Author Topic: Bahasa Roh  (Read 58853 times)

0 Members and 10 Guests are viewing this topic.

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Bahasa Roh
« Reply #240 on: October 18, 2012, 11:11:56 PM »
No problem for me.

Mari kita sama2 belajar, kan memang tujuan diskusi2 di FIK adalah utk memperdalam pengetahuan iman kristen kita.
Silahkan dilanjutkan diskusi anda dengan yang lain, saya pantau saja :whistle:
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Bahasa Roh
« Reply #241 on: October 18, 2012, 11:29:07 PM »
Kalau boleh menambahkan ...Gerakan karismatik dalam Gereja katolik tetaplah harus setia dan taat pada ajaran iman Gereja ....Kitab Suci, Tradisi suci dan Magisterium...

Jika ada rekan2 karismatik yang karena karunia2nya tersebut membuat mereka jauh dari iman Gereja Katolik, memandang rendah ekaristi dan misa kudus, memandang rendah praktek devosi atau yang lain2...bersikaplah waspada dan hati2 terhadap karunia2 tersebut.

Jika tidak yah tidak apa2... :afro:

Karunia Roh Kudus itu banyak, bahasa roh hanya salah satunya bukan satu2nya apalagi segala2nya dari karunia Roh Kudus tersebut.  :)

That's all... :)

salam damai  :)

Setuju sekali, bro Leo!!  :afro:

Aku jadi ingin sharing (lagi), pengalamanku awal2 memperoleh (yg dengan rendah hati aku imani sebagai) karunia bahasa roh itu.
Ketika berbahasa roh itu rasanya sangat damai dan senang sekali. Dan aku bisa dibilang "ketagihan" dan bersemangat utk selalu ikut PDKK.
Akhirnya sampailah ekstasi itu pada titik yg berlebihan, aku jadi lebih mengutamakan "bahasa roh" dibanding ekaristi.
Aku merasa kok ekaristi aku tidak merasakan apa2 (hambar), sementara aku kalo bahasa roh aku lebih merasa damai dan bahagia?
Aku sampaikan isi hati ini pada pembimbing di KTM, tapi aku justru mendapat teguran sangat keras.

Ekaristi adalah pusat hidup iman katolik, adalah kesalahan besar jika merendahkan ekaristi seperti itu.
Perasaan damai, tenang, bahagia, itu adalah "bonus" dan akan berlalu, jadi aku tidak boleh mengandalkan perasaan saja dalam menyembah Tuhan.
Sementara rahmat dalam ekaristi dan rahmat dalam karunia bahasa roh itu tidak akan pernah berlalu, dan seandainya "perasaan" itu akhirnya hilang, kita tidak akan pernah sekalipun kehilangan rahmat itu.

Puji Tuhan aku memiliki pembimbing yg bijaksana dan sangat katolik, jadi aku tidak terjatuh dalam pemahaman yg salah seperti contoh dalam jemaat Korintus.
Sekarang memang kalo ada kesempatan berbahasa roh, perasaan damai itu sudah tidak seperti dulu lagi. Kadang juga malah terasa hambar. Tapi aku tidak merasakan kecewa kalo hal itu terjadi.
Dan sekarang ini justru perasaan bahagia dalam penyembahan ekaristi itu menjadi puncak dari ekstasi hidup berimanku.
Merasakan dan menyembah Allah Putra yg benar2 hadir dalam rupa roti dan anggur.

Segala puji syukur kepada Allah.
Aku sungguh merasa beruntung boleh menerima rahmat menjadi seorang katolik dan juga diberi rahmat utk mencicipi nikmat ibadah karismatik seperti yg dimiliki oleh rekan2 kita dari protestant karismatik.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Bahasa Roh
« Reply #242 on: October 18, 2012, 11:33:07 PM »

Kepada Teman2. Mau bertanya saja.

Jemaat di Korintus sebagian berbahasa Roh.

Untuk kota2 lain seperti di Galatia, Efesus, Filipi, Kolose dll apakah juga ada yang berbahasa Roh ?

Bila diandaikan mereka juga sebagian ada yang berbahasa Roh, tetapi tidak mempunyai problem seperti di Korintus.

Berarti nasehat Rasul Paulus khusus ditujukan kepada Jemaat Korintus.

 :think:

Any comment terhadap pemikiran saya diatas ? (meminjam istilah Mr. Bruce).

Menurut newadvent, fenomena bahasa roh itu terjadi tidak hanya di Korintus, tetapi juga terjadi (setidaknya) di Efesus dan Yerusalem.

Now St. Paul had seen the gift conferred at Ephesus and St. Luke does not distinguish Ephesian glossolaly from that of Jerusalem.
http://www.newadvent.org/cathen/14776c.htm


Mengapa hanya di Korintus saja Paulus memberikan teguran, sepertinya karena memang "abuse" atas karunia ini hanya terjadi di sana.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: Bahasa Roh
« Reply #243 on: October 19, 2012, 01:18:08 AM »
Bahkan rekan katolik yg lain jg setuju bahwa St. Petrus tidak sedang menafsirkan.
Yang mana member Katolik blg tidak sedang menafsirkan?
Bro Jenova

Hmm... kita ini sedang membicarakan Kis 2 : 14, bukan?

