@cadang, maksud Djo, orang yang berdoa itu yang menjadi 'batu sandungan' bukan 'tersandung'. Ada juga sih kemungkinannya, menurut saya. Tapi, cadangdata benar, bahwa dalam hal berdoa, jika khusyuk, tentu tidak perlu mempertimbangkan orang lain yang melihat ato tidak melihat. Sebab, pada saat berdoa, si pendoa sedang berurusan dengan Chaliknya, bukan berurusan dengan orang yang melihatnya.
Ooo maaf mas djo..
maksudnya "batu sandungan" yang itu.. hehe..
Kalau saya yg imannya dangkal ini sih sedernhana aja mikirnya mas:
- Kalau saya takut saya jadi batu sandungan karena saya berdoanya belum bisa khusyuk kalau didepannya tergoda patung, atau bau sampah atau apalah.....
ya pindah aja ke tempat doa yang gak ada patungnya atau sampahnya atau apapun itu..
- Kalau saya berdoanya khusyuk, tempatnya dimanapun atau ada apapun didepan belakang atas bawah gue....
yakin lo itu bisa jadi batu sandungan? kok bisa yakin bener...???
dari hasil interpretasi Alkitab menurut anda kan? apa yakin bahwa demikian pula yang dimaksud oleh Tuhan???
takut ah saya... bersikap menyetarakan diri dengan tingkat kebijaksanaan Tuhan..
- Jadi saya yang sederhana aja sih...
Patung adalah karya seni hasil olah akal budi & emosi yang disebut seni, yang merupakan karunia Tuhan yang membedakan manusia dengan binatang & tumbuhan..
Saya doa mau didepan patung, mau gerejanya pakai ac atau kagak, mau sebelahnya orang teriak-teriak.. yang penting saya berkomunikasi dengan Tuhan secara khusyuk..
Orang lain yang nonton? wah.. saya gak mampu deh.. kalau ngurusin orang lain.. wong ngurusi diri sendiri aja belum bener kok.. hehe..