Forim Iman Kristen
Ajaran-Ajaran Kristen => Katolik => Topic started by: Jenova on June 12, 2012, 04:00:28 PM
-
5D dalam Gereja Katolik
Ajaran Gereja Katolik, baik lisan maupun tertulis, dapat dibagi dalam 5 kategori (5D) menurut tingkat kepastian yg mengikat sebagai Firman, yaitu:
- Deposit Iman:
Kitab Suci dan Tradisi Suci yg dikenal dan diterima oleh Magisterium. INFALIBLE sebagai Firman yg diterima langsung dari Allah melalui ajaran para rasul. TIDAK DAPAT DITAMBAH ATAU DIKURANGI.
- Dogma:
Ajaran iman dan moral yang INFALIBLE, yg bersumber dari deposit iman. Diikat oleh organ infabilitas Gereja, yaitu melalui keputusan paus secara ex-cathedra atau melalui konsili ekumenis para uskup dalam persatuan dengan Paus. Tidak dapat bertentangan dengan Deposit iman atau dogma2 pendahulunya.
Dogma ditegaskan seiring berjalannya waktu utk menjaga kemurnian ajaran yg berasal dari deposit iman, ketika ajaran2 ini berhadapan dengan bidaat2 yg menentangnya. Contoh: dogma Tritunggal yg ditegaskan di konsili Nisea di tahun 325 AD dan dogma dwi-natur Yesus yg ditegaskan di konsili Kalsedon tahun 451 AD. Jadi bukan hal yg aneh kalo dogma purgatory ataupun Mary's assumption ditegaskan setelah abad ke 15, karena memang baru di waktu itulah ajaran ini mendapat perlawanan dari bidaat2 yg menyangkal iman Gereja. Tapi dogma2 ini dapat dengan mudahnya dibuktikan bahwa ajarannya sudah ada sejak awal gereja, sesuai dan tidak bertentangan dengan deposit iman. - Doktrin:
Ajaran iman dan moral yang TIDAK INFALIBLE. Mengikat semua umat katolik yang menerimanya. Dapat berubah, diubah, dibuang, bahkan dinyatakan bidaat/sesat jika ditemukan bertentangan dengan deposit iman. Doktrin jarang ditetapkan menjadi dogma. - Disiplin:
Aturan dan pedoman dalam hidup beriman yang TIDAK INFALIBLE, mengikat semua umat katolik yg menerimanya. Disiplin iman dibuat utk menjaga umat utk tetap di jalan yang lurus (orthodox), termasuk di dalamnya adalah aturan pantang dan puasa, hidup selibat para biarawan/wati, dll. Disiplin dapat dikompromikan, diubah, atau bahkan dihapus jika keadaan mengharuskan.
- Devosi:
Praktek berdoa, meditasi, dan disiplin rohani, sesuai dengan restu Gereja. TIDAK INFALIBLE. Termasuk di dalamnya adalah devosi2 kepada Maria (e.g. rosario, novena), devosi jumat pertama utk menghormati Hati Kudus Yesus, devosi Sabtu Pertama utk Hati Kudus Maria, Liturgy jalan salib, dll. Tidak mengikat umat, boleh dilakukan jika dapat mendukung pertumbuhan iman, boleh ditolak jika menjadi batu sandungan.
Di thread ini akan khusus dibahas mengenai deposit iman yg dimiliki oleh Gereja (i.e. Gereja Katolik Roma), terutama yg berkaitan dengan Tradisi Suci, karena banyak orang memiliki pemahaman yg salah akan Tradisi Suci ini. Bahkan di kalangan katolikers sendiri byk yg kebingungan dalam mendefinisikan Tradisi Suci ini.
-
DEPOSIT IMAN: HUBUNGAN TRADISI SUCI DAN Kitab Suci
Konsili Vatican II mengajarkan:
"Tradisi Suci dan Kitab Suci membentuk satu Deposit Firman Allah, yang dipercayakan kepada GEREJA" (Dei Verbum, 10)
Firman Allah mengacu pada Wahyu Ilahi.
Wahyu Ilahi adalah Deposit Iman yg utuh, bukan hanya yg tertulis dalam Kitab Suci saja.
Dan semua kebenaran2 yg ditemukan dalam Wahyu Ilahi ini, selengkap apapun kebenaran yg ditemukan, hanyalah suatu gambaran yg terbatas dari kebenaran yg sesungguhnya, yaitu Allah itu sendiri. Allah tidak mungkin termuat dalam Wahyu Ilahi yg dimiliki oleh Gereja, apalagi Wahyu Ilahi dalam bentuk tulisan (i.e. Kitab Suci) saja.
Wahyu Ilahi adalah Tradisi Suci dan Kitab Suci.
Kitab Suci adalah tulisan suci yg infalible tentang Allah, Kebenaran Sejati dalam bentuk tulisan. Tradisi suci adalah kebenaran akan iman dan moral yg tidak tertulis dalam Kitab Suci.
Wahyu Ilahi hanya terdiri dari, tidak lebih dan tidak kurang, Tradisi Suci dan Kitab Suci.
Jika kita dapat menarik dari Wahyu Ilahi: Tradisi Suci dan Kitab Suci, tidak akan ada lagi yg tersisa dari Wahyu Ilahi.
Wahyu Ilahi ini adalah infalible karena merupakan kebenaran tertulis dan tidak tertulis yg diungkapkan oleh Allah sendiri melalui GerejaNya.
Tradisi Suci adalah Wahyu Ilahi yg tidak tertulis dalam Kitab Suci. Sebelum kitab2 dalam Kitab Suci ditulis, Wahyu Ilahi dalam bentuk tidak tertulis (i.e. Tradisi Suci) sudah ada terlebih dahulu.
Wahyu Ilahi diawali dengan kebenaran2 yg diterima oleh para nabi dan diajarkan oleh Allah sendiri.
Ketika Firman berinkarnasi menjadi manusia, Wahyu Ilahi diajarkan oleh Yesus kepada para rasul, yg diteruskan oleh para rasul kepada Gereja.
Setelah kenaikan Yesus, Wahyu Ilahi tetap diajarkan oleh Roh Kudus kepada para rasul dan penerus2nya, diteruskan kepada Gereja.
Akhirnya Wahyu Ilahi ini dituliskan dalam kitab2, dan kitab2 yg dikenali oleh Gereja sebagai tulisan terinspirasi dan infallible itulah yg kita kenal sebagai Kitab Suci. Kitab Suci dilahirkan dari, dan berasal dari Tradisi Suci. TETAPI keberadaan Kitab Suci tidak pernah menggantikan maupun menghapuskan keberadaan Tradisi Suci, melainkan meneguhkan kebenaran yg terdapat dalam Tradisi Suci tersebut
Sama seperti Yesus dilahirkan (begoten) oleh Bapa, maupun Roh Kudus berasal (proceed) dari Bapa, Kitab Suci berasal (proceed) pula dari Tradisi Suci.
Tradisi Suci dan Kitab Suci adalah satu kesatuan yg tidak terpisahkan. Keduanya adalah berbeda (distinct), tapi keduanya adalah sehakekat, sama2 merupakan Wahyu yg infalible.
-
DEFINISI TRADISI SUCI
Konsili Vatican II mendefinisikan Wahyu Ilahi (Deposit Iman) sebagai berikut:
"Adapun apa yang telah diteruskan oleh para Rasul mencakup segala sesuatu, yang membantu Umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk berkembang dalam imannya" (Dei Verbum, 8)
Deposit iman, yg diterima dari para rasul, hanya terdiri dari Tradisi Suci dan Kitab Suci.
Jadi Tradisi Suci adalah semua, selain Kitab Suci, yg diteruskan oleh para rasul yg mengarahkan kepada kekudusan hidup dan menumbuhkan iman yg dimiliki oleh umat Allah.
Konsili Vatican II juga mengajarkan hubungan antara Tradisi Suci (karya Allah) dan Kitab Suci (perkataan2) sebagai berikut:
- "Tata perwahyuan itu terlaksana melalui perbuatan (karya) dan perkataan (kata) yang amat erat terjalin;
- "sehingga karya, yang dilaksanakan oleh Allah dalam sejarah keselamatan, memperlihatkan dan meneguhkan ajaran serta kenyataan-kenyataan yang diungkapkan dengan kata-kata;
- "sedangkan kata-kata menyiarkan karya-karya dan menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya." (Dei Verbum 2)
Dari definisi dalam Dei Verbum nomor 2 itu, perwahyuan mengacu kepada Wahyu Ilahi atau Deposit Iman, sedangkan Perbuatan / karya (yg dilakukan oleh Allah)" mengacu pada Tradisi Suci, dan Perkataan / Kata mengacu pada kata2 dalam Kitab Suci.
Sekali lagi, Wahyu Ilahi, atau Deposit Iman, hanya terdiri dari Tradisi Suci dan Kitab Suci, jadi "Karya Allah" pastilah mengacu pada Tradisi Suci.
Jadi, konsili Vatican mengajarkan bahwa Tradisi Suci adalah "segala karya yg dilakukan oleh Allah dalam sejarah keselamatan"
Dari definisi2 yg telah dijelaskan di atas tentang Tradisi Suci, dapat disimpulkan bahwa Tradisi Suci mencakup karya Allah DAN maknanya. Karya2 Allah, dan terutama karya2 KRISTUS, mengajarkan kita akan jalan keselamatan menuju kekudusan, yang sebagian telah diungkapkan melalui karya2 Allah di Perjanjian Lama dan diungkapkan sepenuhnya melalui pengurbanan KRISTUS di kayu Salib. Makna dari karya2 Allah mencakup kasih, iman, harapan, pengampunan, doa, pengurbanan, dan lain sebagainya, sebagaimana yg telah dicontohkan oleh KRISTUS melalui hidupNya di bumi, kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya, dan perutusan Roh Kudus dalam peristiwa pentakosta.
