Salam Damai.
Didalam Alkitab terdapat banyak sekali contoh yang menyatakan bahwa kasih karunia Allah mengikut-sertakan tanggapan manusia.
Salah satu ketidak-sepahaman saya dengan Tulip adalah menyatakan bahwa mati rohani harus dihidupkan dahulu oleh Allah. Baru mereka dapat merespons panggilan Allah. Seolah2 proses tersebut dilakukan oleh Pribadi yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda.
Memang demikian karena manusia yang menerima anugerah keselamatan harus bertanggungjawab merespon panggilan keselamatan dari Tuhan (Grace sd prior to respond).
Tetapi iman yang mati tidak mungkin memberikan respon yang benar sebelum dilahirkan kembali seperti kata Yesus :
Yoh.3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.
Kelahiran kembali itu adalah pekerjaan Roh dan Firman.
Alasan bahwa kita butuh kelahiran kembali secara rohani adalah karena roh-roh kita telah terkotori dengan sifat jahat dan dosa. Sifat dosa itu sering disebut dalam Alkitab sebagai kematian. Untuk lebih memahami, kita sebut sifat jahat itu sebagai kematian rohani sehingga kita dapat bedakan antara kematian rohani dan kematian tubuh (ketika tubuh jasmani tak berfungsi).
Yang benar adalah dilakukan oleh Pribadi yang sama dalam hal ini adalah Allah Tritunggal dimana pertama2 Allah memberikan kasih karunia Nya terlebih dahulu. Ada manusia yang menanggapi dan ada yang tidak menanggapi.
Orang yang belum selamat mati secara rohani, maka ia tak dapat diselamatkan melalui pembaruan-diri, tak peduli betapa kerasnya ia berusaha. Orang yang belum selamat memerlukan sifat baru, bukan hanya perbuatan baru secara lahiriah.
Anda dapat mendandani seekor babi, dan membersihkannya, menyemprotkan parfum, dan memberi pita merah muda di lehernya, tetapi yang anda dapatkan hanyalah babi yang dibersihkan! Sifatnya tetap sama. Dan keadaan itu tak akan lama berlangsung sebelum baunya hilang dan akhirnya ia berkubang di becek lagi.
Hal yang sama terjadi pada orang-orang religius yang tak pernah dilahirkan kembali. Mereka dapat saja dibersihkan sedikit di bagian luar, tetapi di dalamnya tetap kotor seperti sebelumnya. Yesus berkata kepada sejumlah orang yang sangat religius pada zamanNya,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (Matius 23:25-28).
Perkataan Yesus adalah gambaran yang sesuai bagi semua orang religius tetapi tak pernah mengalami kelahiran baru dari Roh Kudus. Peristiwa kelahiran baru menjadikan orang bersih di dalam dirinya, tidak hanya di bagian luar.
Itulah sebabnya Tuhan mengatakan tidak ada seorangpun yang mencari Allah sebelum dia lahir baru.
Sebaliknya dengan proses Tulip, seseorang dilahir-barukan terlebih dahulu oleh Allah kemudian ia baru dapat menanggapi panggilan Allah.
Di Kisah 7:51 jelas disebutkan bahwa manusia dapat menentang Roh Kudus. Bila dapat menentang Roh Kudus apakah manusia juga dapat menentang proses lahir baru ? Jauh lebih Alkitabiah bilamana tanggapan manusia diikut-sertakan.
Lanjut pula dengan pengajaran Tuhan Yesus mengenai 2 macam dasar (Matius 7:24-28), jelas yang dibold diatas adalah proses kasih karunia yang mengikut-sertakan tanggapan manusia. Klopp dengan Wahyu 3:19-20.
Kis. 7:51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamuOrang yang menentang Roh Kudus adalah apa yang digambarkan sebagai orang yang memang belum lahir baru sehingga hidupnya hanyalah hamba dosa.
Roma 6:17 Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.Tidak bersunat hati artinya memang hatinya masih dikuasai oleh hidup lamanya yang didalam status dosa dan upah dosa adalah maut alias dia sudah mati secara rohani.
Bersunat telinga berarti memang dia belum beriman karena iman lahir dari pendengaran akan firman Kristus.
Sebagaimana suatu kematian yang tidak mungkin mempunyai kemampuan untuk merespon demikian juga rohani manusia yang mati tidak mungkin bisa merespon kalau tidak dihidupkan kembali didqalam proses kelahiran baru.
Orang percaya hanya mendukakan Roh Kudus karena memang s imannya masih harus bertumbuh maka sesekali ia masih bisa melakukan dosa.
Dasar dari ajaran perlunya hidup baru (regeneration) adalah anggapan tentang natur keberdosaan manusia.
Manusia telah mati secara rohani sehingga memerlukan kelahiran kembali atau hidup baru secara rohani. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22).
Manusia telah rusak total (total depravity). Yang dimaksud dengan kerusakan total adalah (1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk pikiran, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15), dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Yang dimaksud dengan kerusakan total bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia.
Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah.
Manusia bukan hanya tidak mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20).
Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan.
Shalom