Kis 2 : 14 Lalu Petrus berdiri bersama sebelas rasul yang lain, kemudian berbicara kepada orang banyak itu. Dengan suara yang keras ia berkata, "Saudara-saudara, orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem! Dengarlah baik-baik, sebab hal ini perlu saya jelaskan kepadamu.

Petrus berdiri dan berkata2 demikian karena sebelumnya dikisahkan dalam Kis 2 : 1 - 13 bahwa fenomena bahasa roh sedang terjadi dan orang2 tidak percaya menuduh mereka sedang mabuk.
Perikop berikutnya menjelaskan kisah selanjutnya, bahwa dalam ayat Kis 2 : 14-15 Petrus berdiri BUKAN untuk menafsirkan bahasa roh, melainkan menjelaskan kepada orang2 yg tidak percaya bahwa mereka tidak sedang mabuk.
Ayat berikutnya, Kis 2 : 16 - 21, Petrus memang menyatakan nubuatan, tetapi ini bukan nubuat yg dibuat dalam session bahasa roh itu, melainkan nubuat yg pernah disampaikan oleh nabi Yoel (bisa dilihat di ayat 16).
Ayat2 berkutnya, Kis 2 : 22 - 36, Petrus memberikan kesaksian tentang Tuhan Yesus. Ini lagi2 BUKAN penafsiran dari nubuat2 yg dibuat dalam session bahasa roh di perikop sebelumnya.

Di akhir perikop, yaitu ayat Kis 2 : 40, disampaikan kesimpulan bahwa ini adalah PENJELASAN Petrus kepada orang2 yg tidak percaya itu.

Kesimpulan yg aku ambil, di ayat2 dalam perikop ini, jelas Petrus TIDAK sedang menafsirkan bahasa roh, melainkan sedang menyampaikan suatu pengajaran berangkat dari reaksi orang2 yg tidak percaya atas fenomena bahasa roh itu.

Fenomena bahasa roh di perikop sebelumnya, Kis 2 : 1 -13, bahkan tidak memerlukan penerjemahan/penafsiran, karena semua orang sudah mengerti apa yg disampaikan oleh orang2 lain meskipun menggunakan bahasa yg berbeda dgn bahasa ibu mereka.

Kis 2 : 11 Kita semua mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita masing-masing mengenai hal-hal yang ajaib yang dilakukan oleh Allah!"


Kecuali kalo Anda berdua sedang membicarakan ayat yg lain, maka aku mohon maaf telah salah memahami diskusi Anda, dan silakan diabaikan komentarku karena memang tidak relevant dengan yg Anda berdua diskusikan.
« Last Edit: October 19, 2012, 01:20:42 AM by Jenova »
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Bahasa Roh
« Reply #244 on: October 19, 2012, 06:37:46 PM »
Menurut newadvent, fenomena bahasa roh itu terjadi tidak hanya di Korintus, tetapi juga terjadi (setidaknya) di Efesus dan Yerusalem.

Now St. Paul had seen the gift conferred at Ephesus and St. Luke does not distinguish Ephesian glossolaly from that of Jerusalem.
http://www.newadvent.org/cathen/14776c.htm


Mengapa hanya di Korintus saja Paulus memberikan teguran, sepertinya karena memang "abuse" atas karunia ini hanya terjadi di sana.

Thanks infonya Mod Jenova.

Saya baca2 dulu linknya


GBU
 :)
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: Bahasa Roh
« Reply #245 on: October 20, 2012, 02:48:30 PM »
Kesimpulan yg aku ambil, di ayat2 dalam perikop ini, jelas Petrus TIDAK sedang menafsirkan bahasa roh, melainkan sedang menyampaikan suatu pengajaran berangkat dari reaksi orang2 yg tidak percaya atas fenomena bahasa roh itu.

Terima kasih bro. Kesimpulan anda sudah cukup menjelaskan.   :)
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Bahasa Roh
« Reply #246 on: October 21, 2012, 05:47:35 PM »
Silahkan dilanjutkan diskusi anda dengan yang lain, saya pantau saja :whistle:
Setelah saya pantau, rasanya perlu diluruskan beberapa hal:
Hmm... kita ini sedang membicarakan Kis 2 : 14, bukan?

Kis 2 : 14 Lalu Petrus berdiri bersama sebelas rasul yang lain, kemudian berbicara kepada orang banyak itu. Dengan suara yang keras ia berkata, "Saudara-saudara, orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem! Dengarlah baik-baik, sebab hal ini perlu saya jelaskan kepadamu.

