Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu pinog
Halo bro Husada, ijinkan saya menimpali post bro di atas ya.
Halo juga pinoq. Baiklah, saya terima kasih atas perhatian pinoq.
Posisi saya adalah sebagai orang yang merasa sepemahaman dengan pandangan TULIP ini (apakah ini membuat saya seorang calvinist? Wah, nggak tahu ya. Saya sendiri belum pernah mempelajari buku-bukunya Calvin...hehehe)
Terima kasih lagi. Saya juga demikian, belum pernah mendalami buku-buku Calvin.
Ada bagian dari post bro Husada yang saya cetak tebal. Saya mau tanya: apa yang bro maksud dengan "sejak jaman kekekalan"? Apakah jaman tsb ada di masa lampau?
Disitu, yang saya artikan dengan jaman kekekalan adalah sejak semula, sejak sebelum penciptaan. Dan dari namanya,
kekekalan, saya kira tidak mengenal istilah lampau. yang ada ialah sekarang,
present, saat ini.
Wong namanya
kekal, tidak ada yang lampau dan tidak ada yang akan datang,
to?
Sementara saya menunggu jawaban bro Husada, saya mau menimpali sedikit mengenai apa perlunya Yesus datang dan mati bila Allah Bapa sudah memilih dari kekekalan.
Terima kasih lagi, pinoq.
Siapakah orang-orang yang dipilih Bapa untuk selamat itu? Mereka adalah orang-orang yang percaya pada (beriman) Kristus Yesus. Bagaimana cara orang percaya? Ada tahapan di sini.
Ini mengingatkan saya pada seorang partisipan forum ini, yang menanyakan tentang, lantas bagaimana dengan keselamatan orang yang selama hidupnya belum mengenal Jesus Kristus? Apakah mereka diselamatkan? Itu, orang-orang besar, seperti Musa, Daud, Nuh, dll, dll tentu mereka belum mengenal Jesus Kristus yang datang (lahir) ke dunia setelah mereka wafat, apakah mereka diselamatkan? Boro-boro percaya pada Jesus Kristus, membayangkanpun, rasanya mereka belum.
Pertama, Allah membuat orang tsb bisa percaya. Mengapa Allah perlu melakukan hal ini? Sebab, setelah Adam dan Hawa jatuh, semua orang sudah tidak bisa percaya kepada Kristus Yesus, meskipun semua orang masih memiliki perangkat-perangkat yang dibutuhkan untuk percaya (Total Depravity). Oleh karena Dosa Asal, semua orang sudah pasti masuk neraka (dari sinilah kata "diselamatkan" memiliki arti).
Oo, begitu.
Menurut pemahaman saya, pada saat kejatuhan Adam dan Hawa (ini lepas dari mempercayai bahwa Adam dan Hawa itu diciptakan harfiah seperti di
Kitab Kejadian itu ya?), karena Adam dan Hawa menggunakan kebebasannya tidak seperti yang diinginkan Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan disertai dengan kebebasan untuk bersukacita, dengan syarat taat pada Tuhan. Tetapi, dengan kebebasannya itu pula manusia berkhayal ingin sama seperti Tuhan, maka ketika digoda iblis, jatuh deh.
Kejatuhan itu tidak diinginkan Tuhan, tetapi kebebasan yang diberikan Tuhan kepada manusia membuat manusia itu jatuh. Apakah menurut pinoq Tuhan tidak mampu mencegah manusia itu dari kejatuhan? Tuhan menginginkan manusia itu merdeka, dan kemerdekaan itu dilaksanakan manusia untuk patuh. Nah, menurut saya, Tuhan menghargai kebebasan yang telah diberikanNya kepada manusia, maka kebebasan itu tidak serta merta dicabut. Kebebasan itu tetap menjadi milik manusia.
