@odadingsebentar... saya ada pertanyaan di nomor 4 .
Domba domba ini sudah ada sejak kekekalan yah ? (belon jadi manusia).
Jadi ada "sisipan" antara no.1 dan no.2 :
1. Allah punya rencana. Rencana Allah itu rencana Kasih. Allah adalah Kasih
1B. Dia sudah menentukan dalam rencanaNYA --- yang mana domba, yang mana mbek.
2. Allah menciptakan Alam semesta beserta segala isinya.
2B. AdamHawa adalah jenis domba
Saya tidak mengatakan domba-domba sudah ada sejak kekekalan (belum jadi manusia). Sebab, kalau sejak kekekalan sudah ada domba-domba, atau ide ttg domba-domba, maka pada saat yang sama ada juga kambing-kambing atau ide ttg kambing-kambing.
Menurut saya, itu bertentangan dng sifat Allah.
Kok bisa? Allah adalah Pencipta. Kalau sejak sebelum dunia dijadikan ada domba/kambing, maka domba diciptakan Allah
dan kambing juga diciptakan Allah. Dng kata lain, Allah menciptakan yang tidak sesuai dng kehendakNya (kambing). Jelas itu bertentangan dng sifat Allah. Allah menciptakan sesuatu yang sempurna, yang sangat baik. Jadi, domba/kambing tidak diciptakan Allah.
Manusia lah yang menciptakannya, yakni ketika manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa.
Sejak kekekalan, atau sebelum dunia dijadikan, Allah menginginkan manusia yg benar (Efesus 1: 4), yakni manusia yang sesuai dengan kehendakNya. Ketika manusia yang sesuai dengan kehendakNya ini (adam dan Hawa) jatuh ke dalam kuasa dosa, manusia-manusia keturunannya menjadi pewaris dosa sehingga akhirnya muncullah konsep domba/kambing yang ribet ini.
Dari perspektif konsep domba/kambing inilah dikatakan bahwa sejak kekekalan Allah hanya menginginkan domba, bukan kambing. Logis, kan?
Ketika Paulus berkata di Efesus 1: 4, “he hath chosen us in him before the foundation of the world..”, seolah-olah sejak kekekalan sudah ada domba dan kambing dan Allah pilih domba. Padahal, bukan seperti itu, dengan alasan yang saya kemukakan di atas. Paulus memakai kata “he hath chosen” dan itu benar karena Paulus menulis ttg “he” (Allah) yang berhadapan dengan sebuah dunia yg di dalamnya ada dua opsi, domba dan kambing.
Seandainya Adam dan Hawa tidak pernah jatuh dalam dosa, seandainya Adam dan Hawa selalu berkehendak untuk melakukan hal-hal yg sesuai dengan kehendakNya, akan adakah domba/kambing? Tentunya tidak. Sayang berjuta sayang....Adam dan Hawa berkehendak lain
3. Adam dan Hawa MELAWAN Allah (jatuh dalam dosa) dan keturunan Adam dan Hawa mewarisi dosa. Karena berdosa, semua manusia harus mati. Itu HukumNya.
"Adam dan Hawa MELAWAN Allah" ---> kok disebutnya "melawan", pinoq ?
Logisnya kan :
3. Saat itu, Allah BELUM menarik AdamHawa --- oleh karena itulah AdamHawa gak bisa menerima dan mendengar FirmanNYA. (jelas, uler gak ada peran kok disitu .... wong Allah emang belum menarik AdamHawa pada tragedi tsb).maka sejak itulah Allah memulai pekerjaanNYA ngurusin domba2 :
4. Allah bekerja untuk menyelamatkan domba-dombaNya (melahirbarukan).
Sebelum jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa tentunya tidak memerlukan “tarikan Allah”. Manusia perlu ditarik Allah karena ia jatuh ke dalam dosa. Lha kalo belum jatuh ke dalam dosa, terus ditarik dari mana?
Adam dan Hawa bisa mendengar dan menerima firmanNya. Itu jelas tercantum dalam kitab Kejadian. Waktu ngobrol dengan ular, Hawa mengulang kembali firman Allah, bahkan menambah-nambahi dng “...ataupun raba buah itu”. Kata-kata tambahan dari Hawa ini menunjukan keputusan mereka (kasarnya, “udah deh, pokoknya nggak usah kita sentuh buah itu”). Fakta bahwa mereka sampai bisa membuat keputusan semacam itu membuktikan bahwa mereka telah mendengar dan menerima Firman Allah.