Petrus berdiri dan berkata2 demikian karena sebelumnya dikisahkan dalam Kis 2 : 1 - 13 bahwa fenomena bahasa roh sedang terjadi dan orang2 tidak percaya menuduh mereka sedang mabuk.
Perikop berikutnya menjelaskan kisah selanjutnya, bahwa dalam ayat Kis 2 : 14-15 Petrus berdiri BUKAN untuk menafsirkan bahasa roh, melainkan menjelaskan kepada orang2 yg tidak percaya bahwa mereka tidak sedang mabuk.
Ayat berikutnya, Kis 2 : 16 - 21, Petrus memang menyatakan nubuatan, tetapi ini bukan nubuat yg dibuat dalam session bahasa roh itu, melainkan nubuat yg pernah disampaikan oleh nabi Yoel (bisa dilihat di ayat 16).
Ayat2 berkutnya, Kis 2 : 22 - 36, Petrus memberikan kesaksian tentang Tuhan Yesus. Ini lagi2 BUKAN penafsiran dari nubuat2 yg dibuat dalam session bahasa roh di perikop sebelumnya.

Di akhir perikop, yaitu ayat Kis 2 : 40, disampaikan kesimpulan bahwa ini adalah PENJELASAN Petrus kepada orang2 yg tidak percaya itu.

Kesimpulan yg aku ambil, di ayat2 dalam perikop ini, jelas Petrus TIDAK sedang menafsirkan bahasa roh, melainkan sedang menyampaikan suatu pengajaran berangkat dari reaksi orang2 yg tidak percaya atas fenomena bahasa roh itu.

Fenomena bahasa roh di perikop sebelumnya, Kis 2 : 1 -13, bahkan tidak memerlukan penerjemahan/penafsiran, karena semua orang sudah mengerti apa yg disampaikan oleh orang2 lain meskipun menggunakan bahasa yg berbeda dgn bahasa ibu mereka.

Kis 2 : 11 Kita semua mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita masing-masing mengenai hal-hal yang ajaib yang dilakukan oleh Allah!"


Kecuali kalo Anda berdua sedang membicarakan ayat yg lain, maka aku mohon maaf telah salah memahami diskusi Anda, dan silakan diabaikan komentarku karena memang tidak relevant dengan yg Anda berdua diskusikan.
Maka sudah dijawaba sebelumnya:
The charisma in question was manifested in the speech of St. Peter to the multitude on the day of Pentecost (Acts 2)

It takes the form of an intelligible address; the explanation was to follow the speech with tongues as regularly as the discerning of spirits succeeded prophecy

Among the Fathers it is sententia communissima that the speaking with tongues was a speaking in foreign languages. Their interpretation is based upon the promise in Mark 16:1, "They shall speak with new tongues", and on its final fulfilment in the gift of tongues to the apostles (Acts 2:4).

:)
Hampir kelewat sama saya  :D :P

Kalau Pidato St Petrus BUKAN MENAFSIRKAN, maka masuk disini (No 4):

(4) The Doctor's office was to preach and teach the Faith permanently in some community assigned to their care. The Apostles themselves and the evangelists mentioned with apostles, prophets, doctors, and pastors (Ephesians 4:11) went from place to place founding new Churches; the Faith could only be maintained by permanent teachers fitted for their work by special gifts. Thus St. Paul writes to Timothy: "The things which thou hast heard of me by many witnesses, the same commend to faithful men, who shall be fit to teach others also" (2 Timothy 2:2). Such faithful men are the catechists in missionary countries.
 :afro: :scold: :doh:
Sedangkan:
References please??
Aneh... Anda bawa2 artikel dari katolisitas utk menentang gerakan karismatik, tapi artikel itu sendiri justru mendukung gerakan karismatik?
Atau Anda hanya membaca bagian pertama yaitu surat yg menyatakan keberatan dari gerakan karismatik?
Apakah Anda sudah  membaca jawaban dari pengurus katolisitas yg justru  membela PDKK?
Lha saya justru mengambil sumber yang tidak memusuhi bahasa Roh, namun bersikap netral, dari bersikap netral saja sudah begitu referensinya, bagaimana yang anti bahasa Roh seperti:

http://ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=2331
 :doh:
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Bahasa Roh
« Reply #247 on: October 21, 2012, 05:49:31 PM »
Tidak, jawabanku itu bukan jawaban dari pertanyaanku.
Silakan ditunjukkan di sini aturan universal dari GK yg mengatur tata ibadah karismatik, misal urutan2 doa dan tata ibadah seperti dalam misa mingguan.
Lha aturan Misa Gereja Katolik BAKU!
Seingat saya (saya tidak aktif di PDKK, hanya beberapa kali ikut Misa Karismatik), bahkan dalam Misa untuk PDKK sekalipun tidak ada sesi bahasa roh, gak tau kalo sekarang berubah :D :doh:
Mana ada Misa ada bahasa Rohnya???

Paham???!!!

