Nah... bagaimana dgn "hukum" (Firman) yg disampaikan kepada AdamHawa ? Bukankah artinya AdamHawa yang manusia itu telah menolak "undangan" tsb ? Bagaimana pula aplikasinya dgn KainHabil ? Siapakah yg "diundang" dari kedua orang tsb ?
Firman kepada Adam dan Hawa di Kej 2 itu ya? Itu undangan juga. Dan, ya Adam dan Hawa menolak undangan tsb.
Kain termasuk tamu yang diundang dan menolak → Kain tahu ttg persembahan kurban yg benar tapi tidak melakukannya.
Habil termasuk tamu yang di'ciduk' → Habil tahu ttg persembahan kurban dan melakukannya.
Nggak sama pinoq. Pesta belum dimulai ... apabila pesta telah dimulai dan tidak ada satupun hadirin, barulah bisa dikatakan "tidak hadir"...
Lho, bukannya di perumpamaan tsb dikatakan bahwa “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.” (Mat 22:3)
Pesta memang belum dikatakan mulai, tapi orang-orang itu sudah dijemput.
jadi maksudnya para hamba2 tsb mengikat dan menyeret orang2 tsb ke ruang pesta ? please CMIIW.
Waduh nggak dijelaskan sejauh itu sih, bro. Tapi yang jelas mereka dibuat datang.
Kalo dari arti kata-katanya sih nggak melibatkan unsur kekerasan macam itu, melainkan melibatkan dorongan yang meyakinkan. (Mis: “Hey, kamu mau makan enak dan gratis sama raja? Kamu bisa makan sepuasmu, lho. Ayo datang dan bawa teman-temanmu sekalian. Ini raja sendiri lho yang mau. Percaya deh. Kalo aku bohong, ntar aku traktir kamu”)
Memang, di Lukas ada dinyatakan orang2 miskin, cacat, dlsb --- namun IMO, tidak serta merta artinya bhw yang di "paksa" tsb HANYA orang orang miskin atopun “sampah masyarakat”.
Logisnya kan, PI itu pengabarannya tidak ditujukan melulu dan hanya kepada "sampah masyarakat" ? Ataukah jangan2 emang begitu ? Pekabaran Injil mengabarkan HANYA kepada "sampah masyarakat" ?? (saya tidak tau honestly, namun --imo-- logisnya yg ijo ... BUKAN yg coklat)
Oww, saya cuma pake kata2 “sampah masyarakat” dalam tanda kutip, bro. Jadi bukan untuk mengatakan bahwa PI hanya untuk sampah masyarakat.
Yang jelas, Lukas mencatat bahwa tamu kloter kedua itu terdiri dari orang2 miskin, cacat, lumpuh, dsb.
Jadi, dimulai sejak kapan itu Keselamatan ditawarkan ? Seperti apa bentuk "tawaran" tsb ?
Dari sejak Adam dan Hawa. Dalam bentuk Hukum yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kita lihat dari segi para hamba sbg para PekabarInjil dan orang orang yg "dipaksa" sbg para Gentile (atopun nonK) ... dimana isi beritanya ttg kabar ada pesta sbg kabar "kesukaan" (Gospel) --> apakah pinoq sependapat pada alinea ini ?
Hamba2 sbg para pekabar injil, ok. Tapi, tamu2 yang “diciduk” sbg para Gentile, tidak ok bro. Sebab, ketika Allah menggunakan metode “diciduk”, Ia sudah tidak lagi membedakan mana 'teman dekat' (spt tamu2 kloter pertama yg punya undangan tapi nggak mau datang)dan mana orang asing.
Paulus pun menjelaskan bahwa anak-anak Allah bukan hanya orang Yahudi saja, tetapi juga non-Yahudi.
Bagi saya, terus terang saya agak berhati hati tentang hal ini --- karena --imo-- kisah di ayat2 ybs aplikasinya di saat sekarang ini masih berupakan suatu kontinuitas - belum final ---> "pesta" masih dipersiapkan dan BELUM diselenggarakan, "undangan" masih terus disebarkan, "paksaan" (PI) masih terus dilakukan
Masalhnya, perumpamaan tsb kan bicara ttg suatu momen final. Jadi, begitulah adanya: yang punya undangan memang bakal gak mau datang (mati), tapi yang di'ciduk' bakal hadir (hidup).
Pinoq, saya tidak mengambil pengertian baju-pesta pada parabel disitu adalah baju mewah, gemerlap blink blink ... namun baju-pesta disitu adalah baju yg ybs pikir pantas/layak utk ke pesta. Sso yg miskin, semiskin miskin-nya pun --- apabila mendapat "anugerah" di suruh datang ke pesta presiden, tidak akan datang dengan baju compang camping apalagi sekena-kenanya
Hmmm, sebenarnya bisa juga lho kalo bro oda menginterpretasikan seperti itu.
Jadi, sewaktu hamba2 si raja menciduk orang-orang itu, mereka sekalian bawain baju pesta buat orang-orang itu. Katakanlah baju pesta itu berupa seragam sehingga orang-orang itu pake baju yang sama semua (semua mengenakan Kristus). Lalu, ada satu orang yang nyelip masuk. Dia pake baju pesta juga, tapi baju pestanya nggak sama (bukan Kristus). Baju pestanya adalah baju pesta jahitan sendiri (usahanya sendiri).
Hmmm... bisa juga tuh, bro oda
Apakah : "karena buah tidak dimakan, maka AdamHawa tidak mati" TIDAK SAMA dengan "karena buah dimakan, maka AdamHawa mati" ???
Apabila murid2 sudah diterima disekolah anu, sebagian dari murid tsb rajin belajar, maka guru senang --TIDAK SAMA dengan ada murid yg tidak rajin belajar, maka guru jadi tidak senang ? Sama aja-lah, pinoq ...
Hukum SebabAkibat itu pasti selalu sepadan dengan kebalikannya --- dan maknanya akan selalu sama.
Dalam prinsip sebab-akibat yang dikatakan bro oda tsb, kalo dibolak-balik memang sama.
Tapi, prinsip sebab-akibat bro oda tsb tidak sama dengan prinsip sebab-akibat yang sedang saya bicarakan lho. Coba cek lagi. Saya bilang begini:
“Prinsip sebab-akibatnya pun menjadi: “Karena ada orang yang tidak berpakaian pesta spt yang dikenan si raja, maka orang tsb diusir/dibasmi”. Ini tidak sama dengan “Karena
berpakaian pesta spt dikenan raja, maka raja menerima mereka”. Sebab, si raja sudah menerima mereka duluan (yakni ketika ia memerintahkan hamba-hambanya untuk men”ciduk” mereka).”
Yang saya bold menunjukan usaha orang untuk memenuhi keinginan raja. Hal ini tidak dikatakan dalam perumpamaan. Yang dikatakan adalah si raja menghadirkan orang-orang, bukan orang-orang
yang berpakaian pesta, atau yang bisa berpakaian pesta.
Jadi, bukan “karena berpakaian pesta yg dikenan raja, maka raja menerima”, melainkan “karena raja menerima mereka, maka mereka berpakaian pesta yg dikenan raja”.
Memang njilmet, yah? Tapi, kalo kita pake interpretasi bro oda yang saya jelaskan di atas, kita nggak perlu njlimet begini
Kalo pinoq bilang adalah fakta semua manusia setelah AdamHawa semua sudah mati --- Mengapa raja mengundang orang2 mati ? Dan kenapa sebagian saja orang mati yg di undang ?
“Kartu Undangan” Allah, yang masih bener-bener efektif sebagai undangan, memang hanya diberikan sekali, yakni pada Kej 2. Dan, manusia telah menolaknya.
Setelah di tolak, “kartu undangan” itu masih ada, tapi kali ini sudah tidak lagi efektif sebagai undangan, melainkan sebagai bukti/dakwaan bahwa manusia telah menolak.
“Kartu undangan” yang mendakwa ini tidak hanya dipegang oleh orang Yahudi (berupa Hukum tertulis), tapi juga oleh orang non-Yahudi (berupa Hukum tak tertulis).
Supaya pestaNya tetap berjalan, Allah nggak mau lagi pake kartu undangan itu. Allah pakai “baju pesta” yang dikenanNya (Kristus). Orang-orang yang ditarikNya pasti akan mengenakan “baju pesta” itu. Yang tidak pakai “baju pesta” itu, Ia tolak.
Salam