Bukan..
kebanyakan ngga nyambung-nya..
Masalahnya, yg katolik jg nggak mengerti dan memang nggak mau berusaha untuk mengerti posisi sola scriptura yg dimaksud.
Dan yg protestan, gaya bicaranya sok paling bener sendiri dan menganggap yg lain pasti salah.
-----------------------------------------------------
Saya ulang singkat ya...
Katolik menempatkan Alkitab, Tradisi, Magisterium sebagai 3 pilar kebenarannya. Dgn kata lain, ketiganya dalam level yg sama dan setara. Jadi setiap Tradisi dan keputusan Magisterium "kekuatan hukumnya" sama dgn Firman Allah. Keputusan Paus dan para kardinal dlm magisterium sederajat dgn keputusan Allah sendiri. Suara Paus adalah suara Allah. Begitu pula halnya dgn Tradisi.
Dalam protestan, ketiganya tetap ada. Sekali lagi, ketiganya tetap ada dan digunakan. Yg berbeda adalah, level Alkitab sbg kebenaran tertinggi, sedangkan Tradisi dan Magisterium ada dibawah Alkitab. Dgn demikian Protestan mengimani Alkitab sbg satu2nya kebenaran yg hakiki (sola scriptura), sehingga baik Tradisi maupun Magisterium harus selaras dan sejalan dgn kebenaran Alkitab. Bukan berarti Tradisi dan Magisterium salah, tapi keduanya tidak bisa dan tidak boleh berbeda dgn kebenaran Alkitab. Ibaratnya Alkitab itu adalah UUD 1945, maka Tradisi dan Magisterium mungkin seperti UU, PP, Perda atau sejenisnya. Yg jelas peraturan2 ini tidak boleh melanggar UUD 1945 sbg Dasar dari segala undang2 di Indonesia.
Jadi kalo protestan merayakan natal kemudian dianggap menyimpang krn 25 Des tidak ada di Alkitab, itu tandanya mereka tidak (mau) memahami maksud sola scriptura. Karena apa ? Karena protestan tidak membuang tradisi dan magisterium, tapi menempatkannya pada posisi yg berbeda.
Salam.