Bagaimana rekan-rekan dari Roma menyikapi praktek seperti ini?
Apakah terjadi juga di Indonesia?
Before the Mass, women in sleeveless dresses bring the sacred objects to the altar preceding the priests and religious, a role that until now was reserved for male servers in ceremonial vestments.
"To have lay people (other than altar boys) and altar girls in the sanctuary is hetero praxis (bad practice) that leads to false belief and foments revolution. This anti-traditional practice confuses people about the male priesthood and the role of the laity at Mass, and leads to anti-clericalism and a blurring of roles. "
http://www.traditioninaction.org/HotTopics/a016htGoldenCalf2.htm
Terimakasih.
Menyikapinya? Huaduh, memang kadang sulit ya bro.
Kalau dari gambar yang anda sajikan itu, adalah peristiwa perarakan membawa persembahan ke Altar, biasanya adalah uang persembahan umat, bunga, roti dan anggur yang akan dikonsekrasi. Sebagai pelambang umat mempersembahkan hasil usaha manusia untuk kemuliaan Tuhan.
Biasanya yang mengantar persembahan itu sudah diatur siapa saja yang akan membawa apa. Umumnya sih putera altar, atau pada acara khusus adalah umat yang ditentukan sebelumnya.
Jadi, seharusnya mereka tahu bahwa akan membawa persembahan ke Altar butuh pakaian yang sopan, masalahnya sopan ini kadang relative, maka jadilah penampilan seperti foto itu.
Kadang, ke gereja saja saya juga suka 'ngganjel' kalau ada umat yang pakai pakaian serampangan, pakai sendal, pakai rok mini, atau bahkan daster. Tetapi romo mungkin sungkan untuk menegur.