Tradisi Suci bukanlah ide pokok dari hal2 di atas (kasih, iman, harapan, pengampunan, doa, pengorbanan, dll), melainkan perwujudannya di dalam karya keselamatan Allah di sepanjang sejarah keselamatan. Tradisi Suci adalah infalible karena merupakan karya yg dilakukan oleh Allah. Makna sejati dari Tradisi Suci adalah infalible, sebagaimana makna sejati dari Kitab Suci adala infalible.
-
CONTOH-CONTOH TRADISI SUCI
Berikut adalah contoh2 Tradisi Suci.
Daftar berikut ini bukanlah daftar yg lengkap dan mencakup semua Tradisi Suci, melainkan hanya dimaksudkan untuk memudahkan untuk memahami arti dari Tradisi Suci.
Karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di masa Perjanjian Lama diantaranya adalah (NAMUN TIDAK TERBATAS PADA) sebagai berikut:
- Penciptaan Alam semesta, bumi dan langit, dan segala kehidupan di bumi
- Penciptaan manusia
- Banjir besar di jaman nabi Nuh
- Karya Allah yg menyelamatkan nabi Nuh dan keluarganya dengan menyuruh Nuh membangung bahtera
- Panggilan dan penyertaan Allah atas Abraham, Ishak, dan Yakub
- Karya penyelamatan Allah atas umat Israel di Mesir
- Panggilan dan penyertaan Allah atas Musa
- Kesepuluh tulah Allah atas negeri Mesir melalui Musa
- Penyertaan Allah dalam perjalanan umat Israel keluar dari perbudakan Mesir
- Allah menempa umat Israel selama 40 tahun di padang gurun
- Allah membawa umat Israel menuju tanah perjanjian
- Allah memanggil umat Israel utk bertobat dan hidup dalam kekudusan
- Janji Allah akan datangnya Mesia
- Panggilan dan penyertaan Allah atas nabi2 besar: Elia, Samuel, Daud, dll
- Dan masih banyak lagi karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di dalam sejarah Perjanjian Lama
Hal2 ini tercatat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama.
Namun demikian, jika seandainya karya keselamatan Allah ini tidak dituliskan dalam Kitab Suci pun, karya2 ini akan tetap ada dan tetap diteruskan untuk memberikan pengharapan dan penghiburan kepada umat Allah, sebagai Tradisi Suci.
Sekalipun karya keselamatan Allah tidak tertulis dalam Kitab Suci, selama karya keselamatan Allah ini "mengarahkan kepada kekudusan hidup dan menumbuhkan iman yg dimiliki oleh umat Allah", karya Allah ini tetap dilestarikan sebagai Tradisi Suci.
Salah satu contoh Tradisi Suci dalam Perjanjian Lama yg tidak tercatat dalam Alkitab adalah tentang imam Melkizedek. Di mana tidak tertulis bahwa Melkizedek bukan berasal dari suku Lewi. Tapi dari Tradisi Suci yg tetap dijaga, meskipun tidak dituliskan dalam Kitab Suci, para rasul dapat mengetahui bahwa Melkizedek bukan seorang keturunan suku Lewi, tapi meskipun demikian Melkizedek tetaplah seorang imam Agung, sehingga Yesus pun layak disebut sebagai imam agung menurut aturan Melkizedek (Ibr 7 : 3; Ibr 8 : 4)
Kisah2 Karya Ilahi memiliki manfaat rohani melebihi deskripsinya yg tertulis dalam Kitab Suci, karena Tradisi Suci ini mencakup Tindakan Allah sendiri dan arti dari tindakan2 tersebut, di mana kita tidak mungkin melihatnya hanya dari Kitab Suci itu saja melainkan juga harus melalui manfaat rohani yg tiada hentinya dan kenangan yg dimiliki oleh umat beriman (e.g. kembali mengacu pada contoh Melkizedek).
Dari sini, dapat pula kita sajikan contoh2 Karya Keselamatan Allah di jaman Perjanjian Baru, seperti diantaranya adalah (NAMUN TIDAK TERBATAS PADA) sebagai berikut
- Peristiwa Maria Dikandung Tanpa Noda, sebagai karya penebusan KRISTUS sendiri
- Kabar gembira kepada Zechariah dan mujizat istri Zechariah mengandung dalam usia tua
- Perkawinan perawan Maria dan Yusuf
- Kabar gembira yg disampaikan malaikat Gabriel kepada Maria
- Yesus dikandung dari Roh Kudus ketika Roh Kudus menaungi Maria
- Mujizat kelahiran Yesus melalui seorang perawan (Virgin birth), yg bersama2 dengan mujizat Maria dikandung tanpa noda, menyatakan bahwa yg dilahirkan (KRISTUS) adalah benar2 Allah.
- Bintang Timur dan kisah 3 magus
- Yesus dipersembahkan di bait Allah
- Rahmat dan penyertaan Allah atas Yohanes pembaptis
- Yesus ditemukan di bait Allah
- Segala mujizat yg dilakukan oleh Yesus, termasuk ajaran2 yg disampaikan Yesus
- Penderitaan, kematian, dan kebangkitan KRISTUS, beserta naiknya Yesus ke surga
- Turunnya Roh Kudus atas para murid di peristiwa Pentakosta
- Kisah2 pewartaan injil yg dilakukan oleh para rasul dan para murid
- Wahyu Yohanes
- Mujizat kematian, kebangkitan, dan kenaikan Maria ke surga
- Segala tindakan Allah dalam karya keselamatan, bahkan sampai saat ini, contoh: Penglihatan yg diterima oleh biarawati Juliana of Liege pada abad ke-13, dimana KRISTUS menampakkan diri dan mengamanatkan utk menetapkan Perayaan Tubuh dan Darah KRISTUS dalam Gereja, yg dirayakan oleh GKR sampai sekarang
- Segala karya keselamatan Allah yg belum terjadi, seperti yg dinubuatkan dalam Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
- Dan masih banyak lagi lainnya
-
TRADISI SUCI - Kitab Suci - MAGISTERIUM
Yand dimaksud dengan magisterium adalah kearifan dan otoritas untuk mengajar yg dimiliki oleh Gereja Katolik Roma di bumi.
Magisterium terdiri dari paus (penerus jabatan Kephas) dan dewan uskup (penerus jabatan rasul) di bawah naungan paus.
Yesus sendiri yg memberikan otoritas bagi Petrus (Mat 16 : 18) dan sidang rasul / dewan uskup (Mat 18 : 18) untuk mengajar dan mengikat ajaran2 ttg iman dan moral.
Yesus sendiri juga yang menjanjikan bahwa Ia akan menyertai para rasul sampai akhir jaman dalam mewartakan ajaran2 Yesus (Mat 28 : 20). Karena para rasul tidak hidup sampai akhir jaman, sementara janji Yesus adalah abadi, maka pastilah janji Yesus ini juga berlaku bagi para penerus rasul, yang artinya Yesus tetap menyertai magisterium yg mengajar sampai saat ini.
Roh Kudus juga dijanjikan oleh Yesus akan selalu mengajarkan kebenaran kepada Gereja (Yoh 14 : 26), jadi ajaran magisterium adalah infalible karena ajaran magisterium ini tidak lain adalah ajaran dari Roh Kudus sendiri.
Magisterium yang infalible adalah kearifan dan otoritas paus dan dewan uskup di bawah pimpinan paus, ketika mengajarkan kebenaran iman dan moral yg ditemukan dalam Deposit Iman, terbatas melalui ajaran ex-cathedra (untuk paus sesuai Mat 16 : 18) dan ajaran dari konsili (untuk sidang rasul sesuai Mat 18 : 18), ketika magisterium menyatakan secara tegas suatu Dogma mengenai suatu ajaran dari Tradisi Suci(silakan dilihat lagi postingan pertama thread ini utk melihat definisi Deposit Iman dan Dogma).
Magisterium yg tidak infalible adalah kearifan paus dan masing2 individu uskup ketika mengajarkan kebenaran iman dan moral yg ditemukan dalam deposit iman (i.e mengajarkan doktrin2, disiplin2, dan devosi2).
Magisterium hanya dapat mengajar pengajaran yg berasal dari Tradisi Suci dan Kitab Suci. Magisterium tidak dapat menambah ajaran2 baru dalam ajaran2nya karena magisterium hanya mengajarkan apa yg sudah diajarkan, baik yg explicit maupun implisit, dalam Deposit Iman.
Wahyu Ilahi (yg tidak lain adalah Deposit Iman tersebut) hanya terdiri dari Tradisi Suci dan Kitab Suci. Magisterium menjaga dan melindungi Deposit Iman tersebut, dan mengajar dengan bersumber darinya. Magisterium memiliki hubungan erat dengan dengan Deposit Iman, tetapi magisterium BERBEDA dari Deposit Iman. Magisterium BUKAN LAH bagian dari Deposit Iman.
Magisterium adalah ibarat tabut perjanjian dalam Perjanjian Lama. Kedua loh batu yg berisi 10 Perintah Allah adalah ibarat Tradisi Suci dan Kitab Suci. Tabut perjanjian bukanlah kedua loh batu tersebut, tetapi tabut perjanjian berisi dan melindungi kedua loh tersebut. Dengan cara yg sama, magisterium bukanlah bagian dari Wahyu Ilahi, tetapi magisterium berisi dan melindungi Wahyu tersebut.