Namun, hadirlah si ular, dan Adam dan Hawa juga mendengar dan memutuskan untuk menerima perkataan ular. Tinggal kehendak mereka sekarang yang berada dalam suatu desicive moment: mempercayai firman Allah atau perkataan ular. Dan, bro oda tahu bagaimana cerita selanjutnya.
5. Karena sudah dilahirbarukan, domba-domba Allah hidup dalam perjuangan melawan natur dosanya.
Kok ada kata "perjuangan" siiii ?
Pinoq..., jangan lupa loh --- bukan usaha domba (perjuangan), melainkan tergantung Allah - Kapan Dia menarik, Kapan pula Dia mengulur.
Disaat domba yg sudah lahir baru tsb ada melakukan hal yg tidak berkenanNYA - maka itu artinya kan domba lagi tidak mendengar&menerima FirmanNYA ---> dan hal ini disebabkan : Allah emang lagi nggak menarik itu dombaNYA.
Nantiii.... disaat domba tsb nyadar akan aksinya, bertobat dan memohon ampun --- artinya Allah saat itu sedang menarik si domba.
Perasaan kok domba tsb kayak layangan yah ?
Sama sekali gak berdaya ... cuma bisa nunggu tarikan/uluran si pemainnya dan yg megangin kaleng benang .
Tapi ada enaknya juga siiii... layangan gak mungkin nyungsep.
Bro oda, di artikel saya di depan (
“Ttg Kehendak Manusia, Kehendak Allah, dan Iman Kristen”), saya sudah menjelaskan kenapa perjuangan itu ada. Jadi, saya ajak bro oda untuk membaca artikel saya itu lagi ya, persisnya di dua pararagraf terakhir.
Tarikan Bapa tidak meniadakan usaha domba. Sebab, sifat tarikan Bapa memang
bukan seperti dalam analogi tarik-ulur layangan yang bro oda kemukakan seperti
Tarikan Allah tidak membuat manusia jadi seperti layangan (atau, seperti “robot”, bila saya boleh pinjam analogi yang sepertinya jadi favorit banyak orang di sini). Sebenarnya saya juga sudah menjelaskan hal ini di artikel saya itu. Coba bro oda cek lagi. Tapi, mungkin tulisan saya di artikel itu kurang jelas. Baiklah, saya coba jelaskan lagi.
Ketika Bapa menarik orang, Ia melahirkan kembali orang tsb dalam roh (lihat Yoh 3) sehingga mampu mendengar dan menerima FirmanNya (lihat Yoh 6) yg versi kata-kata (Hukum Allah)
dan yang versi daging (Yesus). Meminjam perumpaan Penabur benih, orang yang ditarik Bapa adalah seperti tanah yang baik sehingga ketika benih jatuh ke atasnya benih itu berakar, tumbuh dan berbuah.
Orang yg telah dilahirkan kembali dalam roh bukan berarti menjadi bagaikan layangan, atau robot. Namanya juga dilahirkan kembali, kembali ke mana? Ya kembali ke kondisi manusia mula-mula,
yaitu kondisi Adam dan Hawa sebelum jatuh dalam dosa. Kondisi Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa jelas bukan seperti layangan, atau robot. Jadi, ketika orang yang dilahirkan kembali dalam roh, maka kondisi roh orang tsb kembali seperti kondisi roh Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh dalam dosa: bisa berbuat dosa dan bisa tidak berbuat dosa (bro oda bisa lihat lagi catatan saya ttg 3 kondisi manusia dalam sejarah di post saya terdahulu).
Bila muncul pertanyaan: apakah itu berarti
situasi orang yang telah ditarik Bapa sama persis dengan situasi Adam dan Hawa sebelum berdosa? Jawab saya: tidak. Kondisi rohnya sama, tapi situasinya beda. Dulu, situasi Adam dan Hawa adalah “apabila mereka berbuat dosa, mereka roh mereka mati”. Sekarang, situasi orang yang ditarik Bapa adalah “apabila mereka berbuat dosa, roh mereka tidak mati karena Kristus telah mati bagi mereka”.
[bersambung di bawah....gak cukup nih]