Lihat ini:
harus dibedakan antara protestan dan katolik,
Protestan Kharismatik tidak mengenal "Liturgy" dalam setiap kebaktiannya..
sedangkan utk kebaktian/misa katolik ada "Liturgy", dalam hal ini tidak ada namanya liturgy karismatik..  :doh:

jadi GK BELUM memberikan pandangannya terhadap gerakan kharismatik, jangan mendahuluinya..  :afro1:
Quote
PAPAL MESSAGE ON LITURGY AS SOURCE OF CATECHESIS

"The Liturgy Is Not What Man Does, But What God Does"

VATICAN CITY, AUG. 24, 2011 (Zenit.org).- Here is a translation of the message sent on behalf of Benedict XVI to the 62nd Italian Liturgical Week, under way through Aug. 26.
The Pope's secretary of state, Cardinal Tarcisio Bertone, signed the message.
* * *

To His Most Reverend Excellency
Monsignor Felice di Molfetta
Bishop of Cerignola-Ascoli Satirano
Most Reverend Excellency,
I am happy to transmit the Holy Father's cordial greeting to you and to the participants in the 62nd National Liturgical Week, which will be held from August 22-28 in Trieste. The theme of the meeting -- "God Educates His People: The Liturgy, Inexhaustible Source of Catechesis" -- comes in the context of the Pastoral Guidelines of the Church in Italy for the 2010-2020 decade, geared to addressing the present educational emergency, and it attempts to put "the primacy of God unequivocally in the light ... the first of all, God" (J. Ratzinger, Theology of the Liturgy, Opera Omnia, XI, p. 5), his absolute priority in the educational role of the liturgy.
The Church, especially when she celebrates the divine mysteries, recognizes and manifests herself as a reality that cannot be reduced to a solely earthly and organizational aspect. It must appear clearly in these mysteries that the beating heart of the community should be recognized beyond the narrow yet necessary limits of ritualism, because the liturgy is not what man does, but what God does with his admirable and gratuitous condescendence. This primacy of God in the liturgical action was highlighted by the Servant of God Paul VI at the closing of the second period of the Vatican Council, when he announced the proclamation of the Constitution Sacrosanctum Concilium: "In this event we observe that the correct order has been respected of the values and duties: thus we have recognized that the post of honor is reserved to God; that as first duty we are called to raise prayers to God; that the sacred Liturgy is the primary source of this divine exchange in which the life of God is communicated to us; it is the first school of our soul, it is the first gift that must be made by us to the Christian people." (Paul VI, Address for the Closing of the Second Period, December 4, 1963, AAS [1964], 34).
In addition to expressing the absolute priority of God, the liturgy manifests its being "God with us," since "being Christian is not the result of an ethical choice or a lofty idea, but the encounter with an event, a person, which gives life a new horizon and a decisive direction." (Benedict XVI, encyclical Deus Caritas Est, 1). In this connection, God is the great educator of his people, the loving, wise, tireless guide in an through the liturgy, the action of God in the today of the Church.
From this foundational aspect, the 62nd National Liturgical Week is called to reflect on the educational dimension of the liturgical action, in as much as it is a "permanent school of formation around the Risen Lord, educational and relative place in which the faith acquires form and is transmitted" (Italian Episcopal Conference, Educare alla Vita Buona del Vangelo, n. 390). For this purpose, it is necessary to reflect ever better on the relation between catechesis and liturgy, yet rejecting all undue instrumentalization of the liturgy with "catechetical" ends. In this regard, the living Patristic tradition of the Church teaches us that the liturgical celebration itself, without losing its specificity, always has an important catechetical dimension (cf. Sacrosanctum Concilium, 33). In fact, in as much as it is the "the primary and indispensable source from which the faithful are to derive the true Christian spirit" (ibid., 14), the liturgy can be called the permanent catechesis of the Church, the inexhaustible source of catechesis, precious catechesis in act (cf. Italian Episcopal Conference, Il Rinnovamento della catechesis, Feb. 7, 1970, 113). As an integrated experience of catechesis, celebration and life, it expresses in addition the maternal support of the Church, thus helping to develop the growth of the believer's Christian life and the maturation of his conscience.
The Holy Father Benedict XVI willingly assures his prayer so that the 62nd National Liturgical Week will be fruitful for the participants and for the Church that is in Italy. He hopes that this important conference, as well as the initiatives promoted by the Center of Liturgical Action, will be placed increasingly at the service of the genuine meaning of the liturgy, favoring a solid theological-pastoral formation in full consonance with the magisterium and the tradition of the Church. To this end, the Supreme Pontiff invokes upon all the participants the maternal protection of Mary Most Holy, and he imparts from his heart to Your Excellency, to the archbishop of Trieste, to the bishops and to the priests present, to the speakers and to all the congressmen a special Apostolic Blessing.
With fraternal greetings and good wishes, I take advantage of the circumstance to greet you.
Tarcisio Cardinal Bertone
Secretary of State of His Holiness
[Translation by ZENIT]
Quote
Konsili Vatikan II menyatakan: "Upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan seluruh Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yaitu umat kudus yang berhimpun bersama Uskup" (Sacrosanctum Concilium, no 26). Maka "Sebagai perayaan bersama dengan dihadiri banyak umat yang ikut serta secara aktif, harus ditandaskan, bahwa bentuk ini lebih diutamakan daripada ibadat perorangan yang bersifat pribadi" (Sacrosanctum Concilium, no 27).
Quote
Prinsip teologis pengertian liturgi:

