Author Topic: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama  (Read 1558 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline roderick

  • Global Moderator
  • FIK - Senior
  • *****
  • Posts: 476
  • Reputation Power:
  • Tanah airku tidak kulupakan
  • Denominasi: Eastern Orthodox
Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« on: August 26, 2012, 10:32:26 AM »
Seorang Rahib Kristen Ortodoks menyelamatkan hidup seorang Pangeran Muslim



Pada tahun 1951 Romo Theodosios Makkos menyelamatkan hidup Pangeran Hussein yang di kemudian hari menjadi raja Yordania. Romo Theodosios lahir di Smyrna, Asia Kecil, yaitu wilayah Turki saat ini, pada tanggal 11 Juli 1913. Ia menjadi yatim piatu sejak kecil dan dipelihara oleh nenek dan bibinya. Dia memiliki hasrat yang begitu besar untuk menjadi seorang biarawan dan melayani Gereja di Tanah Suci. Dia datang ke tanah Palestina pada tahun 1928 dan tinggal di sana sampai wafatnya di tahun 1991 pada usia 78 tahun. Beliau melayani Gereja Yerusalem dengan pengabdian yang besar di berbagai tempat dan posisi selama 63 tahun.  Jabatan 50 tahun terakhirnya adalah sebagai bapa rohani dan imam tetap di biara wanita, yaitu biara St  Maria dan Martha para saudari Lazarus, di Betania, pinggiran kota Yerusalem.

Sementara di Palestina ia berteman dengan Raja Abdullah. Di bulan Juli 1951 raja berziarah ke kuil Omar di Yerusalem bersama dengan cucunya, Pangeran Hussein. Sang pangeran masih sangat muda pada saat itu. Sementara berziarah di Yerusalem, Raja Abdullah terbunuh. Romo Theodosios hadir pada saat itu menyertai raja. Dia segera menutupi pangeran muda di balik jubahnya dan membawanya ke Patriarkat Ortodoks Yunani di Yerusalem. Sang pangeran disembunyikan di sana. Romo Theodosios segera melapor kepada Patriark tentang tragedi pembunuhan Raja Abdullah tersebut dan sangat cemas terhadap keselamatan dan kehidupan sang pangeran muda. Patriark, sebelum para pemberontak memotong kabel telepon, sempat menghubungi pihak berwenang Yordania dan memberitakan bahwa pangeran muda selamat dan disembunyikan di tempat yang aman di Patriarkat Ortodoks. Pemerintah Yordania mengirimkan petugas ke Patriarkat dan menjemput pangeran muda di bawah perlindungan dari Yordania. Untuk alasan itulah Raja Hussein selalu itu berhutang budi kepada RomoTheodosios karena menyelamatkan nyawanya. Ia sering mengunjungi biarawan Theodosios yang sederhana itu di biara di Betania. Ketika kemudian sang pangeran menjadi raja ia terus memiliki hubungan dekat dan mengunjunginya di biara dan Romo Theodosios selalu memiliki akses yang mudah untuk masuk ke istana raja. Romo Theodosios diijinkan memasuki istana setiap saat. Dia membantu banyak orang melalui  kata-katanya yang baik  kepada raja. Raja meminta Patriark untuk mengangkat beliau ke jabatan uskup. Penatua Theodosios dipilih tiga kali oleh sinode untuk menduduki jabatan uskup tapi ia menolak kehormatan itu. Dia memilih untuk tetap menjadi rahib sederhana untuk melayani para biarawati di biara Martha dan Maria. Beliau terkenal di seluruh wilayah tersebut karena cinta dan amalnya bagi semua orang tanpa memandang agama atau ras. Ia mengasihi semua orang tanpa perbedaan dan mengabdikan hidupnya untuk amal dan pelayanan keadilan.

