@odadingyang tidak pernah jatuh kedalam dosa - bukankah ternyata dia (Adam) 'melawan' Allah ?
Ya. Adam dan Hawa melawan Allah dengan kehendaknya, bukan karena telah jatuh dalam dosa. Pada saat itu, Adam dan Hawa berada dalam kondisi “bisa berdosa dan bisa tidak berdosa”.
Jadi, dalam sejarah kehidupan manusia di dunia, manusia mengalami tiga kondisi:
-kondisi “bisa berdosa dan bisa tidak berdosa” (Adam dan Hawa saja)
-kondisi “berdosa” (semua keturunan Adam dan Hawa sampai sekarang)
-kondisi “bisa berdosa dan bisa tidak berdosa (tapi tidak sama seperti Adam dan Hawa) ” (orang-orang yang dilahirbarukan Allah)
*Ada satu lagi kondisi manusia tapi ini belum terjadi, yaitu kondisi “tidak mungkin berdosa”
Artinya: setelah jatuh dalam dosa, manusia berada dalam kondisi percaya bahwa Yesus bukan Allah dan Juruselamat.
maap, saya nggak ngerti dgn kalimat ini. Bagaimana dgn nabi2 PL ? Apakah mereka dalam kondisi percaya Yesus secara historis dgn pribadi jasmaninya ?
Domba-domba Allah di jaman PL tentunya nggak tahu apa-apa soal pribadi Yesus. Tapi, mereka mengenal dan beriman pada janji Allah (misal: ttg Air Bah, ttg Mesias). Artinya, mereka diselamatkan oleh iman pada Janji Allah. Penjelasan ttg hal ini dapat ditemukan di Ibrani 11. (Kayaknya sih ada lagi, tapi yang saya ingat sekarang cuma Ibrani 11 itu)
Jadi, saya akui kalimat saya itu menjadi terlalu spesifik dengan menyebutkan "Yesus" di dalamnya. Seharusnya kalimat saya lebih prinsipil. Kalo boleh saya koreksi, saya mau nulis begini saja: "setelah jatuh dalam dosa, manusia berada dalam kondisi percaya bahwa diri mereka bebas-lepas dari Allah, mereka bertanggung jawab pada diri sendiri, mereka menggeser kehendak Allah dari kehidupan mereka dan menggantikannya dengan kehendak "bebas" mereka sendiri."
untuk contoh Saulus, saya sependapat dgn pinoq ...
Kalo udah langsung "digedor", gak mungkin nolak ..
Saya menghadirkan contoh Saulus di atas sebagai model. Artinya, dari kisah Saulus tsb saya tarik prinsip dari proses keselamatan manusia. Jadi, intinya
bukan pada mengatakan bahwa ada bermacam-macam tipe domba: Saulus adalah tipe domba yang harus digedor dulu, lalu ada tipe domba lain yang cukup dielus-elus, dsb.
Prinsipnya adalah Allah melahirbarukan domba-dombaNya dulu karena mereka sudah jatuh dalam dosa. Kelahiran baru itu kemudian membangkitkan iman yang benar. ([dan, iman yg benar membangkitkan kehendak yang benar,
bukan sebaliknya)
Nuh hidup setelah Adam jatuh kedalam dosa ... namun,
“Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”
Apakah Nuh sudah TAU ttg historis Yesus secara pribadi jasmaninya ?
Ya. Di jaman itu, hanya Nuh dan keluarganya yang disukai Allah, manusia yang lain tidak.
Namun, apakah itu karena Nuh dan keluarganya adalah orang-orang suci yang tidak terkontaminasi oleh dosa Adam dan Hawa? Bukan karena itu. Nuh dan keluarganya bukan orang suci. Nuh dan keluarganya
juga termasuk orang-orang yang terkontaminasi oleh Dosa Asal.Lalu, bukankah ayat tsb mengindikasikan bahwa Nuh itu suci? Bila dicopot dari keseluruhan Alkitab, ayat tsb memang seolah-olah emang mengindikasikan bahwa Nuh itu suci. Namun, bila ayat itu dibaca sebagai bagian dari keseluruhan Alkitab, ayat tsb tidak serta-merta mengindikasikan kesucian Nuh.
Nuh dan keluarganya tetap mewarisi Dosa Asal itu. Buktinya? (1) umat manusia keturunan Nuh berdosa (2) Sama seperti Adam dan Hawa, Nuh merasa malu ketika ketahuan telanjang. Nuh bahkan sampai mengutuk. Jadi, prinsip semua manusia keturunan Adam dan Hawa mewarisi Dosa Asal
tidak mengecualikan Nuh dan keluarganya.
Lalu, apa arti ayat itu? Ya artinya Nuh berbeda dengan orang-orang lain di saat itu. Nuh adalah domba Allah, atau manusia yang dicintai Allah, atau manusia yang diselamatkan Allah.
Apakah Nuh mengenal pribadi Yesus? Tentunya tidak. Yesus belum berinkarnasi saat itu. Lalu, bagaimana Nuh diselamatkan? Oleh iman kepada firman Allah (yang berisi perintah untuk buat bahtera). Penjelasan atas hal ini juga bisa ditemukan di Ibrani 11.
Tidakkah ada baiknya kita melihat juga contoh2 lain selain Saulus ?
Ada baiknya, bahkan lebih baik, asal dengan pikiran yang melihat secara prinsipil,yang membaca Alkitab sebagai kesatuan.
Lagi pula, bagaimana bisa ?
seorang manusia bisa menentukan dgn pasti ke orang laen :
"Kamu adalah orang yg Allah Kehendaki utk mempunyai ImanPercaya kepada Yesus"
dan
"Kamu adalah orang yg Allah TIDAKkehendaki utk mempunyai ImanPercaya kepada Yesus"
pinoq bisa ?
Tidak, saya tidak bisa karena saya tidak tahu secara pasti siapa-siapa yang adalah domba-domba Allah dan yang bukan. Saya cuma bisa menduga-duga. Itupun tidak mau saya lakukan. Yang saya tahu pasti: semua manusia berdosa; Allah menyelamatkan
semua dombaNya saja.
Dan, mengenai apa yang bisa saya katakan dengan yakin kepada orang lain adalah sbb: “Kalau kamu percaya bahwa Yesus adalah Allah yang turun ke dunia untuk berkorban demi menebus dosa manusia yang hanya bisa ditebus oleh Allah, maka kamu telah diselamatkan. Kalau kamu tahu dirimu sudah diselamatkan, bertobatlah dan jangan berbuat dosa lagi.”
Salam
Salam