Anamnetik (bersifat kristologis)
Epikletik (bersifat pneumatologis)
Eklesiologis (bersifat soteriologis)
Quote
SAKRAMENTALI adalah sarana untuk mengingat kehadiran Allah dalam kehidupan manusia.
(Kan 1667-1679 KGK)
BENEDICTIONES INVOCATIVE
BENEDICTIONES CONSTITUTIVAE
BENEDICTIONES CONSECRATIO
BENEDICTIONES DEDICATIO
EKSORSISME IMPREKATORIS
EKSORSISME DEPREKAORIS
:)
:)
Dan yang ini jg belum Anda jawab, kalo Anda menghendaki aturan ini dijalankan, silakan Anda jelaskan dulu mengapa peraturan yg lain (ttg wanita di depan jemaat) boleh dilanggar?
Wanita tidak boleh memimpin Misa, bukankah sudah jelas?
Apa yang aku akui?
Aku akui telah terjadi penyimpangan dalam praktek ibadah bahasa roh di Korintus.
Aku akui Paulus menegurnya.
Ya itu point saya!
 :whistle:
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Bahasa Roh
« Reply #248 on: October 21, 2012, 05:50:34 PM »
Tapi Aku masih tidak menemukan bahwa berbahasa roh dalam ibadah jemaat itu dilarang secara general, atau bahkan dinyatakan sesat oleh GK.
Lha mana pernah Misa ada bahasa Rohnya???

Kamu mau buat aturan sendiri?

Sesat apabila seperti karismatik protestan:
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=BeguOPBE-vs[/youtube]
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=XS8F-WcZ22g[/youtube]
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=dkYcurJQELw[/youtube] :doh:
Sedangkan di Gereja Katolik sudah ada aturannya:
Gereja Katolik mengajarkan bahwa penilaian akan otentisitas suatu karunia karisma dan pengaturan-nya harus tunduk kepada karisma apostolik/ rasuli yang diberikan kepada Magisterium Gereja, agar karunia tersebut dapat diberdayakan di dalam kesatuan seluruh Gereja- (lihat Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)]. Di 1 Kor 14 kembali Rasul Paulus menyebutkan adanya karunia berkata- kata dalam bahasa roh, namun ia mengajarkan bahwa yang lebih penting adalah karunia untuk menafsirkannya (lih. 1 Kor 14:5,13) dan karunia nubuat untuk membangun, menasihati dan menghibur jemaat (lih. 1 Kor 14:3).

“Selain itu, tidak hanya melalui sakramen- sakramen dan pelayanan Gereja saja, bahwa Roh Kudus menyucikan dan membimbing Umat Allah dan menghiasinya dengan kebajikan- kebajikan, melainkan, Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat istimewa, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira, sebab karunia- karunia tersebut sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaanya secara layak/teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)

Semoga jelas
Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaanya secara layak/teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)

dijelaskan dengan baik oleh Kardinal Indonesia:
Quote
Surat Gembala Mengenai
PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK
Konferensi Wali Gereja Indonesia

...

Karisma itu anugerah cuma-cuma, tanda bahwa Roh mencintai umat. Maka karunia itu tidak dapat kita kejar atau kita rebut, seakan-akan sebagai hasil jerih payah kita dan untuk selama-lamanya boleh kita miliki. Misalnya, “Bahasa Lidah” adalah karunia Roh yang sering tidak tergantung dari emosi dan berupa doa pujian atau permohonan pribadi serta disadari oleh pendoanya. Layaklah pelaksanaannya dalam suasana damai serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Bahkan perlulah orang ingat kata-kata Paulus bahwa “dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1 Kor 14:19)

...
http://katolisitas.org/9453/dokumen-kwi-mengenai-pembaharuan-karismatik-katolik-aneka-karunia-satu-roh

Paham???!!!
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: Bahasa Roh
« Reply #249 on: October 22, 2012, 12:49:38 AM »
Shallom..

Kalau boleh saya memberi pendapat dan pandangan mengenai bahasa roh..

Secara singkat, saya kira kita perlu memahami betul maksud dan tujuan Tuhan Yesus mencurahkan Roh Kudus pada peristiwa pentakosta, yang membawa kita saat ini, kepada berbagai macam penafsiran tentang kejadian yang terjadi saat itu.

Kalau sedikit melihat rentetan kejadian sebelum peristiwa pentakosta, ada beberapa 'sikon' dimana Tuhan Yesus mengindikasikan dan mempersiapkan apa yang akan terjadi pada saat pentakosta itu.

Yoh 7:39
Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.

Yoh 16:7
Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.

Melalui ayat2 diatas Tuhan Yesus menyampaikan kepada murid2Nya utk mempersiapkan diri bagi tugas penginjilan yang
Dia berikan langsung melalui
Mat 28:18-20
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Dan pasca kebangkitanNya, secara 'simbolik' Tuhan Yesus 'mengembusi' para murid, yang saat itu masih dalam keadaan bingung, takut dan cemas, utk menerima Roh Kudus dalam
Yoh 20:19-23
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Tentu saja mereka belum menerima Roh Kudus pada saat itu karena Tuhan Yesus belum dimuliakan (Yoh 7:39), namun sekali lagi Tuhan Yesus telah 'menggambarkan' kejadian yang akan terjadi pada saat pentakosta kelak.