Ketika saya berada di Yerusalem di bulan Januari 1986 dalam misi studi dan dialog dengan umat Yahudi dan Muslim, saya mendapat kehormatan untuk bertemu Romo Theodosios. Saya mengunjungi beliau di biara dan beliau menceritakan kepada saya kisah tersebut. Dia juga menuturkan pada saya bahwa setiap kali raja menyapa dia sebagai tanda hormat, raja membuka telapak tangan baginya untuk dicium, sedangkan orang lain biasanya mencium punggung tangannya. Ini adalah kisah luar biasa tentang persahabatan seorang biarawan sederhana dan seorang raja, seorang Kristen Ortodoks Yunani  dan seorang Muslim. Romo Theodosios mengabdikan seluruh hidupnya untuk melindungi tempat-tempat suci dan orang-orang yang tinggal di Palestina, yang begitu ia kasihi. Terutama beliau dihormati karena menyelamatkan hidup seorang raja masa depan dari ancaman nyata kematian. Ini adalah contoh yang baik untuk diikuti semua orang, yaitu untuk mengasihi dan melindungi kehidupan semua orang tanpa memandang agama, kebangsaan atau ras. Semua orang adalah umat Allah yang diciptakan dalam  gambar Nya. Saya benar-benar diberkati boleh mengenal Romo Theodosios yang Terberkati. Semua orang seharusnya meniru contoh kasih dan penghormatan terhadap sesama yang beliau berikan.

Rev Dr Protopresbyter Profesor George C. Papademetriou,
Hellenic College / Sekolah Teologi Ortodoks Yunani Salib Kudus

© 2005 Hellenic News  of America, Inc - All Rights Reserved

http://groups.yahoo.com/group/OrthodoxNews/message/2517

http://www.pigizois.net/pneumatikoi_logoi/gerontas_vithanias/ger_vithanias.htm

Offline roderick

  • Global Moderator
  • FIK - Senior
  • *****
  • Posts: 476
  • Reputation Power:
  • Tanah airku tidak kulupakan
  • Denominasi: Eastern Orthodox
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #1 on: August 26, 2012, 10:35:19 AM »
Gambar yang menarik saat rakyat Mesir menuntut pengunduran diri Mubarak.


Semoga pemerintahan ke depan lebih banyak mendengar aspirasi mereka.

Posted on May 9, 2011

bruce

  • Guest
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #2 on: August 26, 2012, 10:43:13 AM »
Romo Mangunwijaya: Tak Hilang dalam Sejarah Code



“Mereka bisa memperbaiki permukimannya asal dikasih kesempatan. Penggusuran tak akan menyelesaikan masalah sebab mereka akan mencari tempat lain untuk tempat tinggal mereka. Beri kesempatan untuk memperbaiki lingkungannya sehingga mereka tidak hidup kumuh.”

Itu adalah pernyataan dari Y.B Mangunwijaya ketika peristiwa penggusuran kampung code tahun 1986. Y.B Mangunwijaya atau yang akrab disapa Romo Mangun sampai rela mogok makan demi mempertahankan daerah yang dianggap kumuh oleh Pemerintah. Awal mulanya kampung itu hanya berbentuk petak rumah yang terbuat dari kardus bekas, karung goni, dan plastik bekas.

Karena jasanya untuk kampung Code, masyarakat di kampung ini menganggapnya sebagai tokoh yang tak kan terlupakan dalam sejarah kampung Code. Menurut Bandung, penduduk asli Code dulu ketika Romo Mangun tinggal di Code. Ia sempat merasakan bagaimana Romo Mangun mendidik warga. “Romo Mangun itu disegani oleh semua orang, bahkan preman yang ada disini dulu juga patuh dengannya” ujar Bandung.

Bangunan Kampung Code yang dibuat oleh Romo Mangun seringkali mendapat kritikan oleh para ahli arsitektur. Bagaimana tidak? ia membangun rumah di atas saluran pembuangan kotoran yang seharusnya tidak dapat untuk pondasi sebuah bangunan. Namun, Justru desain arsitekturalnya ini terbilang unik dan mempunyai struktur yang kokoh. Bahkan orang-orang Jepang pun kagum ketika gempa melanda Jogja, ‘bangunan’ yang pernah dikritik oleh para ahli arsitektur itu justru tetap kokoh berdiri hingga kini.

Romo Mangun sempat mengenyam pendidikan arsitektur di ITB pada tahun 1959. Tak puas menimba ilmu ia kemudian melanjutkan ke Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, di Jerman pada tahun 1960.

Ia lahir tahun 1929. Selama hidupnya ia habiskan untuk menjadi seorang rohaniawan, arsitek dan sastrawan. Dedikasinya untuk masyarakat kaum miskin begpitu besar. Ia memiliki pribadi yang sungguh Humanis. Terbukti dari berbagai karya arsitekturnya hampir semua bangunan yang ia design berfungsi untuk kepentingan masyarakat. Beberapa karya arsitekturnya menonjolkan kekuatan sosial budaya dan lokalitas sebagai akar proses berdesain.