Penjelasan singkat tentang ex-cathedra:
Ex-cathedra secara literal artinya "from the chair". Paus adalah infalible ketika berbicara secara ex-cathedra.
Tapi infability paus ini tidak berarti bahwa semua aktifitas doktrinal (ajaran iman) paus adalah infalible, karena tidak semua kegiatan paus dilakukan secara ex-cathedra.
Kriteria dari infalibility ex-cathedra adalah:
- paus berbicara kepada publik secara resmi dalam kapasitasnya sebagai pastor dan doktor atas semua umat Kristen, bukan sekedar dalam kapasitasnya sebagai seorang teologis, pengkotbah, dsb. Dan jelas, infability paus dalam ex-cathedra ini berlaku HANYA jika dalam kapasitasnya itu beliau mengajarkan doktrin akan iman dan moral dan ajarannya ini akan menjadi sebuah dogma yg infalible dan irrevocable(berlaku utk segala jaman)
Contoh: ketika Paus Benedictus XVI menjawab wawancara seputar penggunaan kondom, jelas dalam kasus ini Paus Benedictus XVI tidak sedang berbicara secara ex-cathedra. - Lebih lanjut, harus ada bukti yg cukup bahwa beliau bermaksud utk mengajar dalam kepenuhannya sebagai pemegang otoritas tertinggin dalam hierarki rasuliah. Maksudnya, beliau memang berniat untuk memutuskan beberapa point2 doktrinal secara mutlak dan final (irrevocable)
- Terakhir, keputusan dalam ajaran ex-cathedra itu harus terlihat jelas bahwa paus memang berniat utk mengikat seluruh gereja, bukan sekedar ditujukan kepada golongan tertentu.
Ajaran ex-cathedra ini malahan sudah pernah dipraktekkan jauh sebelum dogma papal infability ini didefinisikan. Salah satu contohnya bisa kita lihat dalam konsili ekumenis ke6 (Third Council of Constantinople, 680 AD).
... ... Serious illnesses call for greater helps, as you know, most blessed [father]; and therefore CHRIST our true God, who is the creator and governing power of all things, gave a wise physician, namely your God-honoured sanctity, to drive away by force the contagion of heretical pestilence by the remedies of orthodoxy, and to give the strength of health to the members of the church. Therefore to thee, as to the bishop of the first see of the Universal Church, we leave what must be done, since you willingly take for your standing ground the firm rock of the faith, as we know from having read your true confession in the letter sent by your fatherly beatitude to the most pious emperor: and we acknowledge that this letter was divinely written (perscriptas) as by the Chief of the Apostles, and through it we have cast out the heretical sect of many errors which had recently sprung up, having been urged to making a decree by Constantine who divinely reigns, and wields a most clement sceptre. And by his help we have overthrown the error of impiety, having as it were laid siege to the nefarious doctrine of the heretics. ... ...
-A copy of the letter sent by the holy and Ecumenical Sixth Council to Agatho, the most blessed and most holy pope of Old Rome.-
-
TRADISI SUCI, BUKAN ESTAFET PENGAJARAN (TRANSMISSION)
Tradisi Suci diteruskan / disampaikan kepada umat melalui estafet pengajaran, mula2 pengajaran dari Allah kepada para rasul dan penerus2nya, dan disampaikan kepada umat. Tapi pengajaran ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri.
Mari kita lihat analogi sederhana ini:
Ibarat listrik yg keluar dari generator diesel, disalurkan melalui kabel2, atau ditampung di baterai2 untuk kemudian disalurkan lagi.
Analoginya adalah:
- Generator diesel adalah ibarat Allah yang berkarya / mengeluarkan Tradisi Suci.
- Listrik adalah ibarat Tradisi Suci.
- Kabel adalah ibarat pengajaran lisan, utk menghantarkan listrik (i.e. Tradisi Suci) kepada umat secara langsung.
- Baterai2 adalah ibarat tulisan2 (pengajaran tertulis) yg menyimpan Tradisi Suci. Dari sekian banyaknya baterai2 yg menyimpan Tradisi Suci itu, hanya ada jumlah terbatas yg murni menyimpan Tradisi Suci, tidak bocor atau tercemar/korup oleh energy2 lain.
Baterai2 yg murni yg telah dikenal oleh Gereja diibaratkan sebagai Kitab Suci.
Listrik itu ada dan listrik itu infalible (tidak dapat rusak) namun tidak dapat diungkapkan dengan wujud nyata, sedangkan containernya yg tidak infalible (dapat rusak) itulah yg dapat kita lihat wujud nyatanya. Analogi yg sama, listrik adalah ibarat Tradisi Suci, dan kabel & baterai adalah ibarat ajaran2 lisan dan tulisan utk menyampaikan Tradisi Suci itu. Baterai2 yg infalible, diidentifikasi oleh Gereja dan dikumpulkan dalam satu daftar kanon, diibaratkan sebagai Kitab Suci.
Tradisi Suci bukanlah ajaran lisan
Banyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai ajaran lisan.
Tradisi Suci bukanlah ajaran2 yg dapat diungkapkan dengan kata2 lisan, karena kata2 itu pada akhirnya dapat dituliskan. Tradisi Suci adalah infalible, jika Tradisi Suci dapat diungkapkan dengan kata2 dan dituliskan, maka tulisan itu akan infalible juga, dan konsekuensi logisnya kita akan memiliki 2 Kitab Suci. Pada kenyataannya, tidak pernah ada Kitab Suci kedua selain yg ditetapkan oleh Gereja (46 PL dan 27 PB), dan tidak akan pernah ada tulisan2 infalible yg dapat menuliskan Tradisi Suci ini.
Tradisi Suci itu ada, tapi bukan berupa ajaran2 lisan.
Jika Tradisi Suci ada dalam rupa ajaran2 lisan, tentunya ajaran2 tersebut dapat dihapalkan dan direkam. Sedangknya kenyataannya, para rasul tidak pernah mengajarkan penerus2nya utk menghapalkan Tradisi Suci itu.
Paulus menuliskan surat2nya berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah ini berarti surat2 Paulus itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam wujud hapalan dan tidak dituliskan dalam surat2nya?
Injil dituliskan berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah injil itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam bentuk hapalan dari mulut ke mulut sebelum dituliskan oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes?
Jawaban dari pertanyaan itu adalah: TIDAK.
Para penulis Kitab Suci Perjanjian Baru menuliskan kitab2 itu dengan mengacu pada berbagai sumber, baik tertulis maupun lisan. Kisah2 yg beredar di kalangan Gereja mula2 tentang karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah, terutama yg digenapi oleh Yesus Sang Allah yg berinkarnasi, bukanlah Tradisi Suci itu. Kisah2 dan tulisan2 ini tentu saja tidak infalible. Tapi pengungkapan dalam bentuk kata2 ini adalah bentuk penyaluran utk meneruskan Tradisi Suci. Banyak kisah2 yg dituliskan ini merupakan karya tulisan manusia, yg kita kenal sebagai kitab apokripa. Tulisan2 yg tidak infalible ini adalah bukti bahwa kisah2 dan ajaran2 lisan itu bukanlah Tradisi Suci.
Namun demikian, Tradisi Suci tidak pernah hilang atau musnah, meskipun berabad2 telah berlalu. Tradisi Suci adalah karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di sepanjang sejarah keselamatan, yg mengarahkan pada kekudusan dan menumbuhkan iman. Tradisi Suci bukanlah ajaran lisan yg diteruskan oleh KRISTUS kepada para rasul dan penerus2 para rasul. Tapi Tradisi Suci diteruskan dalam berbagai cara, termasuk dalam pengajaran lisan dan tulisan2 yg tidak infalible.
Tradisi Suci bukanlah tulisan2 dan ajaran2 Bapa2 Gereja
Banyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai tulisan bapa2 dan doktor2 gereja, ataupun tulisan2 para santo/santa. Tulisan2 ini adalah tidak infalible, sedangkan Tradisi Suci adalah infalible. Jadi tulisan2 tersebut bukanlah Tradisi Suci itu, melainkan hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci.
Banyak orang mengira bahwa Tradisi Suci adalah ajaran lisan yg disampai oleh Yesus kepada para rasul, dan oleh para rasul diteruskan kepada penerus2 mereka, dan pada akhirnya dituliskan oleh para bapa gereja. Padahal, seperti yg sudah dituliskan di atas, Tradisi Suci tidak dapat diteruskan secara lisan dan kemudian dituliskan, karena Tradisi Suci bukanlah Kitab Suci kedua, ataupun kitab2 infalible lainnya.
Bahkan ajaran2 para rasul tidak pernah menjadi Tradisi Suci itu sendiri, tapi hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci itu. Kitab didache adalah contohnya. Kitab ini dituliskan oleh para rasul generasi pertama dan mencerminkan secara akurat ajaran kedua belas rasul, tapi tulisan ini adalah tidak infalible, sehingga tulisan ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri. Atau jika ajaran2 para rasul di tempat2 ibadah, seperti yg dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, dituliskan kata per kata, tulisan itu tidak akan pernah menjadi Tradisi Suci.
Ajaran2 tersebut, hanyalah merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci.
-
KANON Kitab Suci DAN KANON TRADISI SUCI
Kanon Kitab Suci
Wahyu Ilahi di dalam Kitab Suci terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Kanon Alkitab, atau daftar kitab2 dan tulisan2 yg dikenal oleh Gereja sebagai tulisan yg terinspirasi oleh Roh Kudus, telah ditetapkan di abad ketiga, melalui sinode Hippo (393 AD), dilanjutkan dalam konsili Kartago (397 AD), dan terakhir ditegaskan kembali dalam konsili ekumenis Trente (1545-1563 AD). Kitab2 tersebut adalah sebagai berikut:
Canon 24, Council of Carthage
That nothing be read in church besides the Canonical Scripture
Item, that besides the Canonical Scriptures nothing be read in church under the name of divine Scripture.
