allah sebagai pencipta tidak berkewajiban untuk selalu memelihara ciptaanNya.
Justru karena Allah itu Kasih maka ada ciptaan yg dimusnahkanNya.Jadi, kalau mau bicara soal tujuan, saya pikir tidaklah tepat bila dikaitkan dengan penciptaan, melainkan lebih tepat bila dikaitkan dengan pemusnahan.
Salam.