Bangunan yang telah ia rancang tak sedikit jumlahnya. Beberapa karya arsitektural itu antara lain Komplek Sendang Sono, Gedung Keuskupan Agung Semarang, Gedung Bentara Budaya Jakarta, Gereja Katolik jetis Yogyakarta.

Ia adalah sosok arsitek yang memiliki karakter religius dan sangat peduli terhadap kaum kecil. Jarang dapat ditemui sosok arsitek yang berkepribadian seperti dirinya, melihat banyak arsitek lebih mementingkan proyek-proyek kepentingan profit daripada untuk masyarakat marginal


Romo Mangun berbaur dengan warga kampung Code

Tahun 1992, Romo Mangun mendapatkan penghargaan arsitektur internasional yaitu Aga Khan Award for Architecture atas karyanya karena konsep arsitekturalnya yang sukses ditujukan kepada kebutuhan dan aspirasi masyarakat dalam bidang desain kontemporal, sosial housing, pengembangan dan pembangunan komunitas.

10 Februari 1999, Romo Mangun meninggal dunia. Ia meninggal pada saat rehat acara Simposium. Waktu itu Ia sedang berbincang dengan Mohammad Sobari lalu tiba-tiba tubuhnya memberat dan jatuh terkulai. Meskipun Mangunwijaya telah tiada semangat kemanusiaannya selalu dikenang oleh masyarakat Kampung Code. Tidak pernah hilang sosok dirinya dalam sejarah Kampung ini.

http://sosok.kompasiana.com/2011/07/29/romo-mangunwijaya-tak-hilang-dalam-sejarah-code/


Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #3 on: August 27, 2012, 09:37:04 AM »
Messenger of Love and Hope : Mother Theresa


Seabad Ibu Teresa (1910-2010)

Ramadan Bersama Ibu Teresa





KITA di Indonesia tidak begitu dekat dan tak terlalu memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh seorang wanita tua keriputan bungkuk di banyak sudut kota Kolkata, India bagian timur. Memang dia tak layak dijadikan sumber berita negatif, sehingga layak dikonsumsi oleh banyak orang Indonesia, yang lebih menyukai berita tentang penderitaan dan kesengsaraan orang lain.

Wanita tua itu hampir sama dengan kita di Indonesia, yang menyukai penderitaan ketidakperdayaan orang lain. Hanya bedanya, dia melakukannya dengan cara menolongnya, mengasihinya, mencintainya dan memberikan jiwanya sepenuh hati. Sedangkan kita, sudah cukup puas dengan membaca berita penderitaan orang lain.

Wanita tua bertubuh kecil dan kurus itu, kini sudah tiada lebih 10 tahun lalu, setelah mengabdikan dirinya selama 50 tahun lebih kepada fakir miskin, orang terlantar, kaum lepra, orang terhinakan, orang penyakitan, kaum papa dan anak-anak yatim piatu yang tak punya orang tua, kecuali dirinya dan para perawat di Biara Cinta Kasih, di Kolkata (dahulu Calcutta).

Tahun ini, warga kota Kolkata dan penduduk dunia yang mencintainya, akan merayakan hari ulang tahun Agnes Gonxha Bojaxhiu yang ke seratus pada 27 Agustus 2010 minggu ini. Agnes lebih dikenal dengan sebutan nama yang terdengar sangat harum sekali bila orang mengenangnya: Ibu Teresa.

Perjuangannya menolong kaum papa sangat menyentuh hati dan kalbu siapapun yang merasakan bahwa mencintai dan menyayangi manusia sepenuh hati adalah kekuatan terbesar yang tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Ibu Teresa bukan saja sudah membuktikannya, tetapi dia telah menjadi bagian dari itu.



Saya bersyukur bisa mengenang usia keseratus tahunnya bertepatan di bulan suci Ramadan. Sebuah bulan dalam hitungan sistem kalender Islam adalah bulan ke 9, yang mengharuskan orang-orang Islam yang memiliki iman, untuk melakukan mawas diri sepenuh jiwa dengan memberikan waktu, tenaga, perhatian dan hati kepada orang lain, orang yang tak mampu dalam segala hal, tanpa harus melihat keyakinan, warna kulit, suku bangsa, alamat, marga, fam, paguyuban, sejawat kantor, se-RT, tetanggaan atau paras wajah.