But the Canonical Scriptures are as follows:
1. Genesis
2. Exodus
3. Leviticus
4. Numbers
5. Deutronomy
6. Joshua the Son of Nun
7. The Judges
8. Ruth
The Kings, iv (4) books:
9. 1 Samuel
10. 2 Samuel
11. 1 Kings
12. 2 Kings
The Chronicles, ij (2) books:
13. 1 Chronicles
14. 2 Chronicles
15. Job
16. The Psalter
The Five Books of Solomon
17. Proverbs
18. Ecclesiastes
19. Songs
20. Wisdom
21. Sirach
The Twelve Book of the Prophets
22. Hosea
23. Joel
24. Amos
25. Obadiah
26. Jonah
27. Micah
28. Nahum
29. Habakkuk
30. Zephaniah
31. Haggai
32. Zechariah
33. Malachi
34. Isaiah
Jeremiah (the book of Jeremiah consist of 3 books*)
35. Jeremiah
36. Lamentation
37. Baruch
38. Ezechiel
39. Daniel
40. Tobit
41. Judith
42. Esther
Ezra, ij (2) books
43. Ezra
44. Nehemia
Macchabees, ij (2) books
45. 1 Macchabee
46. 2 Macchabee
The New Testament.
47-50. The Gospels, iv. books.
51. The Acts of the Apostles, j. book.
52-65. The Epistles of Paul, xiv.
66-67. The Epistles of Peter, the Apostle, ij.
68-70. The Epistles of John the Apostle, iij.
71. The Epistles of James the Apostle, j.
72. The Epistle of Jude the Apostle, j.
73. The Revelation of John, j. book.
Let this be sent to our brother and fellow bishop, Boniface, and to the other bishops of those parts, that they may confirm this canon, for these are the things which we have received from our fathers to be read in church.
-http://www.newadvent.org/fathers/3816.htm (http://www.newadvent.org/fathers/3816.htm)-
Kanon Alkitab ini bisa dikatakan telah ditutup, dalam artian Gereja tidak menemukan lagi tulisan2 inspirasi Roh Kudus selain kitab2 tersebut.
Kanon Tradisi Suci
Sekali lagi, definisi dari Tradisi Suci adalah "segala karya yg dilakukan oleh Allah sepanjang sejarah keselamatan".
KRISTUS adalah Allah, yang artinya Tradisi Suci adalah juga merupakan karya2 yg dilakukan oleh KRISTUS sepanjang sejarah keselamatan.
Roh Kudus adalah Allah, yang juga berarti bahwa Tradisi Suci adalah merupakan karya2 yg dilakukan oleh Roh Kudus di sepanjang sejarah keselamatan.
Allah Tritunggal Maha Kudus tidak henti2nya berkarya dan akan tetap berkarya sampai akhir jaman, untuk membawa umatNya menuju keselamatan.
Tradisi Suci dan Kitab Suci menyatakan Wahyu Ilahi yang sama. Oleh karena itu, nubuat2 yg belum tergenapi di dalam Kitab Suci, seperti nubuat ttg akhir jaman dan penglihatan2 dalam Kitab Wahyu, juga akan menjadi bagian dari Tradisi Suci, karena karya2 Allah seperti dalam nubuatan2 itu juga merupakan karya keselamatan Allah.
Selama Allah tidak berhenti berkarya dalam sejarang penyelamatan umat manusia, Tradisi Suci tidak akan ditutup dalam suatu kanon. Menutup kanon Tradisi Suci, berarti mengakui bahwa Allah sudah tidak berkarya lagi.
Referensi:
http://www.newadvent.org/cathen/15006b.htm (http://www.newadvent.org/cathen/15006b.htm)
http://www.catholicplanet.com/TSM/insights-tradition.htm (http://www.catholicplanet.com/TSM/insights-tradition.htm)
http://www.ekaristi.org/vat_ii/Konstitusi_dogmatis_ttg_Wahyu_Ilahi.php (http://www.ekaristi.org/vat_ii/Konstitusi_dogmatis_ttg_Wahyu_Ilahi.php)
-
Kanon Tradisi Suci
Sekali lagi, definisi dari Tradisi Suci adalah "segala karya yg dilakukan oleh Allah sepanjang sejarah keselamatan".
KRISTUS adalah Allah, yang artinya Tradisi Suci adalah juga merupakan karya2 yg dilakukan oleh KRISTUS sepanjang sejarah keselamatan.
Roh Kudus adalah Allah, yang juga berarti bahwa Tradisi Suci adalah merupakan karya2 yg dilakukan oleh Roh Kudus di sepanjang sejarah keselamatan.
Allah Tritunggal Maha Kudus tidak henti2nya berkarya dan akan tetap berkarya sampai akhir jaman, untuk membawa umatNya menuju keselamatan.
Tradisi Suci dan Kitab Suci menyatakan Wahyu Ilahi yang sama. Oleh karena itu, nubuat2 yg belum tergenapi di dalam Kitab Suci, seperti nubuat ttg akhir jaman dan penglihatan2 dalam Kitab Wahyu, juga akan menjadi bagian dari Tradisi Suci, karena karya2 Allah seperti dalam nubuatan2 itu juga merupakan karya keselamatan Allah.
Selama Allah tidak berhenti berkarya dalam sejarang penyelamatan umat manusia, Tradisi Suci tidak akan ditutup dalam suatu kanon. Menutup kanon Tradisi Suci, berarti mengakui bahwa Allah sudah tidak berkarya lagi.
Referensi:
http://www.newadvent.org/cathen/15006b.htm (http://www.newadvent.org/cathen/15006b.htm)
http://www.catholicplanet.com/TSM/insights-tradition.htm (http://www.catholicplanet.com/TSM/insights-tradition.htm)
http://www.ekaristi.org/vat_ii/Konstitusi_dogmatis_ttg_Wahyu_Ilahi.php (http://www.ekaristi.org/vat_ii/Konstitusi_dogmatis_ttg_Wahyu_Ilahi.php)
Salam Damai.
Bro Jenova.....mau nanya nih.
Apa betul dikatakan bila perkembangan Tradisi Suci bukanlah dalam hal isi, melainkan dalam pengertian yang lebih baik tentang isinya.
Tradisi Suci ini terus menerus berkembang sampai pada kepenuhannya.
Kalo boleh ditafsir seperti diatas, kapankah saat kepenuhan itu terjadi ??
9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. 10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (1Co 13:1 ITB)
GBU
:)
-
Salam Damai.
Bro Jenova.....mau nanya nih.
Apa betul dikatakan bila perkembangan Tradisi Suci bukanlah dalam hal isi, melainkan dalam pengertian yang lebih baik tentang isinya.
Tradisi Suci ini terus menerus berkembang sampai pada kepenuhannya.
Kalo boleh ditafsir seperti diatas, kapankah saat kepenuhan itu terjadi ??
9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. 10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (1Co 13:1 ITB)
GBU
:)
AFAIK, Tradisi Suci itu ga bs berkembang, yg berkembang adalah perumusan atau dogmanya.
Sebagai contoh: Tradisi Suci = iman akan Allah Tritunggal.
Perumusannya (i.e. dogma) dikembangkan untuk melawan bidaat2 yg menyangkal iman ini, makanya dirumuskan relasi keTiga Persona Allah itu dalam konsili Nicea bahwa keTiganya adalah berbeda (distinct) tapi sehakekat.
Contoh lain, Tradisi Suci = iman akan Maria immaculata.
Perumusannya (i.e. dogma) berkembang menjadi Immaculate Conception of Mary, untuk melawan ajaran2 yg mengatakan Maria tidak mungkin immaculata mengingat definisi dosa asal dalam teologi Latin. Teologi Latin mengajarkan bahwa dosa asal adalah sifat/kodrat manusia utk jatuh dalam dosa dan manusia tidak berdaya utk melawan dosa ini. Karena Maria adalah immaculata (bersih sempurna) ketika mengandung Yesus, maka satu2nya penjelasan bahwa Maria bisa melawan (resist) kodrat utk tidak berdosa ini adalah karena memang bebas dari dosa asal.
-
Just in case someday akan ada yang bertanya (most likely akan ada yang menyanggah tulisan diatas)
Tradisi Suci... Ajaran yang diturunkan dari para Rasul, anggaplah formula Trinitas di Konsili Nikea. Bukan berarti sebelum konsili Nikea yang namanya Trinitas itu tidak ada, tetapi hanya ditegaskan karena Konsili Nikea adalah reaksi dari Bidat Arianisme. (Arianisme, yang bingung google aja)
Begitu juga dengan... Misalnya... Maria Immaculatta misalnya, bukan berarti ini adalah doktrin baru dan baru kemudian didogmakan. Hal ini sering disalah-pahami oleh Saudara Protestan dari aliran manapun sampai-sampai ada yang berkata Tradisi Suci adalah Tradisi buatan Manusia.
Jika Dogma Gereja diperlakukan seperti ini, berarti semua ajaran yang diyakini secara umum seperti Trinitas juga merupakan ajaran karangan manusia.
Terlebih dari itu benar yang ditulis Om Jenova, yang namanya Tradisi Suci itu something yang abstract, the main idea itself it's the Holy Tradition.
Tradisi Suci bukanlah Kitab Suci itu sendiri, bukan juga Tulisan Bapa Gereja tetapi esensi dari Ajaran Kekristenan seperti Tritunggal, Sakramen, dsb. Disini bisa terlihat yang namanya Tradisi Suci itu sangat tidak mungkin diciptakan oleh Manusia, siapa yang berhak menetapkan hal ini kalau bukan Tuhan sendiri?
