Author Topic: Perempuan di Gereja Katolik  (Read 1141 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline onlygrace

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 35
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Early Church
Perempuan di Gereja Katolik
« on: August 27, 2012, 04:00:09 PM »
Kadang ada beberapa pertanyaan dari teman-teman Protestan tentang equality laki-laki dan perempuan dalam Gereja. Kita tahu bahwa di gereja-gereja apostolik tidak memperbolehkan imam perempuan, atau pengkotbah harian perempuan. Mungkin ada yg bisa menjelaskan dasar dari hal-hal tersebut?

Thanks

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #1 on: August 27, 2012, 04:03:09 PM »
Kadang ada beberapa pertanyaan dari teman-teman Protestan tentang equality laki-laki dan perempuan dalam Gereja. Kita tahu bahwa di gereja-gereja apostolik tidak memperbolehkan imam perempuan, atau pengkotbah harian perempuan. Mungkin ada yg bisa menjelaskan dasar dari hal-hal tersebut?

Thanks

pertanyaan bagus sis..  :flower1:

Offline roderick

  • Global Moderator
  • FIK - Senior
  • *****
  • Posts: 476
  • Reputation Power:
  • Tanah airku tidak kulupakan
  • Denominasi: Eastern Orthodox
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #2 on: August 27, 2012, 04:16:03 PM »
Kadang ada beberapa pertanyaan dari teman-teman Protestan tentang equality laki-laki dan perempuan dalam Gereja. Kita tahu bahwa di gereja-gereja apostolik tidak memperbolehkan imam perempuan, atau pengkotbah harian perempuan. Mungkin ada yg bisa menjelaskan dasar dari hal-hal tersebut?

Thanks
Karena fungsi imam memang hanya laki-laki di hadapan Tuhan. Seperti fungsi mengandung dan melahirkan, cuman perempuan yang bisa kan? Orang laki-laki seberapapun pengennya melahirkan pasti gak akan bisa. Gambarannya kira-kira seperti itu.

Kalo jadi pengajar, saya kira bisa koq perempuan. Yang tidak memberi izin kan Rasul Paulus kepada Timotius, sesuai dengan kondisi yang saat itu sedang dihadapi Timotius. Setahu saya sih tidak ada hukum kanon Gereja yang melarang perempuan mengajar. CMIIW.

Yang tidak diijinkan itu adalah perempuan bertugas sebagai imam.

 

Offline onlygrace

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 35
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Early Church
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #3 on: August 28, 2012, 06:35:50 AM »
Karena fungsi imam memang hanya laki-laki di hadapan Tuhan. Seperti fungsi mengandung dan melahirkan, cuman perempuan yang bisa kan? Orang laki-laki seberapapun pengennya melahirkan pasti gak akan bisa. Gambarannya kira-kira seperti itu.


Trims tanggapannya, tapi banyak yang membantah hal ini, bhw keberadaan imam sudah tidak diperlukan lagi setelah penebusan Yesus dan Yesus sebagai Imam Agung.  Ada juga yg mengatakan bahwa kita ini semua adalah imam (laki-laki dan perempuan, bdk Why 1:6).

Kalo jadi pengajar, saya kira bisa koq perempuan. Yang tidak memberi izin kan Rasul Paulus kepada Timotius, sesuai dengan kondisi yang saat itu sedang dihadapi Timotius. Setahu saya sih tidak ada hukum kanon Gereja yang melarang perempuan mengajar. CMIIW.

Yang tidak diijinkan itu adalah perempuan bertugas sebagai imam.
Betul, tapi keberadaan perempuan di gereja kurang "dipromosikan" sebagai pengajar.

Salam Damai bro Rod

bruce

  • Guest
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #4 on: August 28, 2012, 07:20:23 AM »

Trims tanggapannya, tapi banyak yang membantah hal ini, bhw keberadaan imam sudah tidak diperlukan lagi setelah penebusan Yesus dan Yesus sebagai Imam Agung.  Ada juga yg mengatakan bahwa kita ini semua adalah imam (laki-laki dan perempuan, bdk Why 1:6).

Secara utopia kita memang sangat mudah mengatakan, bahwa gereja kita dipimpin Jesus. Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana kalau ibadah, masih perlukah pemimpin ibadah? Masih perlukah ada yang menyampaikan kotbah?

Sedangkan Jesus saja 'menitipkan' gerejaNya kepada Petrus untuk menggembalakan umatNya.

Quote
Betul, tapi keberadaan perempuan di gereja kurang "dipromosikan" sebagai pengajar.

Salam Damai bro Rod

Mungkin dalam hal 'promosi' justru pihak perempuan yang harus lebih 'berpromosi' ?