Dalam ajaran Islam yang saya anut (saya juga bukan pemeluk Islam yang taat dan mungkin nantinya tidak akan masuk surga), bahwa bukti ketakwaan kepada Tuhan dinilai baik oleh Sang Pencipta bila dia baik kepada sesama manusia. Dia juga akan dinilai buruk bila dia berperilaku buruk dalam bermasyarakat. Ibu Teresa membuktikan itu dengan karya dan darmanya, tanpa mengurangi bahwa dia juga manusia biasa dengan banyak sekali kekurangannya.



Namun apa yang dilakukannya, adalah membuka kunci pintu penyekat yang menjadi tembok tebal pemisah pergaulan antar manusia selalu didasarkan atas kesamaan keyakinan. Di saat sekarang ini kita sedang sedih melihat makin mundurnya cara bergaul umat beragama, yang lebih dekat dengan saudara-saudara seagamanya (in group feeling). Akibatnya, persaudaraan dengan pemeluk agama lain menjadi nomor urut terbawah. Ibu Teresa sudah merubuhkan tembok keras itu seperti Mikhail Gorbachev menghancurkan Tembok Berlin.

“Buat apa menolong umat lain, sementara umat seimannya saja masih banyak yang kekurangan?”, kata banyak orang menggebu membantu saudara seimannya. Pendapat itu tidak salah tetapi terlalu emosional, subyektif dan penuh rasa tidak percaya kepada umat lain. Padahal selama hidupnya, Nabi Muhammad telah menyontohkan banyak hal bahwa pendapat itu sumbang dan cacat. “Barang siapa yang mengganggu kaum Nasrani dan Yahudi, sama saja menganggu diriku”, kata sang Nabi tentang keragaman umatnya dalam bernegara di Madinah, sebuah negeri madani modern pertama di dunia.

Ibu Teresa seperti mengingatkan kita, bahwa dalam menolong sesama yang kesusahan, tidak layak memakai alat yang namanya kesamaan keyakinan. Kalau dia mau, buat apa dai bangun biaranya di India yang sangat jauh dari Albania, negeri kelahirannya yang saat dia lahir masih menjadi bagian Kerajaan Islam Turki Usmani (Ottoman Empire). Di Kolkata, sebuah kota yang penuh dengan orang sekarat dan kaum lepra saat itu, di dalamnya umat Hindu adalah mayoritas dan tak banyak kaum muslim tinggal di sana.

“Wah, sudah berapa banyak kaum terhinakan yang beragama Hindu dan Islam sudah dibaptis Ibu Teresa menjadi orang dengan keyakinan baru, di saat dia sekarat untuk mati?”, cela orang yang menuduhnya dia banyak membaptis para kaum sekarat lemah tak berdaya menjadi pemeluk Katolik.



Tuduhan miring itu tidak dibantah dengan mata melotot sambim ulut berteriak, seperti kita kalau menyanggah sesuatu di depan corong wartawan atau melalui mulut pengacara ataupun melalui surat terbuka kepada umum. Ibu Teresa membantahnya dengan darma kerja, kerja, kerja, kerja dan kerja sepenuh hati kepada kaum papa. Toh, tuduhan itu akhirnya tak berdasar. Akhirnya, orang yang memahaminya makin banyak melebihi yang membencinya.

Pernah ada seorang pemuka agama Hindu yang menolak dirawat di rumah sakit kota Kolkata, karena penyakit TBC, lalu dibawa Ibu Teresa ke biaranya dan mati di sana. Ketika sudah tak bernyawa itu, mayatnya dibawa ke kuil Hindu untuk dimakamkan secara Hindu. Cerita ini menyebar cepat dan akhirnya orang mulai mecintainya dan suster-susternya, seiring hilangnya tuduhan miring. Kalau Ibu Teresa sering dituduh membaptis setiap kaum papa menjadi Katolik, pastilah kota Kolkata jumlah pemeluk Katoliknya sudah melebihi kota Roma.