Ada juga yang tidak dikatakan secara langsung oleh Yesus, seperti Maria Immaculatta (Terlahir tanpa noda) dan Asumption of Mary (Pengangkatan Maria), hal ini juga diyakini seperti ini juga karena campur tangan Yesus itu sendiri. Lagi-lagi nyrempet Yesus karena memang Yesus itu sendiri yang menjadi sumber Tradisi Suci.
Mungkin... bisa dibilang...
Yesus -> Mengajar para Rasul -> Terbentuk pemahaman akan Tradisi Suci -> Para Rasul mengajarkan kepada muridnya -> murid dari murid mengajarkan muridnya -> mengajar dan mengajar ad infinitum, sampai sekarang kepada kita-kita.
-
Just in case someday akan ada yang bertanya (most likely akan ada yang menyanggah tulisan diatas)
Tradisi Suci... Ajaran yang diturunkan dari para Rasul, anggaplah formula Trinitas di Konsili Nikea. Bukan berarti sebelum konsili Nikea yang namanya Trinitas itu tidak ada, tetapi hanya ditegaskan karena Konsili Nikea adalah reaksi dari Bidat Arianisme. (Arianisme, yang bingung google aja)
Begitu juga dengan... Misalnya... Maria Immaculatta misalnya, bukan berarti ini adalah doktrin baru dan baru kemudian didogmakan. Hal ini sering disalah-pahami oleh Saudara Protestan dari aliran manapun sampai-sampai ada yang berkata Tradisi Suci adalah Tradisi buatan Manusia.
Jika Dogma Gereja diperlakukan seperti ini, berarti semua ajaran yang diyakini secara umum seperti Trinitas juga merupakan ajaran karangan manusia.
Terlebih dari itu benar yang ditulis Om Jenova, yang namanya Tradisi Suci itu something yang abstract, the main idea itself it's the Holy Tradition.
Tradisi Suci bukanlah Kitab Suci itu sendiri, bukan juga Tulisan Bapa Gereja tetapi esensi dari Ajaran Kekristenan seperti Tritunggal, Sakramen, dsb. Disini bisa terlihat yang namanya Tradisi Suci itu sangat tidak mungkin diciptakan oleh Manusia, siapa yang berhak menetapkan hal ini kalau bukan Tuhan sendiri?
Ada juga yang tidak dikatakan secara langsung oleh Yesus, seperti Maria Immaculatta (Terlahir tanpa noda) dan Asumption of Mary (Pengangkatan Maria), hal ini juga diyakini seperti ini juga karena campur tangan Yesus itu sendiri. Lagi-lagi nyrempet Yesus karena memang Yesus itu sendiri yang menjadi sumber Tradisi Suci.
Mungkin... bisa dibilang...
Yesus -> Mengajar para Rasul -> Terbentuk pemahaman akan Tradisi Suci -> Para Rasul mengajarkan kepada muridnya -> murid dari murid mengajarkan muridnya -> mengajar dan mengajar ad infinitum, sampai sekarang kepada kita-kita.
Setuju 100%!!!
"applaud" buat tante Maria!! :hello2:
-
---cut---
Mungkin... bisa dibilang...
Yesus -> Mengajar para Rasul -> Terbentuk pemahaman akan Tradisi Suci -> Para Rasul mengajarkan kepada muridnya -> murid dari murid mengajarkan muridnya -> mengajar dan mengajar ad infinitum, sampai sekarang kepada kita-kita.
Salam Damai.
Setuju banget Tante Maria :hello2: :wav: :hello2:
IMHO
Katolik, Orthodox, Maronit, Koptik dan lain lain yang termasuk Gereja Apostolik, dimana tersebar didaerah yang sangat luas, berjauhan, dianut oleh berbagai macam suku bangsa yang berbeda, ternyata memiliki banyak sekali kemiripan Liturgi, Tata Cara, Dogma dll.
Karena itu sangat mengherankan, bilamana ada yang tidak mempercayai Tradisi Suci adalah benar2 berasal dari ajaran Tuhan Yesus kepada para Rasul yang diteruskan sampai sekarang.
:icon_thumright: Yesus -> Mengajar para Rasul -> Terbentuk pemahaman akan Tradisi Suci -> Para Rasul mengajarkan kepada muridnya -> murid dari murid mengajarkan muridnya -> mengajar dan mengajar ad infinitum, sampai sekarang kepada kita-kita. :icon_thumleft:
GBU
:):)
-
Salam Damai.
Setuju banget Tante Maria :hello2: :wav: :hello2:
IMHO
Katolik, Orthodox, Maronit, Koptik dan lain lain yang termasuk Gereja Apostolik, dimana tersebar didaerah yang sangat luas, berjauhan, dianut oleh berbagai macam suku bangsa yang berbeda, ternyata memiliki banyak sekali kemiripan Liturgi, Tata Cara, Dogma dll.
Karena itu sangat mengherankan, bilamana ada yang tidak mempercayai Tradisi Suci adalah benar2 berasal dari ajaran Tuhan Yesus kepada para Rasul yang diteruskan sampai sekarang.
:icon_thumright: Yesus -> Mengajar para Rasul -> Terbentuk pemahaman akan Tradisi Suci -> Para Rasul mengajarkan kepada muridnya -> murid dari murid mengajarkan muridnya -> mengajar dan mengajar ad infinitum, sampai sekarang kepada kita-kita. :icon_thumleft:
GBU
:):)
Mau menambahkan sedikit, Maronit itu bagian dari Gereja Katolik, sedangkan Koptik itu terbagi 2 yaitu Katolik Koptik dan Ortodoks Koptik...
-
Mau menambahkan sedikit, Maronit itu bagian dari Gereja Katolik, sedangkan Koptik itu terbagi 2 yaitu Katolik Koptik dan Ortodoks Koptik...
Salam Damai.
Ohhh yup. Betul Bro. Thanks info tambahannya.
Ternyata Gereja Katolik Ritus Timur :)
Kutipan dari wiki http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Maronit
Umat Maronit (dalam Bahasa Aram : Marunoye ܡܪܘܢܝܐܶ; Dalam Bahasa Arab Mâruniyyah مارونية) adalah umat Katolik yang tergolong dalam suatu Gereja Partikular Ritus Timur.
Kepala Gereja Maronit dalah Patriark Maronit di Antiokhia, yang dipilih oleh para uskup Gereja Maronit dan kini berkedudukan di Bkirki, sebelah utara dari Beirut (Patriark Maronit berdiam di Utara kota Dimane selam bulan-bulan musim panas). Patriark saat ini (menjabat sejak tahun 1986) adalah Kardinal Mar Nasrallah Boutros Sfeir. Pada saat seorang Patriark baru terpilih dan dilantik, dia mengajukan permohonan persekutuan gerejawi kepada Paus, dan dengan demikian memelihara persekutuan Gereja Katolik. Para Patriark juga disetarakan dengan Kardinal, pada jenjang Kardinal-Uskup (jenjang tertinggi dalam dewan Kardinal).
GBU
:):)
-
Setuju dengan pendapat rekan2 semua, bahwa Tradisi Suci dalam Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik yg sama dengan yang dimiliki oleh Gereja2 Apostolik yg lainnya, e.g. GOO, GOT, GKT.
IMHO, meskipun terdapat perbedaan dogma (i.e. perumusan), kita semua memiliki iman yg sama, misal:
- purgatory vs theosis --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu pemurnian terakhir di afterlife
- Filioque vs non-filioque --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga Allah Tritunggal yang sehakekat dengan Bapa dan Putra
- Immaculate Conception of Mary vs Maria Immaculata --> Tradisi Suci-nya sama, bahwa Maria adalah bersih dari noda dosa
-
Setuju dengan pendapat rekan2 semua, bahwa Tradisi Suci dalam Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik yg sama dengan yang dimiliki oleh Gereja2 Apostolik yg lainnya, e.g. GOO, GOT, GKT.
IMHO, meskipun terdapat perbedaan dogma (i.e. perumusan), kita semua memiliki iman yg sama, misal:
- purgatory vs theosis --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu pemurnian terakhir di afterlife
- Filioque vs non-filioque --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga Allah Tritunggal yang sehakekat dengan Bapa dan Putra
- Immaculate Conception of Mary vs Maria Immaculata --> Tradisi Suci-nya sama, bahwa Maria adalah bersih dari noda dosa
Sejatinya memang akan tetap seperti itu, bro, hanya Protestan saja yang karena tidak ada bimbingan (yang terpusat) menjadi semakin hari semakin jauh dari Gereja Mula mula (Katolik dan Orthodox). Itu yang setiap kali disampaikan kepada mereka justru dianggap kesombongan dan dibalas dengan hujatan.
Syalom
-
Setuju dengan pendapat rekan2 semua, bahwa Tradisi Suci dalam Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik yg sama dengan yang dimiliki oleh Gereja2 Apostolik yg lainnya, e.g. GOO, GOT, GKT.
IMHO, meskipun terdapat perbedaan dogma (i.e. perumusan), kita semua memiliki iman yg sama, misal:
- purgatory vs theosis --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu pemurnian terakhir di afterlife
- Filioque vs non-filioque --> Tradisi Suci-nya sama, yaitu Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga Allah Tritunggal yang sehakekat dengan Bapa dan Putra
- Immaculate Conception of Mary vs Maria Immaculata --> Tradisi Suci-nya sama, bahwa Maria adalah bersih dari noda dosa
afaik, Gereja Orthodox tdk mempercayai doktrin Maria Immaculata.
mereka percaya Maria Tanpa Noda pada saat Annunciation .. waktu malaikat Gabriel mengunjunginya.
tapi mereka tdk percaya bhw Maria Dikandung tanpa Noda Dosa [Immaculata].
pls cmiiw ...