Dalam kesempatan penampakan diriNya kpd murid2, Tuhan Yesus kembali menyatakan bahwa mereka akan menerima dan dibaptis dengan Roh Kudus (Kis 1:5).

Dan tujuan dari diberikannya Roh Kudus adalah agar para murid diberikan dan diperlengkapi dengan kuasa utk menjadi saksi Kristus
Kis 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Untuk memahami maksud Tuhan Yesus untuk mencurahkan Roh Kudus, saya coba ambil lewat perkataan Petrus lewat
Kis 2:38
Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

Dari perkataan Petrus ini, saya mencoba menarik kesimpulan bahwa Tuhan Yesus lewat karya Roh Kudus, menempatkan orang2 percaya menjadi anggota Tubuh Kristus hanya melalui pertobatan.
Seperti yang Rasul Paulus katakan kepada jemaat Korintus dan Galatia,
1 Kor 12:13
Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
Gal 3:27
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

Dari sini saya percaya bahwa peristiwa pentakosta adalah momen awal Tuhan Yesus memulai membangun gerejaNya, membangun anggota TubuhNya.

Saya percaya kalau kita bisa memahami rentetan kejadian dan mencoba melihat kejadiannya secara utuh dan proporsional, mungkin kita bisa memperkecil perbedaan penafsiran tentang peristiwa pentakosta ini.

Sehingga bagi saya, peristiwa pentakosta merupakan murni karya Kristus, memulai dan membangun gerejaNya.
Dia mencurahkan Roh Kudus yang dijanjikanNya, utk memberikan kuasa kepada murid2Nya utk memberitakan berita keselamatan.
Kalau kita teliti peristiwa pentakosta ini sesungguhnya merupakan peristiwa dimana para murid dipenuhi oleh Roh Kudus.

.. continue ..



Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: Bahasa Roh
« Reply #250 on: October 22, 2012, 12:52:42 AM »

.. continue ..

Dengan kepenuhan Roh Kudus, mereka memperoleh dan diberikan kemampuan yang diperlukan untuk memberitakan kabar keselamatan yang Tuhan Yesus tugaskan kepada mereka.
Kita bisa lihat bagaimana Petrus, seorang yang penakut, bahkan menyangkal Tuhan Yesus sampai 3 kali, masih bingung dengan kematian Kristus, setelah dipenuhi Roh Kudus, bisa berkhotbah dengan berani di tengah kota Yerusalem dan 3000 ribu orang bertobat.
Dan tentu saja kuasa tersebut salah satunya adalah kemampuan yang diberikan Roh Kudus untuk berkomunikasi dalam bahasa-bahasa lain. Mengingat banyaknya pendatang di Yerusalem, bertepatan juga pada hari raya pentakosta, tentu saja merupakan waktu yang tepat untuk memberitakan Injil Kristus.
Jadi fenomena yang justru perlu kita pahami sesungguhnya bukan soal bagaimana murid2 dapat berkata2 dalam bahasa lain, tetapi bagaimana mereka dapat dipenuhi Roh Kudus, itulah yang penting, bukan hasil kepenuhannya. Karena hasilnya adalah murni otoritas Roh Kudus itu sendiri yang akan berkarya menurut kehendakNya.
Ibr 2:3-4
bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Selanjutnya kita melihat, bagaimana para murid kembali dipenuhi Roh Kudus berulang-ulang utk menjalani tugas penginjilan dari Tuhan Yesus dengan berani,
Kis 4:8
Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua,
Kis 4:31
Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Kis 6:5
Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
Kis 7:55
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Kis 9:17
Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
Kis 13:9
Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia,

Setelah peristiwa pentakosta, para murid kembali mengalami kepenuhan Roh Kudus untuk memberitakan kebenaran Injil, menurut kehendakNya dan tidak dicatat lagi mengenai berkata2 dalam bahasa lain.
Di sini saya mencoba menyimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lain tidak bisa diartikan sebagai tanda dalam baptisan Roh Kudus tapi kepenuhan/dipenuhi Roh Kudus. Namun tidak bisa secara langsung juga diartikan sebagai respon dipenuhi Roh Kudus.
Semua kuasa dan karunia Roh Kudus diberikan hanya menurut otoritas dan kehendakNya semata. Dia tahu apa yang diperlukan bagi orang2 yang ‘zeolous’ mengabarkan kabar baik.
Hal ini sesuai dengan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Efesus,
Ef 5:18
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,

Inti peristiwa pentakosta adalah pembangunan gereja Kristus. Tuhan Yesus menyatukan orang2 percaya lewat karya Roh Kudus ke dalam satu Tubuh, menjadi anggota Tubuh Kristus.

Maaf kalau melebar dari topik, tapi saya kira dari diskusi yang sudah ada kita bisa melihat dari arah dan perspektif yang berbeda sehingga pemahaman tentang peristiwa pentakosta yang menghasilkan berbagai karunia Roh Kudus bisa kita pahami secara proporsional dan utuh menurut Alkitab.