Nyatanya, manusia sudah jatuh, sementara manusia dicipta adalah untuk merdeka dan bersukacita didalam Tuhan. Agar manusia dimungkinkan untuk kembali bersukacita secara merdeka, maka Jesus Kristus datang/hadir/lahir ke dunia. Jesus Kristus memberitahukan, "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup," begitu. Di situ juga, Jesus Kristus tidak serta merta mencabut kebebasan manusia. Jesus Kristus hanya menghimbau, "Marilah kepadaKu, kalian yang berbeban berat, agar kalian kulegakan," begitu kira-kira. Kepada muridNya, diperintahkan untuk menjadikan seluruh bangsa menjadi muridNya, tetapi tidak dengan paksaan, melainkan dengan merdeka. Artinya, bagi mereka yang mau percaya, dan menerima Jesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka mereka
"dipilih" untuk diselamatkan. Bagi mereka yang tidak mau menerima Jesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat,
"dipilih" untuk tidak diselamatkan.
Jadi, menurut saya, bukan Tuhan yang menentukan seseorang untuk ditempatkan selamat atau tidak selamat, tetapi manusia dengan kemerdekaannya itulah yang menentukan apakah dia selamat atau tidak selamat. Jalan untuk keselamatan itu sudah disediakan, yaitu Jesus Kristus sendiri, tidak ada yang lain. "Akulah jalan," begitu kata Jesus. dilanjutkanNya, "Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa kalau bukan melalui Aku".
Kedua, realisasi karya keselamatan oleh Yesus Kristus dan pewartaannya.
Di tahap kedua inilah letak jawaban bagi pertanyaan bro Husada ttg perlunya Kristus turun dan mati dan bangkit, dan perlunya penginjilan.
Nah, kalau berkenan, bagi saya, yang pinoq maksudkan di sini masih perlu pinoq jelaskan lebih lanjut. Sungguh, saya kurang menangkap.
Kalau mau di tarik lebih jauh dengan logika yang sama, bro Husada sebenarnya bisa saja mempertanyakan buat apa Allah membiarkan Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa kalau toh Allah sudah pilih-pilih sejak kekekalan. Atau lebih jauh lagi, buat apa Allah menciptakan manusia yang bisa jatuh atau kenapa nggak sempurna saja semuanya dari awal sehingga nggak perlu ada kelompok orang yang diselamatkan dan yang tidak diselamatkan.
Betul. Di paragraf atas, saya sudah menyiratkan itu. Menurut pemahaman saya, manusia diciptakan dengan kebebasan. Tuhan menghendaki, kebebasan mausia itu digunakan untuk setia, taat, patuh kepada Tuhan. Tetapi, manusia menggunakan kebebasannya untuk jatuh, yaitu ingin menjadi sama seperti Tuhan. Itu sudah diketahui Tuhan, dan Tuhan sudah menyediakan jalan, agar manusia secara merdeka, bebas, datang kepada Tuhan. Namun bila manusia memilih untuk tidak datang kepada Tuhan (contoh ekstrimnya seperti Yudas Iskariot), Tuhan tidak menghalangi. Meski Jesus Kristus tahu Yudas Iskariot akan menjualnya, Jesus tidak menghalangi.
Tetapi, tentunya kita tidak bisa mempertanyakan hal tsb karena jawabannya begitu jelas: karena begitulah kehendak Allah.
Saya pikir, kehadiran Jesus Kristus di dunia, dan seluruh ajaranNnya yang diwariskanNya kepada Gereja yang didirikanNya, yang kemudian diperjelasNya dengan mengutus Roh Kudus, bila direnungkan manusia dengan benar, sudah dapat menjawab. Sebab, jika setelah merenungkan ajaran Jesus Kristus, tetap belum menemukan jawaban, berarti renungannya kurang pas, masih diembel-embeli keinginan menjadi sama seperti Tuhan. Padahal, jangankan untuk sama, untuk memahami Tuhan secara 100% saja tidak mungkin.
Damai bagi FIKers.