-
afaik, Gereja Orthodox tdk mempercayai doktrin Maria Immaculata.
mereka percaya Maria Tanpa Noda pada saat Annunciation .. waktu malaikat Gabriel mengunjunginya.
tapi mereka tdk percaya bhw Maria Dikandung tanpa Noda Dosa [Immaculata].
pls cmiiw ...
Betul bro deo, GO mengimani bahwa Maria bersih dari noda dosa, diawali dari peristiwa annunciation.
Tapi "immaculata" atau "immaculate" itu sendiri artinya adalah "bersih dari noda dosa".
Makanya aku mengacu doktrin ini dengan sebutan "Maria immaculata" untuk membedakan dengan doktrin kita "Immaculate CONCEPTION of Mary". :):)
-
Betul bro deo, GO mengimani bahwa Maria bersih dari noda dosa, diawali dari peristiwa annunciation.
Tapi "immaculata" atau "immaculate" itu sendiri artinya adalah "bersih dari noda dosa".
Makanya aku mengacu doktrin ini dengan sebutan "Maria immaculata" untuk membedakan dengan doktrin kita "Immaculate CONCEPTION of Mary". :):)
bagaimana dengan roti tanpa ragi, dan roti beragi..?
-
bagaimana dengan roti tanpa ragi, dan roti beragi..?
IMO, Tradisi Suci --> transubstansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Tuhan.
Roti beragi / tak beragi adalah tradisi (dengan "t" kecil) yaitu Disiplin yg berdasarkan Doktrin yg fallible.
Aku berpendapat demikian, karena dalam GK, penggunaan roti beragi pun tetap diterima keabsahannya, dan ini terlihat dalam "Decree of Union in Florence, 1439" antara Roma dan patriach Yunani, yg mengatakan bahwa beragi/tidak beragi tidak mempengaruhi keabsahan sakramen. Juga fakta bahwa GKR menganjurkan GKTU utk mempertahankan tradisi timur mereka termasuk penggunaan roti beragi dalam ekaristi mereka.
-
Sejatinya memang akan tetap seperti itu, bro, hanya Protestan saja yang karena tidak ada bimbingan (yang terpusat) menjadi semakin hari semakin jauh dari Gereja Mula mula (Katolik dan Orthodox). Itu yang setiap kali disampaikan kepada mereka justru dianggap kesombongan dan dibalas dengan hujatan.
Syalom
Syalom bro, bagaimana membuktikan "Tradisi Suci" ini benar (tidak terkontaminasi dengan ajaran2 manusia)? apakah 'Tradisi Suci" butuh Firman Tuhan/Alkitab tertulis untuk membuktikan ia benar?
Dalam Katolik, apakah dogma2 yg berasal dari Alkitab dan dari Tradisi Suci?
Thanks bro.
-
Mau menambahkan sedikit, Maronit itu bagian dari Gereja Katolik, sedangkan Koptik itu terbagi 2 yaitu Katolik Koptik dan Ortodoks Koptik...
Mohon penjelasan dari netter2 ybs, setau saya Katolik Qibtiyyah (KQ) cuma minoritas (200, 000 jiwa) sedangkan Ortodoks Qibtiyyah (OQ) dianut sebagian besar umat Kristiani Mesir (8 juta jiwa), benar ngga?
Kedua, apa bedanya ajaran KQ dan OQ, kerana saya pernah baca, OQ berasal dari kelompok yg menolak Musyawarah (Konsili) Gereja terutamanya tentang 'hypotasis union'?
-
Syalom bro, bagaimana membuktikan "Tradisi Suci" ini benar (tidak terkontaminasi dengan ajaran2 manusia)? apakah 'Tradisi Suci" butuh Firman Tuhan/Alkitab tertulis untuk membuktikan ia benar?
Dalam Katolik, apakah dogma2 yg berasal dari Alkitab dan dari Tradisi Suci?
Thanks bro.
Begini bro, kami di Katolik, khususnya saya, memahami bahwa pada awalnya ketika jaman Jesus dulu, Ia mengajar kepada para rasul secara lisan. Para rasul pun mengajar secara lisan. Diteruskan dengan murid para rasul juga mengajar secara lisan.
Memang kemudian ada rasul yang mulai mencatat ajaran Jesus. Itupun pastilah masih sangat terbatas, mengingat sistem cetak dan copy tidak dikenal saat itu, melainkan harus disalin satu persatu. Sehingga kemungkinan jumlah catatan yang lengkap sangat terbatas. Itupun diakui oleh penulis Injil dengan mengatakan bahwa apa yang diajarkan Jesus tidak semuanya tertulis dalam kitab yang mereka tulis itu.
2Yoh 1:12 Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang sendiri kepadamu dan berbicara berhadapan muka dengan kamu, supaya sempurnalah sukacita kita.
3Yoh 1:13 Banyak hal yang harus kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak mau menulis kepadamu dengan tinta dan pena.
2Tes 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Kemudian saat pengejaran dan pembasmian ajaran Kristen oleh bangsa romawi, banyak dari manuscript itu yang dibakar dan rusak. Sehingga ajaran yang disampaikan tetaplah yang terbesar adalah ajaran lisan.
Ketika Gereja menyadari pentingnya merangkum ajaran ajaran Kristus dalam sebuah kitab yang lengkap, walau pastilah diusahakan selengkap mungkin, dari segala sumber yang ada. Tetaplah yang berupa ajaran lisan yang turun temurun disampaikan, tidaklah mungkin disisipkan dan disebutkan sebagai ajaran tertulis. Karena akan menodai keotentikan Injil itu sendiri. Karenanya dengan segala 'keterbatasannya' Alkitab hanya menyampaikan apa yang terdapat dalam manuscript (itupun banyak yang bahkan kalimatnya harus disusun dan ditulis ulang). Sedangkan apa yang diterima secara lisan tetap disampaikan secara terpisah.
Maka contoh Tradisi Suci adalah: 1) Doktrin- doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili- konsili; 2) Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku penerus Rasul Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus; 3) Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus (Santo/ Santa) yang sesuai dengan pengajaran Magisterium; 4) Katekismus Gereja Katolik; 5) Liturgi dan sakramen-sakramen.
Dogma sendiri dapat didefinisikan sebagai “A teaching of the Church revealed implicitly or explicitly by Sacred Scripture or Sacred Tradition, to be believed by the faithful by virtue of solemn definition or the Church’s ordinary Magisterium. For a teaching to be a “dogma,” the specific truth must have been formally revealed and taught as such by the Church; in addition, the dogma must be proposed as binding on the faithful. Hence, the dogma’s acceptance is necessary for salvation.” (Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor’s Catholic Encyclopedia. Copyright © 1994, Our Sunday Visitor.)
Contoh perkembangan dogma:
1) Dogma yang bersifat formal dan eksplisit: tentang Tritunggal Maha Kudus
2) Dogma yang bersifat formal dan implisit: tentang Bunda Maria dikandung tanpa noda
Daftar dogma menurut Dr. Ludwig Ott dalam bukunya “Fundamentals of Catholic Dogma”
I. The Unity and Trinity of God
1. God, our Creator and Lord, can be known with certainty, by the natural light of reason from created things.
2. God’s existence is not merely an object of rational knowledge, but also an object of supernatural faith.
3. God’s Nature is incomprehensible to men.
4. The blessed in Heaven possess an immediate intuitive knowledge of the Divine Essence.
5. The immediate vision of God transcends the natural power of cognition of the human soul, and is therefore supernatural.
6. The soul, for the immediate vision of God, requires the light of glory.
7. God’s Essence is also incomprehensible to the blessed in Heaven.
8. The divine attributes are really identical among themselves and with the Divine Essence.
9. God is absolutely perfect.
10. God is actually infinite in every perfection.
11. God is absolutely simple.
12. There is only one God.
13. The one God is, in the ontological sense, the true God.
14. God possesses an infinite power of cognition.
15. God is absolute veracity.
16. God is absolutely faithful.
17. God is absolute ontological goodness in Himself and in relation to others.
18. God is absolute moral goodness or holiness.
19. God is absolute benignity.
20. God is absolutely immutable.
21. God is eternal.
22. God is immense or absolutely immeasurable.
23. God is everywhere present in created space.
24. God’s knowledge is infinite.
25. God’s knowledge is purely and simply actual.
26. God’s knowledge is subsistent.
27. God knows all that is merely possible by the knowledge of simple intelligence.
28. God knows all real things in the past, the present and the future.
29. By the knowledge of vision, God also foresees the future free acts of rational creatures with infallible certainty.
30. God’s Divine Will is infinite.
31. God loves Himself of necessity, but loves and wills the creation of extra-divine things, on the other hand, with freedom.
32. God is almighty.
33. God is the Lord of the heavens and of the earth.
34. God is infinitely just.
35. God is infinitely merciful.
36. In God there are three Persons, the Father, the Son and the Holy Ghost. Each of the three Persons possesses the one (numerical) Divine Essence.
37. In God there are two internal divine processions.
38. The Divine Persons, not the Divine Nature, are the subject of the internal divine processions (in the active and in the passive sense).
39. The Second Divine Person proceeds from the First Divine Person by generation, and therefore is related to Him as Son to Father.