“Mereka harus dibutuhkan dan dicintai”, alasan dia untuk membantu kaum papa. Keteguhannya ini pernah diperlihatkan kepada dunia, saat dia harus dijamu makan oleh panitia Nobel yang memberinya Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979. Dia menolak jamuan tradisional untuk menghormati setiap penerima Nobel. Akhirnya jamuan bernilai 65 juta rupiah itu ditiadakan dan biayanya diberikan kepada fakir miskin. Sejak itu Ibu Teresa namanya harum mendunia dan dia mendapat jalinan persahabatan dengan tokoh-tokoh global, yang dulunya tak memperhatikan hasil kerjanya.

terlalu panjang dan untuk lengkapnya bisa di baca di sini
Read more: http://baltyra.com/2010/08/26/ramadan-bersama-ibu-teresa/#ixzz24i2GgGoe

sengaja tulisan ini saya ambil dari tulisan saudara muslim kita walaupun masih banyak sumber2 tulisan lain mengenai kisah beliau.

 

salam damai :)
In Omnibus Caritas

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #4 on: August 28, 2012, 04:07:27 PM »


Gus Dur.. :D

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #5 on: August 28, 2012, 04:10:34 PM »


Uskup belo :D

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #6 on: August 28, 2012, 04:12:19 PM »


John Paul II..

jangan sampai ketuker menjadi III, kalu itu mimin di fik..  :rofl: :rofl:

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #7 on: August 31, 2012, 11:23:24 AM »
bro detik ...kisahnya mana bro, kok cuman fotonya aja  :)
In Omnibus Caritas

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Kisah-kisah penyejuk hubungan antar umat beragama
« Reply #8 on: September 19, 2012, 12:17:18 PM »


Gus Dur.. :D

MENGUSUNG ISU MULTIKULTURALISME, istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid berbuka puasa bersama dan shalat Maghrib di Gereja Salib Suci di Jalan Kemuning Bandung, Sabtu (15/9/2007). Buka puasa bersama yang diprakarsai oleh LSM Puan Amal Hayati ini, melibatkan sedikitnya seratus anak jalanan di Bandung.

Sekitar pukul 17.20 WIB, Shinta dan rombongan datang yang disambut oleh anak jalanan yang sudah berkumpul sejak pukul 16.00 WIB. Acara buka puasa ini dilakukan di halaman samping gereja. Sementara di dalam gereja sendiri sedang dilaksanakan misa.

Sambil menunggu adzan Maghrib, Shinta Nuriyah berbincang-bincang dengan anak jalanan yang isinya merupakan ceramah. Dia bertanya mengenai rukun Islam, namun hanya sedikit anak jalanan yang menjawab. “Jadi rukun Islam yang ketiga itu puasa. Pada puasa nggak nih?,” tanyanya. Sebagian menjawab puasa dan sebagiannya lagi tidak berseru.

Saat adzan Maghrib berkumandang, panitia pelaksana langsung membagikan satu kantong nasi dus. Setelah menerimanya, para anak jalanan itu langsung membubarkan diri. Panitia sendiri sudah menyediakan tempat shalat di aula belakang gereja.

Menurut Shinta Nuriyah, pemilihan lokasi buka puasa bersama ini ditunjuk oleh panitia lokal. “Sudah delapan tahun saya melakukan sahur dan buka puasa keliling. Saya tidak memilih apakah harus di gereja atau klenteng,” ujarnya.

Kehadirannya di tengah-tengah umat lain, kata dia, sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar umat beragama di Indonesia. “Saya melibatkan seluruh umat beragama di Indonesia. Kita ini kan bhineka tunggal ika, jadi alangkah baiknya Ramadan ini kita jadikan ajang persaudaraan,” tandasnya.

Dia mengungkapkan rencananya dalam satu bulan puasa ini, dia akan berkunjung ke 23 kota di Indonesia. Dirinya juga akan berkunjung ke Hongkong. “Sebelum ke Hongkong, saya mau ke Batam dulu. Di Hongkong saya mau bertemu dengan para TKW untuk memberikan support pada mereka,” tuturnya.

Sementara itu, Pimpinan Gereja Salib Suci, Romo Dedy Pradipto mengatakan pihaknya gembira menerima kedatangan mantan ibu negara tersebut. “Saya harap semangat Ramadan bisa kami rasakan juga,” katanya. [www.blogberita.com]
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23