@ Kakek Djo & Nenek Lily........ (Kalo sama Min JOhn saya enggak berani macam2 .... nanti di phk)
yang benar dibawah ini. Jangan salah ejaan lagi ya
Orang Bandung pastinya tau dengan makanan Tradisional “Bandros”, Kue pacong gurih jajanan pasar yang bahan utamanya hanya berasal dari Santan kelapa dan Parutan kelapa Muda ini bisa homiers temui di sepanjang jalan, karena dengan proses pembuatan yang mudah bahan dasar yang tidak begitu banyak banyak pedagang bandros bisa homiers temui di sepanjang jalan atau tukang bandros yg suka lewat di depan rumah.
Bukan Pancong & Bukan Gandos
USIANYA memang sudah renta, bahkan telah menjual penganan ringan ini sejak zaman Bung Karno. Namun, semangatnya untuk melestarikan makanan tradisional sangat luar biasa.
Orang Blitar menyebutnya gandos, orang Surabaya menamakanya rangin, orang Jakarta mengistilahkan kue pancong, orang Bandung menyebutnya bandros, orang Bojonegoro mengatakan tratak jaran, dan orang Bali memberi nama daluman. Namun, intinya sama.
Gandos adalah makanan ringan yang terbuat dari adonan tepung beras dicampur santan kelapa ditambah garam secukupnya. Gandos dibuat di dalam cetakan loyang dengan api superpanas di bawahnya. Pengaruh garam membuat dominasi rasa gurih jajanan tradisional ini. Bagi penyuka rasa manis, biasanya cukup meminta sedikit taburan gula tebu di permukaanya.
Adalah Slamet (65), salah seorang penjual gandos, tidak tahu pasti kapan gandos mulai ada di tengah-tengah masyarakat Blitar. Maklumlah, usianya sudah tergolong renta. Di luar peristiwa penting, orang seumurnya tentu terlalu payah untuk kembali mengingat angka. Mungkin gandos lebih tua dari wajahnya yang seluruhnya telah dikuasai kerut penuaan. Lebih tua dari kedua tanganya yang selalu tampak gemetar setiap kali mengaduk adonan. Atau, mungkin seumuran dengan jejak tebal pada kedua tungkai kakinya yang saban hari berciuman dengan aspal jalanan.
Namun, kalaupun dipaksa menjelaskan, ayah empat anak dengan tiga orang cucu ini selalu suka rela menyuguhkan cerita. Dengan nada gembira, Slamet mengungkapkan bagaimana anak-anak mendiang Ny Soekarmini Wardojo (kakak kandung Bung Karno) memanggilnya lalu mengulurkan uang untuk membeli kue gandos buatannya.
“Dari dulu, Istana Gebang di Kelurahan Sananwetan ini menjadi salah satu tempat jualan saya. Bisa dikatakan, gandos saya menjadi langganan keluarga Bung Karno yang bertempat di sana,“ ungkapnya untuk menegaskan bahwa dirinya lama berjualan gandos.
Slamet mungkin satu-satunya penjual gandos yang masih bertahan di Kota Blitar. Setidaknya pengakuan itu disampaikan warga Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar ini. Faktanya, memang sudah terlampau sulit mencari makanan tradisional ini. Mungkin masih ada warung atau tenda kaki lima yang berjualan es pleret, pecel punten, atau wajik kletik, tapi jumlah aneka ragam makanan khas masyarakat Blitar itu tidak seberapa dan dipastikan tidak ada gandos di sana. Bersambung... (ftr)
sumber :
http://www.okefood.com/read/2012/06/11/299/645184/bertahan-dengan-gandos-sejak-era-bung-karno-ihayoo bagaimana komentar Kung Pho thd artikel di atas ?