40. The Holy Ghost proceeds from the Father and from the Son as from a single principle through a single spiration.
41. The Holy Ghost does not proceed through generation but through spiration.
42. The relations in God are really identical with the Divine Nature.
43. The Three Divine Persons are in one another.
44. All the ad extra activities of God are common to the three Persons.
II. God the Creator
1. All that exists outside God was, in its whole substance, produced out of nothing by God.
2. God was moved by His goodness to create the world.
3. The world was created for the glorification of God.
4. The Three Divine Persons are one single, common principle of creation.
5. God created the world free from exterior compulsion and inner necessity.
-bersambung-
-
-lanjutan-
6. God has created a good world.
7. The world had a beginning in time.
8. God alone created the world.
9. God keeps all created things in existence.
10. God, through His Providence, protects and guides all that He has created.
11. The first man was created by God.
12. Man consists of two essential parts – a material body and a spiritual soul.
13. The rational soul per se is the essential form of the body.
14. Every human being possesses an individual soul.
15. God has conferred on man a supernatural destiny.
16. Our first parents, before the fall, were endowed with sanctifying grace.
17. In addition to sanctifying grace, our first parents were endowed with the preternatural gift of bodily immortality.
18. Our first parents in Paradise sinned grievously through transgression of the Divine probationary commandment.
19. Through sin our first parents lost sanctifying grace and provoked the anger and the indignation of God.
20. Our first parents became subject to death and to the dominion of the devil.
21. Adam’s sin is transmitted to his posterity, not by imitation but by descent.
22. Original sin is transmitted by natural generation.
23. In the state of original sin man is deprived of sanctifying grace and all that this implies, as well as of the preternatural gifts of integrity.
24. Souls who depart this life in the state of original sin are excluded from the Beatific Vision of God.
25. In the beginning of time God created spiritual essences (angels) out of nothing.
26. The nature of angels is spiritual.
27. The evil spirits (demons) were created good by God; they became evil through their own fault.
28. The secondary task of the good angels is the protection of men and care for their salvation.
29. The devil possesses a certain dominion over mankind by reason of Adam’s sin.
III. God the Redeemer
1. Jesus Christ is true God and true Son of God.
2. Christ assumed a real body, not an apparent body.
3. Christ assumed not only a body but also a rational soul.
4. Christ was truly generated and born of a daughter of Adam, the Virgin Mary.
5. The Divine and human natures are united hypostatically in Christ, that is, joined to each other in one Person.
6. In the hypostatic union each of the two natures of Christ continues unimpaired, untransformed, and unmixed with each other.
7. Each of the two natures in Christ possesses its own natural will and its own natural mode of operation.
8. The hypostatic union of Christ’s human nature with the Divine Logos took place at the moment of conception.
9. The hypostatic union will never cease.
10. The hypostatic union was effected by the three Divine Persons acting in common.
11. Only the second Divine Person became Man.
12. Not only as God but also as man Jesus Christ is the natural Son of God.
13. The God-Man Jesus Christ is to be venerated with one single mode of worship, the absolute worship of latria which is due to God alone.
14. Christ’s Divine and human characteristics and activities are to be predicated of the one Word Incarnate.
15. Christ was free from all sin, from original sin as well as from all personal sin.
16. Christ’s human nature was passible.
17. The Son of God became man in order to redeem men.
18. Fallen man cannot redeem himself.
19. The God-man Jesus Christ is a high priest.
20. Christ offered Himself on the Cross as a true and proper sacrifice.
21. Christ by His sacrifice on the Cross has ransomed us and reconciled us with God.
22. Christ, through His passion and death, merited award from God.
23. After His death, Christ’s Soul, which was separated from His Body, descended into the underworld.
24. On the third day after His death, Christ rose gloriously from the dead.
25. Christ ascended body and soul into Heaven and sits at the right hand of the Father.
IV. The Mother of the Redeemer
1. Mary is truly the Mother of God.
2. Mary was conceived without the stain of original sin.
3. Mary is the Immaculate Conception.
4. Mary conceived by the Holy Ghost without the cooperation of man.
5. Mary bore her Son without any violation of her virginal integrity.
6. After the birth of Jesus, Mary remained a Virgin.
7. Mary was assumed body and soul into Heaven.
-bersambung-
-
-lanjutan-
V. God the Sanctifier
1. There is a supernatural intervention of God in the faculties of the soul, which precedes the free act of the will.
2. There is a supernatural influence of God in the faculties of the soul which coincides in time with man’s free act of will.
3. For every salutary act, internal supernatural grace of God (gratia elevans) is absolutely necessary.
4. Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation.
5. Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification.
6. The justified person is not able for his whole life long to avoid sins, even venial sins, without the special privilege of the grace of God.
7. Even in the fallen state, man can, by his natural intellectual power, know religious and moral truths.
8. For the performance of a morally good action, sanctifying grace is not required.
9. In the state of fallen nature, it is morally impossible for man without supernatural Revelation, to know easily, with absolute certainty, and without admixture of error, all religious and moral truths of the natural order.
10. Grace cannot be merited by natural works either de condigno or de congruo.
11. God gives all the just sufficient grace for the observation of the divine commandments.
12. God, by His eternal resolve of Will, has predetermined certain men to eternal blessedness.
13. God, by an eternal resolve of His Will, predestines certain men, on account of their foreseen sins, to eternal rejection.
14. The human will remains free under the influence of efficacious grace, which is not irresistible.
15. There is grace which is truly sufficient and yet remains inefficacious.
16. The causes of Justification. (Defined by the Council of Trent) :
a. The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
b. The efficient cause is the mercy of God.
c. The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
d. The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
e. The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.
17. The sinner can and must prepare himself by the help of actual grace for the reception of the grace by which he is justified.
18. The justification of an adult is not possible without faith.
19. Besides faith, further acts of disposition must be present.
20. Sanctifying grace sanctifies the soul.
21. Sanctifying grace makes the just man a friend of God.
22. Sanctifying grace makes the just man a child of God and gives him a claim to the inheritance of heaven.
23. The three Divine or theological virtues of faith, hope and charity are infused with sanctifying grace.
24. Without special Divine Revelation no one can know with the certainty of faith, if he be in the state of grace.
25. The degree of justifying grace is not identical in all the just.
26. Grace can be increased by good works.
27. The grace by which we are justified may be lost, and is lost by every grievous sin.
28. By his good works, the justified man really acquires a claim to supernatural reward from God.
29. A just man merits for himself through each good work an increase of sanctifying grace, eternal life (if death finds him in the state of grace) and an increase in heavenly glory.
VI. The Catholic Church
1. The Catholic Church was founded by the God-Man Jesus Christ.
2. Christ founded the Catholic Church in order to continue His work of redemption for all time.
3. Christ gave His Church a hierarchical constitution.
4. The powers bestowed on the Apostles have descended to the Bishops.
5. Christ appointed the Apostle Peter to be the first of all the Apostles and to be the visible Head of the whole Catholic Church, by appointing him immediately and personally to the primacy of jurisdiction.
6. According to Christ’s ordinance, Peter is to have successors in his Primacy over the whole Catholic Church and for all time.
7. The successors of Peter in the Primacy are the Bishops of Rome.
8. The Pope possesses full and supreme power of jurisdiction over the whole Catholic Church, not merely in matters of faith and morals, but also in Church discipline and in the government of the Church.
9. The Pope is infallible when he speaks ex cathedra.
10. By virtue of Divine right, the bishops possess an ordinary power of government over their dioceses.
11. Christ founded the Catholic Church.
12. Christ is the Head of the Catholic Church.
13. In the final decision on doctrines concerning faith and morals, the Catholic Church is infallible.
14. The primary object of the Infallibility is the formally revealed truths of Christian Doctrine concerning faith and morals.
15. The totality of the Bishops is infallible, when they, either assembled in general council or scattered over the earth propose a teaching of faith or morals as one to he held by all the faithful.
16. The Church founded by Christ is unique and one.
17. The Church founded by Christ is holy.
18. The Church founded by Christ is catholic.
19. The Church founded by Christ is apostolic.
20. Membership of the Catholic Church is necessary for all men for salvation.
-bersambung-
-
-lanjutan-
VII. The Communion of Saints
1. It is permissible and profitable to venerate the Saints in Heaven, and to invoke their intercession.
2. It is permissible and profitable to venerate the relics of the Saints.
3. It is permissible and profitable to venerate images of the Saints.
4. The living faithful can come to the assistance of the souls in Purgatory by their intercessions.
VIII. The Sacraments
1. The Sacraments of the New Covenant contain the grace which they signify, and bestow it on those who do not hinder it.
2. The Sacraments work ex opere operato, that is, the sacraments operate by the power of the completed sacramental rite.
3. All the Sacraments of the New Covenant confer sanctifying grace on the receivers.
4. Three Sacraments, Baptism, Confirmation, and Holy Orders, imprint a character, that is an indelible spiritual mark, and, for this reason, cannot be repeated.
5. The sacramental character is a spiritual mark imprinted on the soul.
6. The sacramental character continues at least until the death of the bearer.
7. All Sacraments of the New Covenant were instituted by Jesus Christ.
8. There are seven Sacraments of the New Law.
9. The Sacraments of the New Covenant are necessary for the salvation of mankind.
10. The validity and efficacy of the Sacrament is independent of the minister’s orthodoxy and state of grace.
11. For the valid dispensing of the Sacraments it is necessary that the minister accomplish the Sacramental sign in the proper manner.
12. The minister must have the intention of at least doing what the Church does.
13. In the case of adult recipients moral worthiness is necessary for the worthy or fruitful reception of the Sacraments.
