Betul itu Bro Husada, dilihat perbedaan dari PL dan PB.
Dalam PL terlihat umat Israel memiliki banyak pertempuran yang berasaskan Agama sedangkan pada PB, seluruh umatnya diminta untuk tetap tabah bahkan hampir semua martir pada awal kekristenan meninggal tanpa perlawanan alias pasrah.
Saya pribadi tidak begitu setuju karena Perang itu sama saja menghabiskan populasi penduduk therefore berkaitan dengan kesejahteraan negara tersebut, tetapi Perang itu perlu demi kedamaian.
Di dunia ini kedamaian dapat terbentuk jika ada satu kekuatan besar yang menjadi ancaman negara-negara kecil yang mencoba peruntungan melalui agresi militer. (PBB adalah contoh mengapa di jaman modern ini perang sangat terminimalisir, ada satu kekuatan besar yang disegani negara-negara kecil di dunia ini)
Jaman dahulu yang namanya perang belum berhenti sebelum pihak yang "bersalah" dikalahkan oleh pihak yang lebih kuat.
Tapi disini kalau kita melihat pada sejarah... Perang sendiri terbukti perlu dalam beberapa kasus, in this case saya akan menjelaskan dalam kacamata Katolik saja. (Protestan tidak banyak, tapi ntar kecipratan dikit)
Saya mengambil teori St. Thomas Aquinas tentang "Just War".
Sumbernya dari sini:
http://www.newadvent.org/summa/3040.htmPertama-tama saya membuka dengan penjelasan St. Agustinus yang dikutip dalam buku ini, Kotbah Agustinus tentang Prajurit Romawi pada Lukas 3:14.
Luk 3:14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."
Seorang Prajurit tidak dikatakan "jangan berperang" tetapi jangan merampas, memeras dan puas dengan gaji. Artinya Berjuanglah dengan adil, seorang Prajurit tidak ada misi lain selain berperang kan
Menurut St. Thomas Aquinas ada tiga faktor dimana perang yang adil dapat dilakukan:
- Perang tidak dilakukan atas niat perseorangan tetapi harus mengacu kepada otoritas tertinggi dan harus berpatokan kepada kebaikan bersama (seluruh rakyat misalnya)
- Perang harus dilakukan atas motif keadilan itu sendiri
- Perang harus dilakukan dengan niat yang mulia
Saya ambil contoh Hitler, dia sebagai otoritas tertinggi tidak melakukan perang dengan adil dan perang dilakukan dengan niat buruk. Motif awal Hitler adalah menghabisi kaum Yahudi di seluruh eropa tetapi kemudian menjadi alasan untuk ekspansi ke barat (Perancis) dan timur (Polandia, Eropa Timur dan Asia Kecil).
Kemudian Hitler juga memanfaatkan kebencian Islam atas umat Yahudi, Hitler meminta dukungan Mufti Yerusalem dan keduanya memiliki kesepakatan.
Perang tidak dilakukan atas niat membebaskan sesuatu dari ancaman besar tetapi penindasan atas sesuatu.
Lalu sekarang saya akan menuliskan track record perang yang dilakukan oleh "pihak Katolik".
1. Battle of Tours (Battle of Poitiers), Jika tidak ada perang ini atau pihak Eropa Kristen tidak menang, Islam akan menguasai Eropa Barat, dari Iberia menyeberang pegunungan Pyrene dan ditanah Perancis Islam kalah dan mundur.
2. Battle of Lepanto, Jika tidak ada perang ini atau pihak Eropa Kristen tidak menang, Kekaisaran Ottoman dan seluruh bawahannya (baca: seluruh afrika utara) akan dapat menduduki Eropa dengan sangat amat gampang, tanpa perlawanan mungkin.
Waktu itu Ottoman memiliki kekuatan nomor satu (dalam sisi Kuantitas) baik dalam Angkatan Darat maupun Angkatan Lautnya, terutama Angkatan Laut.
Waktu itu Imperium Romanum Sacrum dibawah Dinasti Habsburg melihat bahwa Ottoman adalah ancaman bagi Eropa secara keseluruhan, cara pandang ini diberi angin segar oleh restu Paus Pius V, Dinasti Habsburg mengumpulkan kapal dan pasukan dari seluruh daerah yang dikuasai Dinasti tersebut dan kemudian mereka langsung menjalankan misi utama yaitu menyelamatkan Koloni Eropa di daerah Asia Kecil dan Byzantium, terutama Koloni Venesia di pulai Siprus.
Don Juan dari Austria melihat misi ini tidak dapat dilakukan tanpa menyerang armada Ottoman dan Bajak Laut Barbar (Pirates of Barbary Coast), akhirnya perang ini dilakukan dan pihak Habsburg (baca: Kristen, Katolik) menang dan ini artinya Ottoman harus menunggu sekian bulan untuk regenerasi kapal dan tenaga militer, dan tentu saja misi utama tercapai yaitu mengungsikan penduduk koloni kembali ke eropa.
3. Siege of Vienna, Jika tidak ada perang ini atau pihak Kristen kalah dalam perang ini, maka Wina akan direbut oleh Ottoman, artinya Dinasti Habsburg akan hancur seketika dan seluruh Eropa tengah dan barat berada dalam ancaman yang sangat mengerikan. (kecuali mau menjadi bawahan Ottoman, dan masuk Islam).
Waktu itu Ottoman memiliki kekuasaan yang cukup besar, meliputi SELURUH balkan dan itu artinya tetanggaan dengan Austria-Hungaria. Waktu itu Ottoman menyerang dari selatan menuju Wina, jika tidak ada intervensi bantuan militer dari Kerajaan pesemakmuran Polandia-Lithuania perang ini tidak mungkin dimenangkan, lebih tepatnya jika bantuan terlambat datang perang ini akan dimenangkan oleh Ottoman.
Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya
Pasti ada yang heran, kenapa orang Katolik bangga ada perang beginian?
alasan pertama adalah terbukti HANYA kerajaan Katolik yang peduli dengan keamanan Eropa secara umum. Kenapa begitu?
Lalu Protestan Eropa bagaimana?
Protestan Eropa berkontribusi dalam perang melawan Dinasti Habsburg dan menggaet Ottoman dan sekutu sebagai Aliansi mereka.
Jadi kalau bahas perang di Eropa juga bahas dari sisi Protestan, perang yang dilakukan Pihak Protestan bukanlah perang "Just War" tetapi perang yang didasari ideologi individu.
Ingat pemaksaan perpindahan keyakinan juga banyak dilakukan melalui perang (baca: yang dilakukan oleh kerajaan Protestan).
Contoh:
1. Inggris dibawah Dinasti Tudor
2. Swedia setelah kudeta Charles IX
3. Swiss (beberapa kanton) setelah kedudukan Calvin
4. Beberapa kerajaan Jerman (Paling awal, Saxony dan Hesse) setelah reformasi Luther.
Cari saja di sumber sejarah manapun, ketika Raja berpindah keyakinan, rakyat juga dipaksa mengikuti. Ini juga terjadi pada reformasi Protestan.