« on: September 18, 2012, 09:44:41 PM »
Tak pernah habis cinta dibicarakan. Tapi apa yang dibicarakan kebanyakan hanya sebatas kulit luarnya. Kebanyakan orang tidak sampai menembusnya, karena orang sudah terbius atau terpesona dalam ilusi cinta.
Kata Cinta Bukanlah Cinta
Anda bisa berteori tentang cinta atau menulis puisi cinta. Tapi cinta tak mungkin dikatakan atau dijelaskan. Apa yang bisa dikatakan atau dijelaskan tentang cinta bukanlah cinta.
Anda bisa saja mengatakan dengan penuh gelora kepada orang yang Anda cintai, “Sayang, aku mencintaimu.” Anda merasakan kenikmatan yang tiada tara saat mengatakannya. Orang yang Anda cintai barangkali bersemangat mendengarnya dan menemukan kenikmatan yang sama. Tapi semua kata-kata tentang cinta atau penjelasan tentang cinta bukanlah cinta itu sendiri.
Ada pepatah, “Ungkapkan cinta dengan bunga.” Lalu orang mudah terbius dengan bunga. Tetapi bunga bukanlah cinta itu sendiri. Ungkapan cinta bukanlah cinta itu sendiri. Kata atau ungkapan cinta bisa membius orang, tetapi kata atau ungkapan cinta bukanlah cinta itu sendiri.
Mungkin Anda memiliki teman yang tidak mau terbius oleh rayuan kata. Mungkin ia menuntut bukti bahwa Anda sungguh mencintai. Barangkali Anda pernah mencoba meyakinkan bahwa Anda sungguh mencintai. Tetapi semakin Anda berjuang untuk membuktikan bahwa Anda mencintai, semakin terbukti bahwa Anda tidak mencintai. Bukankah cinta yang sesungguhnya terungkap dengan sendirinya? Bukankah cinta yang sengaja diungkap bukanlah cinta?
Cinta dan Keinginan
Setiap orang mendambakan cinta supaya bahagia. Tetapi cinta yang didambakan bukanlah cinta yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin cinta menjadi objek keinginan dan Anda sungguh bahagia dengan terpenuhinya keinginan? Bagaimana mungkin mencintai orang lain kalau Anda membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan psikologis Anda?
Anda bisa jadi berpikir demikian. “Supaya bahagia, aku harus memiliki seorang teman. Aku harus menemukan cara agar bisa mendapatkannya.” Apa yang Anda lakukan setelah Anda mendapatkannya? Apakah Anda memanfaatkan, mendominasi, memaksa, mengekang kebebasan demi pemenuhan keinginan Anda?
Barangkali Anda memiliki seseorang yang Anda cintai dan Anda berdua merasa sama-sama cocok. “Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Kami belajar untuk saling menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing. Terlebih kami belajar untuk saling memuaskan. Aku belajar untuk memenuhi kebutuhannya dan dia belajar untuk memenuhi kebutuhanku.” Apakah keinginan pasangan sungguh-sungguh bisa dipuaskan? Apa yang terjadi ketika keinginan tidak terpuaskan? Apakah Anda marah, jengkel, benci, cemburu, dst? Untuk menghindari kemarahan atau kejengkelan pasangan Anda, apakah Anda terpaksa terus memuaskan kebutuhannya? Sampai kapan Anda akan memuaskan kebutuhan psikologis pasangan Anda atas nama cinta?
Bukankah cinta yang digerakkan oleh hasrat atau keinginan membuat Anda bergelora dalam kenikmatan dan tersiksa dalam kepedihan. Bukankah cinta yang sesungguhnya tidak mungkin berkorelasi dengan keinginan sebagai akar dari kenikmatan dan kepedihan?
Cinta dan Perasaan
Kalau Anda mencintai atau dicintai, bukankah Anda memiliki berbagai macam perasaan? Ada rasa bahagia, merasa berbunga-bunga, merasa berharga, hidup terasa berwarna, dst? Apakah cinta sama dengan perasaan atau emosi?
Kalau cinta identik dengan perasaan, bukankah cinta selalu berubah-ubah? Sekarang cinta, besok benci. Begitu terus berganti. Apakah cinta sebagai lawan dari benci sungguh cinta? Bukankah apa yang berlawanan masih mengandung lawannya?
Tidak ada perasaan yang tetap. Semua perasaan terus bergerak dan berubah. Kemarin Anda bergelora karena cinta. Sekarang cinta menjadi luntur atau merosot. Cinta yang luntur atau merosot bisa berubah menjadi benci pada waktu tertentu dan pada waktu lain kebencian bisa berubah menjadi cinta yang bergelora kembali. Apakah sesungguhnya cinta bisa merosot atau bisa bergelora kembali? Bukankah perasaan cintalah yang merosot atau bergelora kembali, tetapi bukan cinta itu sendiri?
Amatilah gerak perasaan Anda, perasaan cinta atau perasaan benci, ketika itu muncul. Bagaimana rasanya hati terbakar oleh cinta atau benci? Bukankah rasa benci yang membakar hati tidak berbeda dengan rasa cinta yang membakar hati? Bukankah keduanya menggoncang dan memperkeruh batin?
Amatilah gerak perasaan itu dan biarkan berhenti dengan sendirinya. Bukankah ketika perasaan tidak lagi membelenggu Anda, entah perasaan cinta atau perasaan benci, kepekaan muncul dalam hati? Bukankah hati yang mampu mencinta adalah hati yang peka?
-bersambung-
Logged
“If you are humble nothing will touch you, neither praise nor disgrace, because you know what you are.”
[Mother Teresa]