Terima Kasih,
Tuhan Yesus memberkati


Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Bahasa Roh
« Reply #251 on: October 22, 2012, 05:09:40 AM »
Maap saya kok masih bingung..


Jadi ceritanya apa sih  di thread ini ?

Apa yg jadi permasalahan gitu loh?
Back to TOPIC!

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Bahasa Roh
« Reply #252 on: October 22, 2012, 06:09:08 AM »
Maap saya kok masih bingung..

Jadi ceritanya apa sih  di thread ini ?

Apa yg jadi permasalahan gitu loh?
Intinya, dari Katolik tidak menentang adanya bahasa Roh, selain tercantum didalam Alkitab, sepanjang sejarah Gereja, banyak Santo dan Santa yang berbahasa Roh.

Namun, mereka semua tidak melakukan didalam Misa, hanya doa pribadi, sesuai dengan aturan didalam Alkitab bahwa kalau tidak ada penafsir, maka tidak boleh didalam Misa/Gereja, dan jumlah terbatas 2-3 orang saja.

Perlu diwaspadai bahwa sepanjang sejarah Gereja, semua yang berbahasa Roh ujung-ujungnya menjadi heresy, dimulai dari Montanus:
Quote
Dalam empat sampai lima abad yang pertama dalam kekristenan / gereja, orang-orang yang dilaporkan telah berbicara dalam bahasa Roh hanyalah pengikut Montanus yang sesat dan muridnya yang bernama Tertullian.
Lalu pada abad ke 17 dilaporkan adanya bahasa Roh dalam grup yang disebut Cevenol Priests di Perancis. Grup ini juga sesat.
Pada tahun 1731 ada bahasa Roh dalam Roman Catholic Reformers yang disebut the Jansenists. Ini jelas juga grup sesat.
The Shakers, pengikut dari Mother Ann Lee, yang hidup pada tahun 1736-1784, menggunakan bahasa Roh. Mother Ann Lee menganggap dirinya sebagai 'the female equivalent of Jesus Christ' (= orang perem-puan yang setara dengan Yesus Kristus) dan menganggap sex sebagai dosa, sekalipun dilakukan di dalam pernikahan. Semua ini sudah cukup untuk menganggapnya sebagai seorang yang sesat.
Tahun 1830, seorang yang bernama Edward Irving (di London) men-dirikan the Irvingites. Grup ini berbicara dalam bahasa Roh. Ini juga grup yang sesat.
Jadi, bahasa Roh diakui oleh Gereja Katolik, namun untuk keaslian bahasa Roh seseorang, perlu kehati-hatian!
Tapi Aku masih tidak menemukan bahwa berbahasa roh dalam ibadah jemaat itu dilarang secara general, atau bahkan dinyatakan sesat oleh GK.
Lha mana pernah Misa ada bahasa Rohnya???

Kamu mau buat aturan sendiri?

Sesat apabila seperti karismatik protestan:
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=BeguOPBE-vs[/youtube]
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=XS8F-WcZ22g[/youtube]
[youtube]http://www.youtube.com/watch?v=dkYcurJQELw[/youtube] :doh:
Sedangkan di Gereja Katolik sudah ada aturannya:
Gereja Katolik mengajarkan bahwa penilaian akan otentisitas suatu karunia karisma dan pengaturan-nya harus tunduk kepada karisma apostolik/ rasuli yang diberikan kepada Magisterium Gereja, agar karunia tersebut dapat diberdayakan di dalam kesatuan seluruh Gereja- (lihat Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)]. Di 1 Kor 14 kembali Rasul Paulus menyebutkan adanya karunia berkata- kata dalam bahasa roh, namun ia mengajarkan bahwa yang lebih penting adalah karunia untuk menafsirkannya (lih. 1 Kor 14:5,13) dan karunia nubuat untuk membangun, menasihati dan menghibur jemaat (lih. 1 Kor 14:3).

“Selain itu, tidak hanya melalui sakramen- sakramen dan pelayanan Gereja saja, bahwa Roh Kudus menyucikan dan membimbing Umat Allah dan menghiasinya dengan kebajikan- kebajikan, melainkan, Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat istimewa, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira, sebab karunia- karunia tersebut sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaanya secara layak/teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)

Semoga jelas
Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaanya secara layak/teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)

dijelaskan dengan baik oleh Kardinal Indonesia:
Quote
Surat Gembala Mengenai
PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK
Konferensi Wali Gereja Indonesia

...

Karisma itu anugerah cuma-cuma, tanda bahwa Roh mencintai umat. Maka karunia itu tidak dapat kita kejar atau kita rebut, seakan-akan sebagai hasil jerih payah kita dan untuk selama-lamanya boleh kita miliki. Misalnya, “Bahasa Lidah” adalah karunia Roh yang sering tidak tergantung dari emosi dan berupa doa pujian atau permohonan pribadi serta disadari oleh pendoanya. Layaklah pelaksanaannya dalam suasana damai serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Bahkan perlulah orang ingat kata-kata Paulus bahwa “dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1 Kor 14:19)

...
http://katolisitas.org/9453/dokumen-kwi-mengenai-pembaharuan-karismatik-katolik-aneka-karunia-satu-roh

Paham???!!!
Semoga jelas!
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

bruce

  • Guest
Re: Bahasa Roh
« Reply #253 on: October 22, 2012, 07:03:02 AM »
Quote
Intinya, dari Katolik tidak menentang adanya bahasa Roh, selain tercantum didalam Alkitab, sepanjang sejarah Gereja, banyak Santo dan Santa yang berbahasa Roh.