 :)

Offline roderick

  • Global Moderator
  • FIK - Senior
  • *****
  • Posts: 476
  • Reputation Power:
  • Tanah airku tidak kulupakan
  • Denominasi: Eastern Orthodox
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #5 on: August 28, 2012, 08:51:42 AM »

Trims tanggapannya, tapi banyak yang membantah hal ini, bhw keberadaan imam sudah tidak diperlukan lagi setelah penebusan Yesus dan Yesus sebagai Imam Agung.  Ada juga yg mengatakan bahwa kita ini semua adalah imam (laki-laki dan perempuan, bdk Why 1:6).
Ah, yang bilang gitu kan biasanya mengabaikan banyak hal sis. Paulus aja melakukan tugas keimaman koq. Lha para pemimpin di banyak denom itu apa tidak melakukan tugas keimaman saat diminta mendoakan seseorang, atau membaptis, atau menikahkan, atau membawakan khotbah saat masuk rumah baru, ada yang meninggal, dll?
Bukankah mereka semua menjalankan tugas-tugas sebagai imam, namun tidak mau disebut imam karena katanya sudah tidak ada imam lagi di PB?
 :D

Kalo memang sudah tidak ada imam lagi di PB, kapan-kapan anda menawarkan diri untuk menikahkan orang aja sis, atau membaptis, atau melakukan penyerahan anak. Kalo ada yang protes, tunjukin aja ayat yang mengatakan bahwa sudah tidak perlu ada imam-imaman lagi.
 :grining:

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #6 on: August 28, 2012, 12:08:34 PM »
Kadang ada beberapa pertanyaan dari teman-teman Protestan tentang equality laki-laki dan perempuan dalam Gereja. Kita tahu bahwa di gereja-gereja apostolik tidak memperbolehkan imam perempuan, atau pengkotbah harian perempuan. Mungkin ada yg bisa menjelaskan dasar dari hal-hal tersebut?

Thanks

1. Karena kodrat. Kodrat itu suatu hal yang tidak bisa diutak-atik lagi, kalau seseorang yang lelaki atau perempuan kemudian mengganti jenis kelamin kita sering dengar ungkapan “melawan kodrat”. Dengan melawan kodrat, tentu saja seorang pria yang mengganti kelamin menjadi wanita, tetap tidak bisa mengandung. Begitu juga sebaliknya.

Tugas sebagai imam itu melekat dan tidak bisa dicabut dari seorang pria. Jadi menurutku kurang tepat bila dikatakan soal: “persamaan derajat”. Pria dan wanita sederajat, tapi tidak bisa dikatakan sekodrat….krn jelas fungsi dan perannya berbeda dan tidak bisa saling menggantikan. Seorang lelaki, tidak bisa mengandung karena itu sudah merupakan kodrat seorang perempuan, begitu juga sebaliknya.

2. Dari PL yang dimulai dari Kejadian sampai Wahyu. Yang namanya imam itu selalu laki-laki karena fungsinya sebagai kepala keluarga, pemimpin, pengayom, pemelihara (dan tugas-tugas kebapaan lainnya) dari istri dan anak-anaknya. Bukan suatu kebetulan Yesus hanya memilih seorang lelaki untuk menjadi rasul intiNya. Dari Gereja perdana bahkan dari PL, tidak pernah satupun ditemukan seorang wanita pernah diberitakan menjadi imam.
Fungsi imam di GK lebih sakral lagi yaitu menyangkut Ekaristi. HANYA seorang imam(=laki-laki) yang mendapatkan suksesi apostolik yang sah yang dapat merubah subtansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus (=transubstansi) ketika kata-kata konsekrasi diucapkan.

3. Gereja adalah mempelai Kristus (=perempuan). Kristus itu seorang lelaki dan Kepala Gereja. Layaknya kehidupan perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan. Imam dalam GK itu adalah “in persona Christi”.

Jadi, dengan demikian bila “in persona Christi” adalah seorang imam perempuan….bisakah dikatakan itu suatu perkawinan yang digambarkan dalam Kitab Kejadian dimana hanya ada 1 lelaki (Adam) dan 1 perempuan (Hawa)?

Yesus hanya memberi kuasa kepada GerejaNya, lewat tangan laki-laki untuk menjadi imam/gembala. Dan tidak ada satupun dalam Alkitab ditemukan bahwa Yesus secara khusus memberikan kuasa yang sama kepada perempuan.
===============
Bila kemudian ada yang mengatakan sewaktu Kristus meninggal, tabir dan altar terbelah dengan demikian "membatalkan" ke-imam-an, minta mereka untuk mengecek Alkitabnya lagi:

"Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit." - Mat 27:50-52

Di atas dikatakan tabir terbelah dua, bukan Altar. Hingga kini dalam GK, altar tetap ada.