IX. Baptism
1. Baptism is a true Sacrament instituted by Jesus Christ.
2. The materia remota of the Sacrament of Baptism is true and natural water.
3. Baptism confers the grace of justification.
4. Baptism effects the remission of all punishments of sin, both eternal and temporal.
5. Even if it be unworthily received, valid Baptism imprints on the soul of the recipient an indelible spiritual mark, the Baptismal Character, and for this reason, the Sacrament cannot be repeated.
6. Baptism by water (Baptismus fluminis) is, since the promulgation of the Gospel, necessary for all men without exception for salvation.
7. Baptism can be validly administered by anyone.
8. Baptism can be received by any person in the wayfaring state who is not already baptised.
9. The Baptism of young children is valid and licit.
X. Confirmation
1. Confirmation is a true Sacrament properly so-called.
2. Confirmation imprints on the soul an indelible spiritual mark, and for this reason, cannot be repeated.
3. The ordinary minister of Confirmation is the Bishop alone.
XI. Holy Eucharist
1. The Body and Blood of Jesus Christ are truly, really, and substantially present in the Eucharist.
2. Christ becomes present in the Sacrament of the Altar by the transformation of the whole substance of the bread into His Body and of the whole substance of the wine into His Blood.
3. The accidents of bread and wine continue after the change of the substance.
4. The Body and Blood of Christ together with His Soul and Divinity and therefore, the whole Christ, are truly present in the Eucharist.
5. The Whole Christ is present under each of the two Species.
6. When either consecrated Species is divided, the Whole Christ is present in each part of the Species.
7. After the Consecration has been completed the Body and Blood are permanently present in the Eucharist.
8. The Worship of Adoration (latria) must be given to Christ present in the Eucharist.
9. The Eucharist is a true Sacrament instituted by Jesus Christ.
10. The matter for the consummation of the Eucharist is bread and wine.
11. For children before the age of reason, the reception of the Eucharist is not necessary for salvation.
12. Communion under two forms is not necessary for any individual members of the Faithful, either by reason of Divine precept or as a means of salvation.
13. The power of consecration resides in a validly consecrated priest only .
14. The Sacrament of the Eucharist can be validly received by every baptised person in the wayfaring state, including young children.
15. For the worthy reception of the Eucharist, the state of grace as well as the proper and pious disposition are necessary.
16. The Holy Mass is a true and proper Sacrifice.
17. In the Sacrifice of the Mass, Christ’s Sacrifice on the Cross is made present, its memory celebrated, and its saving power applied.
18. In the Sacrifice of the Mass and in the Sacrifice of the Cross the Sacrificial Gift and the Primary Sacrificing Priest are identical; only the nature and the mode of the offering are different.
19. The Sacrifice of the Mass is not merely a sacrifice of praise and thanks-giving, but also a sacrifice of expiation and impetration.
XII. Penance
1. The Church has received from Christ the power of remitting sins committed after Baptism.
2. By the Church’s Absolution sins are truly and immediately remitted.
3. The Church’s power to forgive sins extends to all sin without exception.
4. The exercise of the Church’s power to forgive sins is a judicial act.
5. The forgiveness of sins which takes place in the Tribunal of Penance is a true and proper Sacrament, which is distinct from the Sacrament of Baptism.
6. Extra-sacramental justification is effected by perfect sorrow only when it is associated with the desire for the Sacrament (votum sacramenti).
7. Contrition springing from the motive of fear is a morally good and supernatural act.
8. The Sacramental confession of sins is ordained by God and is necessary for salvation.
9. By virtue of Divine ordinance, all grievous sins according to kind and number, as well as those circumstances which alter their nature, are subject to the obligation of confession.
10. The confession of venial sins is not necessary but is permitted and is useful.
11. All temporal punishments for sin are not always remitted by God with the guilt of sin and the eternal punishment.
12. The priest has the right and duty, according to the nature of the sins and the ability of the penitent, to impose salutary and appropriate works for satisfaction.
13. Extra-sacramental penitential works, such as the performance of voluntary penitential practices and the patient bearing of trials sent by God, possess satisfactory value.
14. The form of the Sacrament of Penance consists in the words of Absolution.
15. Absolution, in association with the acts of the penitent, effects the forgiveness of sins.
16. The principal effect of the Sacrament of Penance is the reconciliation of the sinner with God.
17. The Sacrament of Penance is necessary for salvation to those who, after Baptism, fall into grievous sin.
18. The sole possessors of the Church’s Power of Absolution are the bishops and priests.
19. Absolution given by deacons, clerics or lower rank, and laymen is not Sacramental Absolution.
20. The Sacrament of Penance can be received by any baptised person who, after Baptism, has committed a grievous or a venial sin.
21. The Church possesses the power to grant Indulgences.
22. The use of Indulgences is useful and salutary to the Faithful.
XIII. Holy Orders
1. Holy Order is a true and proper Sacrament which was instituted by Jesus Christ.
2. The consecration of priests is a Sacrament.
3. Bishops are superior to priests.
4. The Sacrament of Order confers sanctifying grace on the recipient.
5. The Sacrament of Order imprints a character on the recipient.
6. The Sacrament of Order confers a permanent spiritual power on the recipient.
7. The ordinary dispenser of all grades of Order, both the sacramental and the non-sacramental, is the validly consecrated Bishop alone.
-bersambung-
-
-lanjutan-
XIV. Matrimony
1. Marriage is a true and proper Sacrament instituted by God.
2. From the sacramental contract of marriage emerges the Bond of Marriage, which binds both marriage partners to a lifelong indivisible community of life.
3. The Sacrament of Matrimony bestows sanctifying grace on the contracting parties.
XV. Anointing of the sick
1. Extreme Unction or anointing of the sick is a true and proper Sacrament instituted by Jesus Christ.
2. The remote matter of Extreme Unction is oil.
3. The form consists in the prayer of the priest for the sick person which accomplishes the anointing.
4. Extreme Unction gives the sick person sanctifying grace in order to arouse and strengthen him.
5. Extreme Unction effects the remission of grievous sins still remaining and of venial sins.
6. Extreme Unction sometimes effects the restoration of bodily health, if this be of spiritual advantage.
7. Only Bishops and priests can validly administer Extreme Unction.
8. Extreme Unction can be received only by the Faithful who are seriously ill.
XVI. The Last Things
1. In the present order of salvation, death is a punishment for sin.
2. All human beings subject to original sin are subject to the law of death.
3. The souls of the just which in the moment of death are free from all guilt of sin and punishment for sin, enter into Heaven.
4. The bliss of Heaven lasts for all eternity.
5. The degree of perfection of the Beatific Vision granted to the just is proportioned to each one’s merit.
6. The souls of those who die in the condition of personal grievous sin enter Hell.
7. The punishment of Hell lasts for all eternity.
8. The souls of the just which, in the moment of death, are burdened with venial sins or temporal punishment due to sins, enter purgatory.
9. At the end of the world Christ will come again in glory to pronounce judgement.
10. All the dead will rise again on the last day with their bodies.
11. The dead will rise again with the same bodies as they had on earth.
12. Christ, on His second coming, will judge all men.
Syalom
Disarikan dari beberapa sumber, termasuk dari katolisitas.com
-
Kayaknya sangat lengkap dan detail, thanks banget.
Pasti saya akan print dan dibukukan sebagai referensi.
Satu pertanyaan lagi, Protestan tidak pernah meragui adanya "Tradisi Lisan/Ajaran2 lisan" tetapi mengatakan bahwa semuanya sudah terangkum dalam Kitab Suci, bagaimana bro menjawap argumentasi ini.
Salam hormat dari saya.
-
Kayaknya sangat lengkap dan detail, thanks banget.
Pasti saya akan print dan dibukukan sebagai referensi.
Satu pertanyaan lagi, Protestan tidak pernah meragui adanya "Tradisi Lisan/Ajaran2 lisan" tetapi mengatakan bahwa semuanya sudah terangkum dalam Kitab Suci, bagaimana bro menjawap argumentasi ini.
Salam hormat dari saya.
Thanks, bro.
Alkitab tidak mungkin merangkum secara lengkap. Kalaupun dianggap telah terangkum, sebenarnya yang disebut dengan 'terangkum' itu bersifat penafsiran, yang mau tidak mau, harus diakui berdasarkan dogma ajaran Gereja awal. Karena telah diterima sebagai iman Kristen, maka dirasakan sudah terangkum. Bisa dibuktikan dengan tidak tampaknya apa yang 'terangkum' itu oleh orang orang yang berada di luar Kristen, bahkan oleh SSY. Cotohnya adalah doktrin Trinitas.
Satu contoh nyata juga yang sangat jelas adalah isi Alkitab itu sendiri, bro. Kita tidak tahu apa saja kitab kita yang layak masuk dalam Alkitab, dan kitab kitab mana yang tidak layak dimasukan, karena tidak ada satu ayatpun di Alkitab yang menyatakan itu. Kita menerima Alkitab seperti sekarang ini secara apa adanya, dan kita percaya sepenuhnya akan karya Bapa Gereja (tentu saja secara iman kita katakan diterangi Roh Kudus) dalam menentukan kitab kitab itu. Bagaimana para Bapa Gereja itu 'tahu' yang mana kitab yang otentik dan mana yang tidak, tentunya itu berdasarkan pengetahuan yang mereka terima secara lisan.
Dan seperti di atas tadi saya tuliskan, apa yang diterima secara lisan tetap diajarkan secara lisan, apa yang diterima secara tertulis diajarkan kembali secara tertulis. Karena tidak akan berani para Bapa Gereja menambahkan atau mengurangi ayat ayat dengan alasan diterima secara lisan.
Dengan demikian, jika kita hanya menerima ajaran secara tertulis saja, berarti ada bagian yang tidak kita terima, dan itu tentu sayang sekali, bro, karena tidak lengkap.
Syalom