Namun, mereka semua tidak melakukan didalam Misa, hanya doa pribadi, sesuai dengan aturan didalam Alkitab bahwa kalau tidak ada penafsir, maka tidak boleh didalam Misa/Gereja, dan jumlah terbatas 2-3 orang saja.

Setuju dan sependapat

Quote
Perlu diwaspadai bahwa sepanjang sejarah Gereja, semua yang berbahasa Roh ujung-ujungnya menjadi heresy, dimulai dari Montanus:

Jadi, bahasa Roh diakui oleh Gereja Katolik, namun untuk keaslian bahasa Roh seseorang, perlu kehati-hatian!

Semoga jelas!

Siiip, jelas mo.

 :afro:

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Bahasa Roh
« Reply #254 on: October 22, 2012, 07:53:39 AM »
Setuju sekali, bro Leo!!  :afro:

Aku jadi ingin sharing (lagi), pengalamanku awal2 memperoleh (yg dengan rendah hati aku imani sebagai) karunia bahasa roh itu.
Ketika berbahasa roh itu rasanya sangat damai dan senang sekali. Dan aku bisa dibilang "ketagihan" dan bersemangat utk selalu ikut PDKK.
Akhirnya sampailah ekstasi itu pada titik yg berlebihan, aku jadi lebih mengutamakan "bahasa roh" dibanding ekaristi.
Aku merasa kok ekaristi aku tidak merasakan apa2 (hambar), sementara aku kalo bahasa roh aku lebih merasa damai dan bahagia?
Aku sampaikan isi hati ini pada pembimbing di KTM, tapi aku justru mendapat teguran sangat keras.

Ekaristi adalah pusat hidup iman katolik, adalah kesalahan besar jika merendahkan ekaristi seperti itu.
Perasaan damai, tenang, bahagia, itu adalah "bonus" dan akan berlalu, jadi aku tidak boleh mengandalkan perasaan saja dalam menyembah Tuhan.
Sementara rahmat dalam ekaristi dan rahmat dalam karunia bahasa roh itu tidak akan pernah berlalu, dan seandainya "perasaan" itu akhirnya hilang, kita tidak akan pernah sekalipun kehilangan rahmat itu.

Puji Tuhan aku memiliki pembimbing yg bijaksana dan sangat katolik, jadi aku tidak terjatuh dalam pemahaman yg salah seperti contoh dalam jemaat Korintus.
Sekarang memang kalo ada kesempatan berbahasa roh, perasaan damai itu sudah tidak seperti dulu lagi. Kadang juga malah terasa hambar. Tapi aku tidak merasakan kecewa kalo hal itu terjadi.
Dan sekarang ini justru perasaan bahagia dalam penyembahan ekaristi itu menjadi puncak dari ekstasi hidup berimanku.
Merasakan dan menyembah Allah Putra yg benar2 hadir dalam rupa roti dan anggur.
Deo Gratias = syukur kepada Allah...

Quote

Segala puji syukur kepada Allah.
Aku sungguh merasa beruntung boleh menerima rahmat menjadi seorang katolik dan juga diberi rahmat utk mencicipi nikmat ibadah karismatik seperti yg dimiliki oleh rekan2 kita dari protestant karismatik.
Sekedar sharing juga...metode kontemplasi yang ada dalam GK biasanya dalam retret2...pribadi/ sekolah/keluarga dan lain2...juga mempunyai nikmat yang tak kalah hebatnya menurut saya... :)

Waktu saya SMA, sekolah saya pernah mengadakan semacam retret...
Di dalam suatu session...ada session untuk merenungkan apa saja yang telah orang tua lakukan di dalam hidup.
Saya heran waktu itu kok yang diputar malah lagunya Ebiet G Ade...lho kok malah lagu sekuler ...judulnya ayah...
Tapi waktu saya renungkan syair2...tersebut sesuai dengan arahan si pembawa acara tersebut...tak terasa air mata menetes deras...karena saya teringat semua pengorbanan ortu saya selama ini terutama papa... :)

Begitu juga ketika mengikuti devosi jalan salib...

Jadi sepertinya ketika kita hening, kontemplasi merenungkan sesuatu , masuk ke dalam peristiwa dan konteksnya...perasaan2 tersebut bisa saja datang....

Tapi memang iman >< dengan perasaan
Jadi memang benar apapun yang kita rasakan tidak dapat menggantikan rahmat yang telah diberikan Tuhan melalui apa yang kita dapat dalam sakramen2 Gereja utamanya Ekaristi.  :)

salam damai :)
In Omnibus Caritas