Ada altar, tentu saja ada imam dan yang akan dikurbankan. So... Yesus sebagai Kepala Gereja (=Raja menurut ketetapan perjanjian Allah dengan Daud), sebagai Imam Agung (menurut ketetapan aturan Melkisedek), juga sebagai bertindak sebagai kurban (sebagai antithesis dari kejatuhan Adam) di atas altar tersebut. Imam = in persona Christi, mempersembahkan kurban Ekaristi (tak berdarah) yang adalah Yesus Kristus sendiri dalam rupa Roti (TubuhNya) dan Anggur (DarahNya).


Mengenai promosi:
Kenapa tidak mempromosikan diri untuk menjadi pengajar (but not a priest)? Yang pasti sampai kapanpun Gereja  tidak akan pernah menahbiskan seorang perempuan karena Gereja tidak mendapatkan mandat itu dari Kristus.
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Perempuan di Gereja Katolik
« Reply #7 on: October 14, 2012, 12:58:48 PM »
1. Karena kodrat. Kodrat itu suatu hal yang tidak bisa diutak-atik lagi, kalau seseorang yang lelaki atau perempuan kemudian mengganti jenis kelamin kita sering dengar ungkapan “melawan kodrat”. Dengan melawan kodrat, tentu saja seorang pria yang mengganti kelamin menjadi wanita, tetap tidak bisa mengandung. Begitu juga sebaliknya.

Tugas sebagai imam itu melekat dan tidak bisa dicabut dari seorang pria. Jadi menurutku kurang tepat bila dikatakan soal: “persamaan derajat”. Pria dan wanita sederajat, tapi tidak bisa dikatakan sekodrat….krn jelas fungsi dan perannya berbeda dan tidak bisa saling menggantikan. Seorang lelaki, tidak bisa mengandung karena itu sudah merupakan kodrat seorang perempuan, begitu juga sebaliknya.

2. Dari PL yang dimulai dari Kejadian sampai Wahyu. Yang namanya imam itu selalu laki-laki karena fungsinya sebagai kepala keluarga, pemimpin, pengayom, pemelihara (dan tugas-tugas kebapaan lainnya) dari istri dan anak-anaknya. Bukan suatu kebetulan Yesus hanya memilih seorang lelaki untuk menjadi rasul intiNya. Dari Gereja perdana bahkan dari PL, tidak pernah satupun ditemukan seorang wanita pernah diberitakan menjadi imam.
Fungsi imam di GK lebih sakral lagi yaitu menyangkut Ekaristi. HANYA seorang imam(=laki-laki) yang mendapatkan suksesi apostolik yang sah yang dapat merubah subtansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus (=transubstansi) ketika kata-kata konsekrasi diucapkan.

3. Gereja adalah mempelai Kristus (=perempuan). Kristus itu seorang lelaki dan Kepala Gereja. Layaknya kehidupan perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan. Imam dalam GK itu adalah “in persona Christi”.

Jadi, dengan demikian bila “in persona Christi” adalah seorang imam perempuan….bisakah dikatakan itu suatu perkawinan yang digambarkan dalam Kitab Kejadian dimana hanya ada 1 lelaki (Adam) dan 1 perempuan (Hawa)?

Yesus hanya memberi kuasa kepada GerejaNya, lewat tangan laki-laki untuk menjadi imam/gembala. Dan tidak ada satupun dalam Alkitab ditemukan bahwa Yesus secara khusus memberikan kuasa yang sama kepada perempuan.
===============
Bila kemudian ada yang mengatakan sewaktu Kristus meninggal, tabir dan altar terbelah dengan demikian "membatalkan" ke-imam-an, minta mereka untuk mengecek Alkitabnya lagi:

"Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit." - Mat 27:50-52

Di atas dikatakan tabir terbelah dua, bukan Altar. Hingga kini dalam GK, altar tetap ada.

Ada altar, tentu saja ada imam dan yang akan dikurbankan. So... Yesus sebagai Kepala Gereja (=Raja menurut ketetapan perjanjian Allah dengan Daud), sebagai Imam Agung (menurut ketetapan aturan Melkisedek), juga sebagai bertindak sebagai kurban (sebagai antithesis dari kejatuhan Adam) di atas altar tersebut. Imam = in persona Christi, mempersembahkan kurban Ekaristi (tak berdarah) yang adalah Yesus Kristus sendiri dalam rupa Roti (TubuhNya) dan Anggur (DarahNya).


Mengenai promosi:
Kenapa tidak mempromosikan diri untuk menjadi pengajar (but not a priest)? Yang pasti sampai kapanpun Gereja  tidak akan pernah menahbiskan seorang perempuan karena Gereja tidak mendapatkan mandat itu dari Kristus.
Nice :afro:

Perlu dicatat bahwa, dalam Gereja Katolik, Perempuan sangat ditinggikan, terbukti dengan  Bunda Maria  :)
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi