topik lama yang sering diulang, dengan sanggahan dan jawaban yang hampir sama dari tahun ke tahun........
haduh..........
Rekan2, apa Anda tidak bosan?
kebetulan saya menjalani keduanya, ya Katolik ya Protestan. boleh deh diberi label "mendua". toh kenyataannya saya memang melayani di 2 gereja sekaligus.
berhubung menjalani keduanya, saya jadi lebih obyektif (atau liberal??) dalam menyerap ajaran Katolik dan Protestan.
Katolik (seperti biasa) --> selalu mengagungkan otoritas Magisterium yang diyakini tidak pernah salah, yang menjaga ajaran iman selalu benar --> saya juga pernah menjadi kaum Katolik aliran fanatik
Protestan (seperti biasa juga) --> tidak mengakui otoritas Magisterium, lebih percaya pada tuntunan Roh Kudus.
yang paling membuat saya nyesek kalau baca pernyataan ini:
kalau memang dituntun Roh Kudus, mengapa hasil penafsiran jadi berbeda2??
sekarang saya malah terpikir begini:
Roh Kudus memang cuma 1, dan hanya mengajarkan 1 ajaran. tidak mungkin Roh Kudus mengajarkan hal berbeda sampai pecah ribuan denom. masalahnya sekarang, dari sekian ribu itu, mana yang benar?????
nah, bukankah jawaban itu relatif?
Katolik akan meng-klaim Magisterium yang benar (karena telah diajarkan bahwa Magisterium tidak akan pernah salah karena Tuhan Yesus melindungi) --> ini lagi2 dipercaya karena iman
kenyataannya? kita tidak tahu, karena saat itu belum lahir.
ada juga sanggahan begini: bukankah ada Bapa2 gereja yang hidup dekat2 dengan zaman Yesus masih berkarya? informasi mereka kan akurat?
IMO- hidup dekat dengan zaman Yesus bukanlah jaminan akan selalu memberi keterangan yang tepat, toh mereka juga masih manusia. latar belakang dan pemikiran pribadi pasti sangat mempengaruhi suatu penafsiran
kalau disanggah begini: bukankah mereka (bapa2 gereja) lebih bisa dipercaya daripada pengajar zaman sekarang?
IMO - tidak selalu sih, tergantung siapa yang menafsir. toh mereka semua masih manusia, dengan segala keterbatasan.
kesimpulan:
wallahualam........
entah siapa yang betul di antara kita. bisa juga malah salah semua
ayo damai, damai, damai.......(meniru Bang Hus)
mari belajar menghargai penafsiran orang (gereja) lain, tanpa terus mempertanyakan dengan harapan yang ditanya akan menyetujui pemikiran kita
mustahil bin mustajab...yang ada malah kecewa dan frustrasi